Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bakar Tongkang, Tradisi Tionghoa di Bagansiapiapi Hadir Lagi, Begini Awal Mulanya

image-gnews
Umat Konghucu melaksanakan ritual Bakar Tongkang di Kota Bagansiapiapi, Rokan Hilir, Riau, Rabu, 19 Juni 2019. Ritual ini merupakan tradisi turun-temurun bagi warga Tionghoa Bagansiapiapi untuk menghormati nenek moyang. ANTARA
Umat Konghucu melaksanakan ritual Bakar Tongkang di Kota Bagansiapiapi, Rokan Hilir, Riau, Rabu, 19 Juni 2019. Ritual ini merupakan tradisi turun-temurun bagi warga Tionghoa Bagansiapiapi untuk menghormati nenek moyang. ANTARA
Iklan

TEMPO.CO, JakartaTradisi bakar tongkang kembali hadir di Bagansiapiapi, Kabupaten Rohil dan Kota Batam, Kepulauan Riau usai tiga tahun berturut-turut tidak dilangsungkan akibat pandemi Covid-19. Acara adat Tionghoa yang sudah melekat dengan masyarakat Bagansiapiapi ini biasanya dihadiri ribuan orang dari luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Taiwan, dan Daratan Cina dalam bentuk sebuah festival.

Merujuk riau.go.id, tradisi bakar tongkang adalah acara budaya yang dilangsungkan di Batam untuk memperingati kehadiran masyarakat Tionghoa ke tanah Bagansiapiapi pada 1820. Tradisi ini akan menyelenggarakan ritual atau upacara bakar tongkang sebagai simbol bahwa masyarakat Tionghoa di Bagansiapiapi tidak akan kembali lagi ke tanah leluhur. Melalui ritual ini, masyarakat Tionghoa juga berjanji untuk mengembangkan diri di kota yang memiliki julukan Hongkong van Andalas ini.

Tradisi yang dalam bahasa Hokkiein juga disebut sebagai Go Gek Cap Lak ini sudah berlangsung sejak 134 tahun lalu. Pada zaman orde baru, tradisi ini sempat dilarang dan tidak dilaksanakan selama beberapa tahun. Namun, sejak era kepemimpinan Gus Dur larangan tersebut ditiadakan sehingga sampai sekarang masih dapat dilangsungkan dan dilestarikan.

Tradisi ini dimulai dengan ritual dan doa oleh para peserta di kuil diikuti oleh prosesi budaya berbagai atraksi oriental yang berbeda, seperti Barongsai dan panggung hiburan untuk para pemain dari Medan dan Singkawang (Kalimantan Barat). Selain itu, panggung hiburan tersebut juga digunakan oleh negara tetangga, yaitu Malaysia, Taiwan, dan Singapura untuk menyanyikan lagu-lagu Hokkien.

Saat permulaan tradisi akan dilakukan sembahyang di Kelenteng Ing Hok Kiong yang merupakan kelenteng tertua di kawasan Pekong Besar. Kemudian, acara dilanjutkan dengan arak-arakan ke tempat pembakaran sampai berlanjut ke prosesi pembakaran pada hari berikutnya, sebagaimana dilansir kemdikbud.go.

Biasanya, prosesi pembakaran tongkang diawali dengan menentukan posisi haluan tongkang berdasarkan petunjuk Dewa Kie Ong Ya atau Dewa laut. Setelah mengetahui posisinya, tongkang akan diposisikan pada tempat pembakaran dan kertas sembahyang yang ditimbun dekat lambung kapal untuk dibakar. Masyarakat setempat meyakini bahwa arah tiang utama jatuh yang akan ke laut atau ke darat akan menentukan nasib pada tahun mendatang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika tiang jatuh ke laut, mereka meyakini bahwa keberuntungan sebagian besar akan datang dari laut. Namun, jika jatuh di darat, maka keberuntungan pada tahun itu sebagian besar akan datang dari darat.

Prosesi tongkang juga melibatkan atraksi tan ki yang merupakan atraksi ketika beberapa orang memperlihatkan kemampuan fisiknya dengan menusuk diri mereka menggunakan pisau atau tombak tajam, tetapi tidak terluka. Atraksi ini hampir mirip dengan tradisi tatung di Singkawang. Selain atraksi, selama ritual berbagai kelenteng yang memenuhi Bagansiapiapi juga melakukan upacara pemanggilan roh. Biasanya, ada orang yang bersedia sebagai medium untuk dirasuki roh dalam ritual.  

Tradisi bakar tongkang di Kota Batam membawa anugerah bagi Kota Bagansiapiapi. Selain mengembangkan dan mempromosikan potensi wisata daerah, festival ini juga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi. Sebab, hadirnya ribuan wisatawan berimbas baik pada perekonomian masyarakat setempat.

Selama tradisi dalam bentuk festival ini berlangsung pengunjung terus berdatangan untuk menyaksikannya dan mengunjungi Kelenteng Ing Hok Kiong. Tenda besar terpasang, umbul-umbul, dan lapak penjual perlengkapan berdoa berjejer rapi di kiri, kanan, depan, dan belakang klenteng pusat tersebut. 

