TEMPO.CO, Yogyakarta - Persoalan sampah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih belum tuntas hingga saat ini. Pemberlakukan pembatasan kuota volume sampah bagi Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Bantul di Tempat Pengolahan Akhir atau TPA Piyungan Yogyakarta menjadi indikator potensi darurat sampah masih bisa terjadi sewaktu-waktu. Terlebih menjelang libur panjang akhir tahun yang tak lama lagi tiba.
Sekretaris DIY Beny Suharsono mengatakan, salah satu potensi sampah yang jadi perhatian pemerintah daerah saat ini adalah limbah makanan. Beny mengungkap, temuan Pemda DIY limbah makanan di wilayah itu ternyata menyumbang angka cukup signifikan yang bisa memicu situasi darurat sampah.
"Sebab jumlah sampah sisa makanan di DIY memiliki persentase hingga 20 persen dari total jumlah sampah organik, ini jelas cukup tinggi," kata Beny di forum Consumindful: Eat Wiser, No Leftover di Yogyakarta pada Kamis, 16 November 2023.
Sampah makanan itu tak hanya berasal dari rumah tangga, tapi juga muncul dari sektor usaha pendukung wisata seperti restoran, kafe, wahana dan destinasi, serta perhotelan.
Untuk mengatasi potensi darurat sampah di Yogyakarta jelas tak cukup hanya dengan pembenahan infrastruktur dan teknologi pengolahan sampah. Perilaku masyarakat atas makanan juga perlu diperbaiki agar tak bersisa dan akhirnya menumpuk menjadi limbah.
"Masyarakat agar bijak dalam mengonsumsi makanan, bagaimana agar tak bersisa dan menjadi limbah," kata Beny.
Di lingkungan aparatur sipil negara (ASN) Pemda DIY, Beny melanjutkan, ada anjuran untuk melakukan penghematan makanan dan minuman agar tak menjadi limbah akibat adanya sisa. Selain itu, kalangan pelaku usaha wisata juga diminta berkomitmen melakukan upaya penanggulangan limbah sisa makanannya secara mandiri.
Dalam forum itu, Direktur Eksekutif Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) Indah Budiani mengatakan perubahan perilaku konsumen untuk pencegahan pemborosan pangan menjadi hal mendesak belakangan ini.
"Sebab sisa makanan yang terbuang selama ini paling banyak dari aktivitas konsumsi," kata dia.
Adapun Analis Ketahanan Pangan yang hadir mewakili Deputi II Bidang Kerawanan Pangan Dan Gizi Badan Pangan Nasional Nyoto Suwignyo menuturkan Indonesia mengalami kerugian ekonomi 4-5 persen dari total GDP atau gross domestic product akibat persoalan kehilangan dan pemborosan pangan berdasarkan data Bappenas tahun 2021.
PRIBADI WICAKSONO
Pilihan Editor: Sampah Menggunung di Kawasan Cagar Budaya Kotabaru, Darurat Sampah Yogyakarta Belum Usai