Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pendaki Srikandi, Kisah Clara Sumarwati Menaklukkan Gunung Es

image-gnews
Seorang porter membawa barang-barang dan oksigen saat berada di pos keempat gunung Everest, 20 Mei 2016. Gunung Everest mempunyai ketinggian sekitar 8.850 m. Phurba Tenjing Sherpa/Handout via REUTERS
Seorang porter membawa barang-barang dan oksigen saat berada di pos keempat gunung Everest, 20 Mei 2016. Gunung Everest mempunyai ketinggian sekitar 8.850 m. Phurba Tenjing Sherpa/Handout via REUTERS
Iklan

TEMPO.CO, Sleman - Tak seperti umumnya pendaki gunung yang mengawali aktivitas petualangannya dengan mendaki gunung-gunung pendek. Clara Sumarwati justru langsung menjajal untuk menaklukkan gunung Annapura IV dengan ketinggian 7.535 meter bersama Aryati pada 1991. Gunung itu adalah salah satu gunung es di Nepal.

Pendakian pertama itu dilakukannya usai lulus kuliah dari Jurusan Psikologi Pendidikan Universitas Atmajaya Yogyakarta pada 1990. Lima tahun kemudian dia tercatat sebagai perempuan Indonesia sekaligus Asia Tenggara pertama yang menaklukkan puncak tertinggi dunia, Everest.

Baca juga: Musim Pendakian Dibuka, Tip Aman Menjelajah Gunung

“Kesulitannya ya mountain sickness. Pusing, mual. Obatnya ya turun ke bawah, terus naik lagi,” kata Clara memaparkan pegalamannya dalam diskusi bertajuk Srikandi Indonesia Mencapai Puncak Dunia yang digelar Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta di Camp XXV, Sleman, Sabtu, 7 April 2018. Pendaki perempuan Zussana Zas dan Putri Handayani juga turut serta dalam acara itu.

Dalam Ekspedisi Annapura IV itu, Aryati ditasbihkan menjadi perempuan Asia Tenggara pertama yang menaklukkannya. Meskipun Clara saat itu juga turut serta.

“Oksigen dan biaya terbatas. Jadi didahulukan Aryati karena senior. Sedangkan saya junior,” kata Clara yang pernah menjajal beberapa gunung di Indonesia, seperti Rinjani, Gede, dan Pangrango.

Petualangannya ke gunung es berlanjut. Pada 1993, Clara bersama tiga perempuan pendaki asal Indonesia mengibarkan bendera Merah Putih di puncak Aconcagua. Gunung di Pegunungan Andes, Amerika Selatan itu berketinggian 6.959 meter.

Dalam upaya menundukkan puncak Everest di perbatasan Nepal-Tibet dengan ketinggian 8.848 meter pada 1996, Clara mempunyai cerita sendiri. Ternyata dia sempat dua kali gagal mendaki puncaknya pada 1994 dan 1995. “Karena terhalang badai salju,” kata perempuan kelahiran 51 tahun lalu itu.Pendaki gunung Clara Sumarwati. Tempo/Pito Agustin

Pendakian Everest dilakukan Clara setelah dinyatakan lolos seleksi yang digelar Perkumpulan Pendaki Gunung Angkatan Darat (PPAGD) pada 1993. Dari enam perempuan yang mendaftar pendakian ke Everest hanya Clara yang lolos. Clara pun tinggal di barak untuk berlatih. Bersama lima orang prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) AD, Clara rutin berlatih fisik. Seperti jalan, lari, olah pernafasan, juga panjat tebing.

Clara ditunjuk menjadi koordinator teknik pendakian pertama ke Everest pada 1994. Sayangnya, mereka gagal sampai puncak karena dihadang kondisi medan yang berbahaya di jalur selatan Pegunungan Himalaya itu. Pendakian pada 1995 yang rencananya untuk merayakan 50 Tahun Indonesia Merdeka juga batal dilaksanakan. Badai besar telah menyapu Himalaya yang menewaskan 208 pendaki berbagai negara kala itu.

Barulah harapan besar itu diwujudkan Clara tahun berikutnya atas dukungan Panitia Peringatan 50 Tahun Indonesia Merdeka sebagai sponsornya. “Jadi dapat dukungan dari istana,” kata Clara.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam perjalanan menuju puncak pun bukan tanpa tantangan. Clara menyebutnya berpacu dengan cuaca. Mereka setiap saat mendongakkan kepala ke atas untuk melihat kondisi langit. “Kalau melihat ke atas ada awan gelap, sebel sekali,” kata Clara.

Lantaran hal itu menandakan suhu udara yang kian dingin tanpa ampun, ancaman hujan salju, sehingga tak bisa beraktivitas. Tim pun terpaksa lebih banyak berada di dalam tenda sembari berdoa agar cuaca membaik.

Ada 10 orang dalam tim yang tidak hanya dari Indonesia, tetapi juga dari Afrika Selatan. Mereka juga dibantu 12 Sherpa yaitu pemandu sekaligus porter bagi para pendaki hingga ke puncak. Istilah Sherpa diambil dari nama suku di Nepal. Pimpinan Sherpa bernama Kaji dikenal Clara ketika mendaki Everest pada 1994. Saat itu, Sherpa Kaji akan memperbaiki rekor 20 jam mendaki Everest menjadi 18 jam. Namun juga batal karena badai.

Berbeda dengan pendakian 1994, Clara memilih jalur utara pada pendakian 1996. Jalan pendakian di jalur utara lebih panjang dan cukup menanjak. Untuk menuju puncak harus melalui tangga yang terdiri tiga step. Tiap hari, Sherpa memeriksa rutenya. Mengingat hujan salju terus turun sehingga menutup jalur yang dilalui tali. “Kesulitannya melawan cuaca. Suhunya sampai minus 40-45. Kami seperti beruang salju,” kata Clara.

