TEMPO.CO, Yogyakarta - Rencana Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta memulai revitalisasi kawasan Jalan Malioboro pada 2013 masih buntu. Pasalnya, sejak dilakukan pertemuan Pemerintah DIY dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional bersama konsultan Jepang, Yoichiro, di Yogyakarta, April lalu, hingga kini belum ada perkembangan berarti.
“Katanya akan mengkaji, tapi hasil atau kisi-kisinya belum ada yang diserahkan,” kata Tavip Agus Rayanto, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DIY, seusai menyampaikan paparan kepada Gubernur DIY di Kepatihan, Yogyakarta, Selasa, 6 November 2012. Dia menambahkan, revitalisasi Malioboro merupakan proyek Bappenas, yang akan diintegrasikan dengan pengembangan kawasan Stasiun Tugu.
Mulai dari penataan parkir yang kian padat hingga perwujudan kawasan pedestrian yang ramah pejalan kaki. Juga opsi pembuatan jalur bawah tanah di sepanjang Malioboro untuk membuka sentra kawasan ekonomi baru demi mengatasi kemacetan tumpukan parkir.
Pada Juli lalu, tim teknis Bappenas sempat memaparkan kembali konsep Malioboro menjadi jalur pedestrian dengan dua opsi. Menciptakan kantong parkir bawah tanah dan atas. Tapi pembahasannya mandek lagi.
Sultan Hamengku Buwono X sempat menyatakan tak setuju jika konsep pedestrian dibuat dengan membuat jalur bawah tanah sepanjang Malioboro. Hal itu untuk mengantisipasi jika ada tamu negara datang dan menggunakan jalan menuju Gedung Agung. “Yang sudah ada progresnya, konsep penataan kawasan Stasiun Tugu oleh PT Kereta Api Indonesia,” kata dia.
Tavip menyebutkan, PT Kereta Api Indonesia (Persero) secara internal mulai menata dengan mengembangkan Stasiun Tugu sebagai kawasan bisnis dan sosial. Sejumlah apartemen akan dibangun.
Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik UGM, Lilik Wahid Budi Susilo, menyambut positif jika ada komitmen pemerintah merevitalisasi Malioboro agar makin ramah pejalan kaki. "Namun yang relevan adalah area pedestrian sepenuhnya, sehingga transportasi umum bisa tetap melintas, tapi kendaraan pribadi dibatasi,” kata dia.
Untuk truk bongkar-muat mal, pagi dibatasi hanya sampai jam sembilan. Area pedestrian itu, menurut Lilik, sangat bisa dipadu dengan jalur sepeda atau transportasi umum yang sifatnya massal. Aturan melintas bagi kendaraan pribadi, khususnya mobil dan sepeda motor, harus diperketat.
Dia menambahkan, mewujudkan area pedestrian dapat dengan menambah fasilitas kenyamanan pejalan kaki. Misalnya, tempat istirahat, bahkan kalau perlu, ada fasilitas air minum gratis yang dikerjasamakan dengan toko atau hotel.
Pengamat transportasi Universitas Gadjah Mada, Sigit Priyanto, menuturkan, jika area ramah pejalan kaki Malioboro bisa diwujudkan, akan berdampak pada sejumlah keuntungan bagi Pemerintah DIY. “Bisa menambah betah wisatawan dan membuat lama tinggal berwisata, sehingga berdampak pula pada sektor perekonomian pelaku bisnis,” kata dia.
PRIBADI WICAKSONO
Terpopuler:
Dituding Dahlan Iskan, Apa Komentar Idris Laena?
Dahlan Belum Lapor, KPK Sudah Tahu
Jusuf Kalla Dukung Dahlan Iskan
IS, Terduga Peminta Upeti BUMN Terbaru
Anggota DPR Mengaku Bukan Nabi, Juga Bukan Napi