TEMPO.CO, Ternate - Wisatawan dan penduduk lokal dilarang mendaki Gunung Berapi Dukono di Halmahera Utara, Maluku Utara. Petugas Pos Pengamatan Gunung Dukono, Purwadi Sucipto mengatakan pelarangan itu disebabkan aktivitas Gunung Dukono terpantau meningkat dalam sepekan terakhir.
"Berdasarkan hasil pantauan dalam sepekan, aktivitas Gunung Dukono selalu mengeluarkan asap putih tebal setinggi 200 sampai 400 meter," kata Purwadi Sucipto kepada Tempo, Selasa, 5 Februari 2019. Selain asap putih tebal, terjadi tiga kali letusan di Gunung Dukono dengan amplitudo 8 sampai 10 milimeter selama 27,31 sampai 34.63 detik.
Ada pula dua kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 15 sampai 34 milimeter dan gempa tremor menerus atau Microtremor dengan amplitudo 0,5 sampai 5 milimiter atau dominan 2 milimeter. "Masyarakat dan wisatawan dilarang beraktivitas di sekitar Kawah Malupang Warirang hingga radius 2 kilometer," kata Purwadi Sucipto.
Dia mengingatkan sering terjadi letusan abu vulkanik yang secara periodik dan sebaran abu mengikuti arah dan kecepatan angin. Sebab itu, penduduk lokal dan wisatawan yang berada di area Gunung Dukono diimbau memakai masker atau penutup hidung dan mulut.
Wakil Bupati Halmahera Utara, Muhlis Tapi-Tapi mengatakan pemerintah daerah telah menyiapkan lokasi pengungsian dan kebutuhan panganan serta masker. Petugas di jalur pendakian juga bersiaga agar tak ada yang melewati batas tanda bahaya GUnung Dukono..
Gunung Berapi Dukono adalah satu dari tiga gunung api di Pulau Halmahera. Terdapat sekitar 23 ribu penduduk di empat kecamatan yang hidup di lereng Gunung Dukono. Pada November 2016, aktivitas erupsi Gunung Dukono sempat membuat Bandar Udara Gamarmalamo Galela ditutup.
BUDHY NURGIANTO