Kisah Gus Dur di makam Sunan Gunung Jati
Sebagian besar peziarah hanya bisa sampai di Pintu Pasujudan. Pintu itu selalu terkunci dan hanya boleh dibuka oleh pemimpin keraton di waktu-waktu tertentu, semisal saat pelaksanaan Grebeg Syawal.
Luthfi mengatakan makam Sunan Gunung Jati memiliki 9 pintu yang masing-masing terhubung oleh koridor dan setiap koridor mempunyai 7 anak tangga.
Peziarah di makam Sunan Gunung Jati di bukit Astana Gunung Sembung di hari pertama Lebaran, Senin, 2 Mei 2022. TEMPO/Abdi Purmono
Dalam buku Atlas Wali Songo ditulis, makam Sunan Gunung Jati berada di dalam tungkup yang berdampingan dengan dengan makam Fatahillah, Syarifah Muda’im (ibu kandung), Nyi Gedeng Sembung, Nyi Mas Tepasari, Pangeran Dipati Cirebon I, Pangeran Jayalelana, Pangeran Pasarean, Ratu Mas Nyawa.dan Pangeran Sedeng Lemper.
Di sebelah luar tungkup, terdapat dua makam tokoh yang dekat dengan Sunan Gunung Jati, yaitu makam Pangeran Cakrabuana dan Nyi Ong Tien (istri).
Berbeda dengan makam keramat Wali Songo yang lain, makam Sunan Gunung Jati tidak bisa diziarahi oleh peziarah karena desain area makam bertingkat sembilan dan setiap tingkat mempunyai pintu gerbang masing-masing, yaitu Pintu Gapura, Pintu Krapyak, Pintu Pasujudan, Pintu Ratnakomala, Pintu Jinem, Pintu Rararoga, Pintu Kaca, Pintu Bacem dan Pintu Teratai.
Pintu Teratai jadi jalan masuk ke area makam Sunan Gunung Jati yang disebut Saptarengga alias ruang dalam makam Sunan Gunung Jati yang berada di puncak bukit Gunung Sembung. Hanya keluarga keturunan langsung Sunan Gunung Jati dan orang-orang tertentu yang diizinkan keraton yang boleh memasuki Saptorenggo, ruang dalam makam Sunan Gunung Jati yang berada di pucuk bukit Gunung Sembung.
“Para peziarah hanya diperbolehkan ziarah sampai Pintu Pasujudan. Hanya keluarga keraton dan orang-orang tertentu saja yang boleh masuk sampai ke Saptarengga,” kata Luthfi.
Larangan ditujukan untuk menjaga kesucian dan keagungan makam Sunan Gunung Jati sehingga semua pintu gerbang makam kunci. Penguncian pintu juga bertujuan untuk melindungi beragam artefak kuno di dalamnya. Ini pula musabab, saking sakralnya, orang-orang tertentu yang dimaksud Luthfi belum tentu bersedia masuk dan naik hingga ke Saptarengga. Siapa saja mereka?
Dalam beberapa tayangan video Youtube, Kiai Haji Syaeful Bahri alias Kiai Baridin, dai kondang Nahdlatul Ulama Cirebon, menyebut empat ulama yang segan memasuki ruang Saptarengga Kanjeng Sunan untuk berziarah walau sudah diizinkan pihak keraton. “Mohon maaf, ada empat tokoh yang enggak berani masuk ke makamnya Sunan Gunung Jati,” kata Kiai Baridin dalam video ceramah Maulid Nabi Muhammad 21 November 2019 (24 Rabiul Awal) yang diunggah kanal Youtube Idy Group Multimedia, 2 Februari 2020.
Empat ulama dimaksud adalah Kiai Haji Syarif Muhammad (Kang Ayi Muh), pendiri Pondok Pesantren Jagasatru, Cirebon; Kiai Haji Mustahdi Hasbulloh (Abah Mustahdi), pengasuh Pondok Pesantren Tahshinul Akhlaq, Cirebon; Kiai Haji Umar Mahdlor (KH Umar Sholeh alias Ki Umar Kempek), pengasuh Pondok Pesantren Kempek, Cirebon, serta Kiai Haji Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Presiden Keempat Republik Indonesia.
Padahal, kata Kiai Baridin, tiga kiai besar Cirebon dan tokoh sekaliber Gus Dur sudah diizinkan pihak keraton untuk naik ke makam Sunan Gunung Jati di pucuk Gunung Sembung. Gus Dur menolaknya dan hanya berziarah di depan Pintu Pasujudan.
Kiai Baridin berpendapat penolakan Gus Dur dan tiga ulama tadi didorong oleh sikap tawaduk terhadap kemuliaan Sunan Gunung Jati. Sebab, menurut Kiai Baridin, Sunan Gunung Jati satu-satunya wali yang pernah berguru langsung kepada Rasulullah SAW.
Ia sendiri pernah diizinkan memasuki makam Sunan Gunung Jati, namun tidak berani. “Guru-guru saya saja tidak berani, Gus Dur saja tidak berani, apalagi saya. Ada apa di atasnya, rahasia. Wallahualam bish-shawab (hanya Allah mengetahui kebenaran yang sesungguhnya). Yang jelas saya enggak berani karena Sunan Gunung Jati satu-satunya Wali yang berguru dengan Rasulullah, rohnya melayang. Masyaallah,” kata Kiai Baridin.
Dia mempersilakan para peziarah naik ke Saptarengga dengan sebuah penekanan. “Mohon maaf, jangan jadi perdebatan. Anda silakan naik ke atas, tapi jangan salahkan saya kalau ada yang tidak diinginkan dalam diri Anda, dalam kehidupan Anda,” ujarnya.
ABDI PURMONO
Pilihan Editor: Cerita Selasih, Bunga Kesukaan Sunan Gunung Jati yang Laris Kala Lebaran
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.