TEMPO.CO , Makassar:Perasaan berdebar saat terayun-ayun ombak di atas perahu jolloro selama lima jam berakhir sudah. Rabu siang, 25 Maret 2015, perahu yang kami tumpangi akhirnya merapat di dermaga Pulau Jinato, Kecamatan Taka Bonerate, Kabupaten Selayar. Kami berangkat dari Pelabuhan Pattumbukang, Kecamatan Bontosikuyu, Kabupaten Selayar, dengan pagi yang tersenyum. Matahari cukup menyengat, beruntung panasnya disambar tiupan angin.
Sebenarnya Pulau Jinato cukup rindang oleh pohon-pohon kelapa, cemara, dan ketapang. Pulau Jinato berukuran panjang 1,7 kilometer dan lebar 800 meter. Rumah-rumah warga yang berjenis rumah panggung atau rumah batu, tersusun teratur, agak rapat, hanya dipisahkan jalan setapak.
Beberapa kapal motor terparkir di bagian timur pulau. Di tepi pantai itu kerap berkumpul beberapa warga yang sedang mengerjakan hasil olahan tangkapan ikan. Mata pencarian warga memang kebanyakan nelayan. Tidaklah mengherankan jika melihat orang berjalan dengan baju basah kuyup dan menenteng ikan besar di tangannya.
Keramahan Pulau Jinato sudah kami rasakan sebelum perahu yang kami tumpangi bersandar di dermaga. Saat tiba, warga yang menjemput langsung menyapa, lalu mengantarkan kami dengan sepeda motor atau motor tiga roda yang mereka sebut kaisar. Begitu tiba di rumah tempat menginap, kami langsung disuguhi makanan. Tentu saja, santapan kami di pulau ini kebanyakan olahan hasil laut. Makanan itu antara lain ikan dan cumi-cumi yang dimasak beraneka ragam. Jangan mencari sayur, karena cukup sulit dijangkau. Tapi, pada tahun ini, pertanian di kawasan ini berusaha dikembangkan dengan menanam kangkung dan bayam dengan cara hidroponik.
Taka Bonerate terkenal dengan keindahan alam bawah lautnya. Setidaknya ada 26 lokasi penyelaman, di antaranya kawasan Jinato dan Latondu, yakni Wall Reef di perairan Latondu dan Jinato Wall Paradise (JWP) di laut Jinato, serta Pasitallu Raja di Pasitallu Barat. Ironis, kondisi terumbu karang di Taka Bonerate sebagian sudah rusak.
Taka Bonerate sendiri terdiri dari sembilan desa, tiga di daratan Kayuadi dan enam tersebar di pulau-pulau, salah satunya di Pulau Jinato. Sebenarnya, ada 21 pulau yang masuk kawasan Taka Bonerate, tapi hanya tujuh yang berpenghuni. Selain 21 pulau ini, Taka Bonerate memiliki enam bungin—gundukan pasir tanpa tumbuhan.
Di antara pulau berpenghuni itu, Latondu Besar adalah pulau terluas, yakni 125 hektare. Tapi justru Jinato adalah pulau dengan penduduk terbanyak, yakni 1.260 jiwa. Menurut Kepala Desa Jinato, Abdullah, masyarakat di kawasan didominasi dari Bugis, sebagian kecil lainnya dari Selayar. Karena itu, bahasa keseharian mereka adalah bahasa Bugis.