TEMPO.CO, Yogyakarta - Prosesi puncak peringatan Maulud Nabi oleh Keraton Yogyakarta yang ditandai lewat tradisi kondur gangsa atau prosesi pemulangan gamelan pusaka keraton di Masjid Gedhe Kauman Yogya Selasa petang 20 November 2018 membawa berkah tersendiri bagi para pedagang. Nasi gurih dan bahan nginap yang bisa ditemukan di halaman masjid, diburu masyarakat.
Sega atau nasi gurih menjadi makanan khas di area halaman Masjid Gedhe Kauman khususnya ketika perayaan pasar malam Sekaten sebagai awal pembuka peringatan maulud digelar. Makanan ini biasanya sudah sulit ditemui lagi ketika perayaan Maulud dan pasar malam Sekaten berakhir.
Nasi Gurih biasanya berisi 12 macam pelengkap lauk berupa sayur sambel goreng krecek, kacang goreng, kedelai hitam, kedelai putih, tempe kering, kacang tumbuk, teri, suwir telor, dan suwir ayam. Sejumlah lalapan seperti mentimun, kol, dan daun kemangi juga turut ada sebagai pelengkap. Banyaknya lauk itu pun seolah makin menambah sensasi bagi yang menyantap nasi yang berasa gurih tersebut.
Baca Juga:
Nostalgia, Ini 4 Jajanan Pasar Legi Kota Gede Jogja
Wisata Kuliner Murah-Meriah di Area Titik Nol Yogyakarta
Seorang pedagang nasi gurih, Welasono, 72 tahun, asal Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta mengatakan dari prosesi Kondur Gangsa dagangannya jadi lebih laris. "Baru satu jam buka sudah laku 50-an piring," ujar Welas yang menjual nasi gurihnya dengan harga Rp 10 ribu per porsi.
Welas pun rela menunggu prosesi kondur gangsa itu sampai selesai sekitar jam 00.00 WIB karena makin malam makin banyak warga berdatangan ke komplek Masjid Kauman. "Mumpung tidak hujan, dan masih banyak orang menunggu prosesi kondur gangsa selesai," ujarnya.