Untuk mencicipi cita rasa masakan mereka, kami memesan Wagyu Profiterole sebagai makanan pembuka. Menu ini adalah enam potong roti sus bulat seukuran korek api. Roti sus ini tak terlalu kering. Di dasar roti diolesi hati ayam rebus yang juga berfungsi sebagai perekat satu lembar daging wagyu tipis, yang mereka sebut berasal dari Australia. Di atas daging itu diletakkan keju mozzarella leleh, lalu ditutup dengan sisa roti sus.
Seperti umumnya makanan pembangkit selera dari Barat, makanan ini tidak memiliki rasa yang kuat. Roti sus itu tidak terlalu gurih atau manis. Roti sus ini cukup enak sebenarnya, karena teksturnya yang tidak terlalu berminyak. Paduan roti sus dengan wagyu dan keju sebenarnya sudah lezat. Sayangnya, daging hati ayam rebus di lapisan dasarnya terasa agak pahit. Rasa ini cukup kuat sehingga mengacaukan rasa wagyu dan keju lelehnya.
Tabasco atau bubuk cabai kering yang ditabur di sisi piring saji mengurangi rasa anyir daging hati ayam. Selain dapat mempercantik penampilan, bubuk cabai ini berfungsi sebagai penguat rasa. Dalam menu aslinya, profiterole disebut sebagai choux à la crème—kudapan manis asal Prancis yang di dalamnya diisi krim kocok, krim cokelat, atau puding susu. Di Moi Bistro, choux à la crème ini diganti menjadi sajian asin.
Selanjutnya kami memesan makanan utama, Lemongrass Chicken atau Ayam Bumbu Serai. Makan utama ini merupakan menu asli Vietnam yang dibuat dengan cara merendam daging ayam ke dalam cairan berbumbu serai, gula palem butter, dan garam. Perendaman ini disebut juga sebagai marinasi. Setelah dimarinasi atau diungkep, ayam dipanggang selama kurang-lebih satu setengah jam.