TEMPO.CO, Jakarta - Nama Jeannie Cho Lee mungkin masih asing di Indonesia. Tapi, di dunia kuliner, dia mendapat tempat terhormat. Prestasinya adalah menjadi orang Asia pertama yang mendapat gelar Master of Wine dari Institute Master of Wine di Inggris. Perempuan kelahiran Seoul, Korea Selatan, ini memang tidak main-main dalam menekuni bidangnya.
Awalnya, ia bekerja sebagai pekerja media di Hong Kong. Dengan gelar master dari Harvard University, ia bergelut pada isu ekonomi. Kemudian ia mulai menulis soal kuliner dan minuman anggur. Dari sinilah Jeannie semakin berfokus menggeluti dunia wine. Pertengahan bulan lalu, ia sempat berbicara dengan CNNGO soal bagaimana cara memadukan masakan Asia dengan wine.
Sudah dua buku yang ia terbitkan soal itu, yaitu Asian Palate dan Mastering Wine for Asian Palate. Menurut dia, wine memainkan dua peran dalam budaya Asia. “Wine bisa menurunkan tempo makan budaya Asia,” katanya. “Kita makan terlalu cepat.” Selain itu, cara makan Asia dengan negara Barat berbeda. “Di Asia, orang makan secara komunal, jadi dengan sebotol anggur bisa berbagi rasa yang sama.”
Tapi ia tidak mau membuat orang pusing bagaimana cara memadukan wine dengan makanan Asia. Menurut dia, seperti hidup, kesempurnaan hanya ilusi. “Kalau tidak cocok dengan makanan tertentu, lupakan saja,” ujar Jeannie. “Jangan minum wine ketika Anda makan makanan yang terlalu pedas.” Pelajari cara mengambil jeda saat mengunyah. Kalau sepertinya makanan tidak cocok dengan anggur, bersihkan mulut dengan seteguk air atau teh.
Ia mencontohkan, ketika makan bebek peking Cina, coba padukan dengan pinot noir dari Burgundy, Prancis. Rasa saus plum yang manis cocok dengan minuman yang berasal dari anggur berwarna hitam tersebut. Kalau menyukai nasi briani India yang pedas, bisa memadukannya dengan anggur Italia, Nebbiolo. Keasaman minuman tersebut bisa mengurangi rasa rempah-rempah yang berlebihan.
Makanan Jepang juga cocok berpadu dengan wine. Misalnya, udang goreng tepung atau tempura. Rasanya yang gurih, menurut Jeannie, bisa berkurang dengan minuman anggur berbahan dasar pinot noir, misalnya Volnay. Daging mentah tuna yang berlemak atau toro bisa dimakan bersama anggur merah Burgundy level tertinggi, Grand Cru.
Untuk masakan Korea, misalnya bulgogi, rasanya memang sangat gurih. Cara memasaknya, daging sapi dipotong tipis, lalu dipanggang dengan saus berbahan kecap, minyak wijen, bawang putih, dan bawang bombai. Anggur dari Australia yang agak pedas, Chateaunef-du-Pape, bisa menjadi pilihan untuk menemani makanan tersebut.
Makanan Asia Tenggara juga bisa tersaji bersama wine. Misalnya, nasi ayam hainan Singapura. Bergantung pada level kepedasannya. Anggur putih, yang rasa buah-buahannya kuat, misalnya Pinot Gris dari Alsace, Prancis, cocok untuk menemani makanan tersebut. Bihun goreng seafood dari Thailand bisa dinikmati dengan anggur putih Spanyol yang manis, jenis albarino atau rueda verdejo.
Sayangnya, Jeannie tidak menyebutkan makanan Indonesia sebagai contoh. Malah rendang masuk kategori makanan Malaysia. Wine yang cocok untuk berpadu dengan rendang, menurut dia, berjenis pedas, misalnya Shiraz dari Australia. (Baca: Koran.tempo.co)
SORTA TOBING
Berita Lain:
18 Anggaran ''Ajaib'' Dinas DKI Miliaran Rupiah
Hugh Jackman Gunakan Status Selebritasnya
''Ayo Temukan Sang Koruptor''
Aguilera dan Sting Galang Dana Badai Sandy
ICW: Hambalang Sandera KPK. Tuntaskan!