TEMPO.CO, Jakarta - Pernahkah terpikir berwisata sekaligus beramal? Bisa saja dengan voluntourism. Inilah model wisata yang mulai digemari pelancong pada kalangan milenial dan menjadi tren pada masa depan.
Jemi mafhum bila tren berwisata semakin berkembang, tak lagi hanya sekadar urusan pelesiran semata. "Sekarang kan mulai ada tren social traveling. Itu bagus karena setiap anak muda tidak cuma jalan-jalan, tapi juga bisa berbagi di tempat wisata yang mereka kunjungi," tuturnya.
Komunitas 1000 Guru dibentuk pada 22 agustus 2012 oleh Jemi Ngadiono. Mulanya, 1000 Guru merupakan sebuah akun yang mengabarkan kondisi pendidikan di berbagai pelosok nusantara. Namun kini berkembang menjadi sebuah aktivitas untuk ikut ambil peran dalam berbagi pengetahuan, yang programnya dinamai Traveling and Teaching.
Jemi menjelaskan bahwa Traveling and Teaching dalam pelaksanaannya tidak berbeda dengan umumnya ketika seseorang ingin melancong. "Pesertanya membayar. Nah, dari uang pembayaran itu untuk membiayai kegiatan selama traveling," katanya.
Siswa SD menuliskan cita-citanya di spanduk mimpi saat peringatan Hari Pendidikan Nasional di sekolah satu Atap SD Negeri 06 Bung dan SMPN 04 Minasatene, Pangkep, Sulawesi Selatan, 02 Mei 2015. Pada peringatan Hari Pendidikan Nasional komunitas 1000 guru makassar mengunjungi sekolah tersebut dan memberikan bantuan serta berbagi ilmu. TEMPO/Iqbal Lubis
Namun yang membedakan, 1000 Guru umumnya mengumpulkan jumlah pelancong yang sudah ditentukan sebelum bepergian. "Biasanya ada 30 orang, kami bagi menjadi enam grup. Satu grup berisi lima orang," tuturnya. Misalnya, ia mencontohkan pembagian grup tersebut untuk membantu berbagi pengetahuan di jenjang sekolah dasar.
"Misalnya untuk kelas 1, lima orang itu harus menyiapkan apa yang mereka ajarkan," katanya. Sebelum melakukan perjalanan, Jemi menjelaskan bahwa akan ada pengarahan terkait aktivitas mengajar di tempat wisata yang dituju.