Pilihan Editor: Bakar Tongkang, Merawat Riwayat Marga Ang di Bagansiapiapi

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mahfud Md Dapat Dukungan dari Kelompok Tionghoa Perkumpulan Hakka di Kalimantan Barat

3 hari lalu

Cawapres nomor urut tiga Mahfud MD menyapa warga saat berkunjung ke Morkepek, Bangkalan, Jawa Timur, Sabtu, 18 November 2023. Kunjungan Mahfud MD tersebut di antaranya dalam rangka menyapa masyarakat sekaligus bersilaturahmi dengan sejumlah tokoh dan ulama di Madura. ANTARA FOTO/Moch Asim
Mahfud Md Dapat Dukungan dari Kelompok Tionghoa Perkumpulan Hakka di Kalimantan Barat

"Ini acara silaturahmi, kemudian bertemu dengan tokoh-tokoh Pontianak. Bukan kampanye," kata Mahfud Md.


Asparnas Kepri Fest 2023 Digelar di Tanjungpinang, Majukan Pariwisata dan UMKM Lokal

7 hari lalu

Pembukaan acara Asparnas Kepri Fest 2023 di TCC Mall Tanjungpinang, 19 November 2023. (Asparnas Kepri)
Asparnas Kepri Fest 2023 Digelar di Tanjungpinang, Majukan Pariwisata dan UMKM Lokal

Asparnas Kepri Fest 2023 di Tanjungpinang dipenuhi beragam kegiatan mulai dari pameran hingga layanan publik pada 19 hingga 25 November 2023.


Asal Usul Kopitiam, Kedai Kopi yang Dikembangkan Etnis Tionghoa

9 hari lalu

Kedai Kopitiam Oey,  Makassar. TEMPO/Fahmi Ali
Asal Usul Kopitiam, Kedai Kopi yang Dikembangkan Etnis Tionghoa

Kopitiam atau kedai kopi tertua di Indonesia terdapat di Singkawang, Kalimantan Barat. Bagaimana asal usulnya?


Kisah Jalan Suryakencana, Surga Kuliner Kota Bogor di Lintasan Jalur Anyer-Panarukan

10 hari lalu

Suasana kawasan Suryakencana pada masa PPKM Darurat di Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa, 6 Juni 2021. Penutupan 10 ruas jalan di pusat Kota Bogor itu diberlakukan setiap hari mulai pukul 21.00 -24.00 WIB. TEMPO/M Taufan Rengganis
Kisah Jalan Suryakencana, Surga Kuliner Kota Bogor di Lintasan Jalur Anyer-Panarukan

Jalan Suryakencana dikenal sebagai pusat kuliner di Kota Bogor. Ternyata jalan ini merupakan lintasan jalur Anyer-Panarukan yang dibangun Daendels.


Jeka Saragih Debut di UFC Lawan Lucas Alexander, Meniti Karier dari Wushu ke One Pride MMA

12 hari lalu

Jeka Saragih. FOTO/Instagram/jekasaragih
Jeka Saragih Debut di UFC Lawan Lucas Alexander, Meniti Karier dari Wushu ke One Pride MMA

Petarung Indonesia Jeka Saragih akan melawan Lucas Alexander daro Brasil pada UFC Vegas 82 di UFC Apex, Las Vegas, Amerika Serikat, 19 November 2023.


Mengenal Cang Incang Pedamaran, Sastra Tutur OKI yang Masuk Warisan Budaya Takbenda

13 hari lalu

Cang Incang dan Jidur Pedamaran Warisan Budaya Tak Benda OKI (Instagram/@kominfo.oki)
Mengenal Cang Incang Pedamaran, Sastra Tutur OKI yang Masuk Warisan Budaya Takbenda

Tradisi Cang Incang dan Jidur Pedamaran ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda pada September lalu.


Berlangsung 10 Hari, Atraksi Budaya Sasak dan Bali Digelar di Lingsar Lombok Barat

13 hari lalu

Suasana Perang Topat di Lingsari Kabupaten Lombok Barat (Dok. Dinas Pariwisata Lombok Barat)
Berlangsung 10 Hari, Atraksi Budaya Sasak dan Bali Digelar di Lingsar Lombok Barat

Atraksi budaya selama 10 hari ini diharapkan bisa menjadi salah satu magnet bagi wisatawan untuk datang ke Lombok Barat.


Jamselinas di Batam Pecahkan Rekor Peserta Mancanegara Terbanyak

18 hari lalu

Ribuan pesepeda dari Indonesia dan luar negeri mengikuti Jamselinas ke-12 di Batam. (Foto Humas BP Batam)
Jamselinas di Batam Pecahkan Rekor Peserta Mancanegara Terbanyak

Jamselinas ke-12 memecahkan beberapa rekor, diantaranya peserta asing terbanyak hingga penggunaan sepeda Brompton terbanyak.


Jamselinas ke-12 Digelar 4 Hari di Batam : Majukan Pariwisata dan UMKM

20 hari lalu

Pemandangan Jembatan Barelang yang menjadi ikon Kota Batam, Provinsi Kepri. TEMPO/Yogi Eka Sahputra
Jamselinas ke-12 Digelar 4 Hari di Batam : Majukan Pariwisata dan UMKM

Sekitar 3.000 pesepada lipat dari Sabang sampai Merauke akan hadir dalam kegiatan Jamselinas XII di Batam


Karangan Bunga Keadilan untuk Rempang Ditemukan Rusak di Tepi Laut

20 hari lalu

Papan bunga yang ditemukan pemilik di tepi laut di bawah jembatan Nongsa, Kota Batam. Pemilik meminta polisi mencari pelaku. TEMPO/Yogi Eka Sahputra
Karangan Bunga Keadilan untuk Rempang Ditemukan Rusak di Tepi Laut

Pemilik karangan bunga untuk keadilan Rempang berharap polisi mencari pelaku pencurian dan perusakan tersebut.