TEMPO.CO, Jakarta - Tantangan bagi tubuh saat mendaki gunung yang perlu diwaspadai adalah hipotermia. Menurut Koordinator Kesehatan, Keselamatan, Keamanan (3K) Federasi Mountaineering Indonesia (FMI) Iqbal El Mubarak gejala utama hipotermia, yakni menggigil dan mengalami penurunan fokus saat berbicara. "Diajak tertawa sudah mulai diam," katanya saat ditemui Tempo dalam acara 'Deep and Extreme Indonesia' di Jakarta Convention Center, Kamis, 4 April 2019.
Baca: Tak Bisa Dicegah, Hipotermia Saat Mendaki Bisa Dilawan dengan Ini
Hal yang memicu hipotermia kadang terkesan sederhana, namun sering luput dari perhatian. Iqbal menjelaskan bahwa pakaian basah saat berkeringat yang terus dipakai bisa memicu hipotermia. "Kalau merasa basah langsung ganti, kemudian pakai jaket yang menghangatkan bisa dilapisi dua," ujarnya.
Ilustrasi mendaki gunung. TEMPO/Kink Kusuma Rein
Namun bila gejala hipotermia belum cukup diatasi menggunakan pakaian tebal, atau juga sleeping bag, maka asupan dalam tubuh sangat diperlukan. "Jangan cuma air putih hangat, biasanya ketika hipotermia juga disertai penurunan (kadar) gula saat mendaki gunung. Minuman manis adalah susu cokelat hangat," tuturnya.
Kemunculan hipotermia muncul juga dipengaruhi oleh tingkat latihan fisik seorang pendaki. Maka persiapan fisik sangat penting sebelum pendakian. Menurut dia tubuh setiap orang berbeda-beda untuk berpotensi mengalami gangguan kesehatan saat mendaki. "Cek gula darah itu penting sebelum keberangkatan (mendaki)," katanya.
Baca: Pentingnya Pendaki Gunung Mewaspadai Hipotermia
Membawa gula batu, gula aren, atau gula asem saat mendaki juga diperlukan sekadar untuk menghindari hipoglikemia, atau gula darah rendah. "Biasanya (hipoglikemia) bawaannya lelah, mengantuk," ujarnya.