Dengan langkah santai kami menaiki feri yang mirip feri rute Merak-Bakauhuni di Indonesia, tapi sedikit lebih kecil. Mobil dan motor dapat masuk ke dalamnya. Hari itu memang akhir pekan, sehingga banyak mobil yang berisi keluarga berwisata ke pulau Udo.
Terdengar pluit panjang pertanda kapal akan segera berangkat. Kami mengambil tempat di dek paling atas. Saya sudah siap untuk terbakar matahari. Perjalanan menuju Udo memakan waktu sekitar 20 menit. Tak lama kemudian kami pun berlabuh di Haumokdong, pintu gerbang untuk menjelajah Udo.
Pulau Udo tercipta berdasarkan aktivitas vulkanik yang terjadi dua juta tahun lalu. Awalnya dia hanyalah pulau yang tidak berpenghuni. Di masa dinasti Josen berkuasa, tempat ini dijadikan padang untuk kuda merumput dan pengelolanya tinggal di sana. Orang luar dilarang mukim di pulau itu. Lalu pada 1842 orang luar mulai diizinkan untuk memasuki pulau dan pada 1844 seorang pejabat bernama Kim Seok Rin dan keluarganya datang ke sana dan mulai menetap. Sejak itu orang-orang mulai berdatangan dan mulai membentuk kehidupan Udo.
Pulau Udo terletak di timur laut Seongsan, 3,5 kilometer dari lepas pantai pulau Jeju dan merupakan pulau terbesar di Provinsi Jeju. “Udo” secara harfiah berarti “pulau sapi”. Penduduk sekitar memandang pulau itu berbentuk sapi yang sedang berbaring dengan kepala keluar. Bila kita mendarat di sana, kita akan berjumpa dengan sebuah patung sapi. Menara pandang berwarna merah dan putih serta bongkahan-bongkahan beton raksasa di sepanjang pinggir pelabuhan menyambut kami.