Kapal USAT Liberty karam pada Januari 1942. Kapal kargo Angkatan Darat Amerika Serikat ini melintas di atas perairan Bali Timur dalam perjalanan dari Australia menuju Filipina. Di perjalanan, ia tertembak torpedo kapal selam Jepang. Kapal pengangkut kebutuhan Perang Dunia II ini rusak parah. Tentara Sekutu berusaha menyelamatkannya, tapi gagal.
USAT Liberty terdampar selama dua dasawarsa di tepi pantai Tulamben. Pada 1963, gunung Agung meletus dan melontarkan material vulkanik hingga ke Kubu, Karangasem. Si kapal tak bertuan ikut terempas oleh aliran lahar dan tenggelam ke dasar. “Tahun 1986, badan kapal masih kelihatan sebagian di permukaan. Posisi kapal jadi miring karena sudah berkarat dan terkena gempuran ombak,” Suker menuturkan.
Bangkai kapal Liberty yang separuh rebah ini terkubur sekitar 20 meter dari bibir pantai. Penyelam cukup berjalan kaki untuk masuk air. Namun, berjalan dengan beban tabung dan pemberat di badan bukan perkara gampang. Apalagi, medan yang ditempuh berupa bebatuan. Saya sering kali hampir terpeleset. Tapi inilah uniknya Pantai Tulamben. Jika umumnya pantai berhampar pasir, Pantai Tulamben didominasi bebatuan. Penamaan Tulamben sendiri berasal dari kata batulambih yang berarti banyak batu. Hari berikutnya, saya iseng berjemur di atas batu dari letusan Gunung Agung ini. Sensasinya serupa dipijat dengan batu panas. Beberapa penyelam mendekati kapal USAT Liberty yang karam di perairan Tulamben, Pulau Bali (Tempo/Nita Dian)
Setelah berhasil melewati bebatuan, Suker mengarahkan ibu jarinya ke bawah. Isyarat agar kami segera masuk. Penyelaman pun dimulai. Hamparan batu berganti dengan pemandangan pasir, tapi yang dicari belum kelihatan. Jarak pandang siang itu memang tidak terlalu bagus. Dari tadi yang saya lihat malah para penyelam. Saya jadi teringat celoteh seorang teman yang pernah menyelam di sini. “Di bawahnya ramai sekali. Tengok kanan-kiri orang semua. Itu lautan manusia namanya,” kata dia.
Tulamben memang tersohor sebagai “taman bermain” para penyelam. Bukan hanya penggiat penyelam scuba tapi juga penyelam bebas dari mana-mana berziarah ke kuburan kapal USAT Liberty. Selain akses yang mudah, harga paket menyelamnya juga relatif murah. Saking semaraknya, saya sampai tidak sadar bangkai kapal sudah di depan mata. Bongkahan yang saya kira batu karang ternyata merupakan bagian tubuh kapal. Posisi kapal yang sudah miring menyulitkan saya menebak puing bagian mana.
Saat berusaha menebak, seekor kerapu besar berenang perlahan di bawah kaki kami. Untuk pertama kalinya saya melihat kerapu sebesar itu. Namun, saya tidak bisa memastikan ukurannya karena semua tampak lebih besar di dalam air. Kerapu tersebut adalah salah satu penghuni bangkai kapal Liberty. Pasca letusan Gunung Agung, pantai Tulamben menjadi hunian subur berbagai biota laut, dari softcoral besar hingga binatang super kecil. Binatang mikro ini yang menjadikan Tulamben sebagai tujuan para pemburu foto. Sayangnya, dalam penyelaman kali ini saya hanya berbekal kamera aksi.
Selanjutnya: Bertemu Udang Pembersih dan Patung Dewa-dewi