Akhirnya, hanya Clara yang berhasil mencapai puncak dalam tim itu. Dia dibantu lima Sherpa. Anggota tim lainnya menunggu di tenda. Momentum itu yang mencatatkan Clara sebagai perempuan Indonesia dan Asia Tenggara pertama yang menaklukkan puncak Everest. Beberapa foto menunjukkan Clara dengan pakaian pendakian yang tebal berwarna merah tengah membentangkan bendera Merah Putih.

Foto yang lain menunjukkan Clara membentangkan gambar Presiden Indonesia masa itu, Soeharto. Clara pun mendapat penghargaan Bintang Naraya dari Soeharto. Hanya saja, prestasinya sempat diragukan kebenarannya karena Clara dinilai tidak bisa menunjukkan bukti bahwa dia benar-benar telah mencapai puncak Everest. Meskipun sejumlah jurnal luar negeri telah mengakui prestasinya, seperti Everest karya Walt Unsworth (1999), “Everest: Expedition to the Ultimate” karya Reinhold Messner (1999) dan website EverestHistory.com.

Clara mengaku langsung mengabarkan ke basecamp usai menjejakkan kaki di puncak. Dia meminjam telepon satelit milik pendaki Afrika Selatan yang dibawanya. “Lalu basecamp mengontak ke Indonesia untuk mengabarkan saya telah sampai puncak,” kata Clara.

Baca juga: Tiga Waktu Terbaik Menikmati Panorama Gunung Kelud

PITO AGUSTIN RUDIANA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pendakian ke Gunung Ciremai Ditutup Sebulan hingga 11 April 2024

48 hari lalu

Salah seorang pendaki berada di puncak Gunung Ciremai. Foto: Instagram/@explore_ciremai
Pendakian ke Gunung Ciremai Ditutup Sebulan hingga 11 April 2024

Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), Jawa Barat, menutup sementara aktivitas pendakian di gunung itu selama sebulan, mulai 11 Maret.


Wendy Walters Selebgram Penakluk Puncak-puncak Gunung, Terakhir Gunung Sindoro

25 Januari 2024

Mantan istri Reza Arab, Wendy Walterss saat berpose di puncak Gunung Merbabu. Dibalik paras wajahnya yang cantik, ternyata Wendy Waltres sangat menyukai aktivitas mendaki gunung, gunung-gunung yang sudah di dakinya yakni Gunung Papandayan, Merbabu, Raung, Prau, dan Arjuno. FOTO/instagram/wendywalters
Wendy Walters Selebgram Penakluk Puncak-puncak Gunung, Terakhir Gunung Sindoro

Selebgram dan youtuber Wendy Walters kini memiliki hobi baru mendaki gunung. Deretan gunung yang pernah dinaiki oleh Wendy Walters, yakni Prau, Merbabu, Sindoro, Agung, Rinjani, hingga Arjuno.


10 Gunung Paling Mematikan di Dunia, Tidak Disarankan untuk Didaki

10 Januari 2024

Terdapat beberapa gunung paling mematikan di dunia yang tidak disarankan untuk didaki. Gunung ini memiliki jalur ekstrem dan cuaca dingin. Foto: Canva
10 Gunung Paling Mematikan di Dunia, Tidak Disarankan untuk Didaki

Terdapat beberapa gunung paling mematikan di dunia yang tidak disarankan untuk didaki. Gunung ini memiliki jalur ekstrem dan cuaca dingin.


10 Rekomendasi Gunung untuk Pendaki Pemula, Ada yang Tingginya 700 Mdpl

4 Januari 2024

Rekomendasi gunung untuk pendaki pemula, di antaranya Gunung Nglanggeran dengan ketinggian mulai dari 700 mdpl. Berikut daftar gunung lainnya. Foto: Canva
10 Rekomendasi Gunung untuk Pendaki Pemula, Ada yang Tingginya 700 Mdpl

Rekomendasi gunung untuk pendaki pemula, di antaranya Gunung Nglanggeran dengan ketinggian mulai dari 700 mdpl. Berikut daftar gunung lainnya.


Lanskap Gunung Marapi yang Baru Saja Erupsi: Tawarkan Panorama dan Pendakian Spektakuler

6 Desember 2023

Gunung Marapi mengeluarkan abu vulkanik terlihat dari kota Bukittinggi, Sumbar, Selasa (29/10). ANTARA/Iggoy el Fitra
Lanskap Gunung Marapi yang Baru Saja Erupsi: Tawarkan Panorama dan Pendakian Spektakuler

Gunung Marapi yang memiliki ketinggian 2891 meter di atas permukaan laut, terletak di wilayah Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat


Della Dartyan Taklukan Puncak Lobuche East di Himalaya

8 November 2023

Della Dartyan mencapai puncak Lobuche East, Himalaya, Nepal. Foto: Instagram/@delladartyan
Della Dartyan Taklukan Puncak Lobuche East di Himalaya

Della Dartyan berhasil mewujudkan mimpinya mendaki Lobuche East di Pegunungan Himalaya yang ketinggiannya mencapai 6110 mdpl.


5 Gunung yang Aman Didaki saat Musim Kebakaran Gunung

6 Oktober 2023

Padang bunga edelweiss menjadi dayatarik pendaki di area Tegal Alun, gunung Papandayan. TEMPO/ Nita Dian
5 Gunung yang Aman Didaki saat Musim Kebakaran Gunung

Meski musim kebakaran gunung, sejumlah gunung aman untuk didaki karena tidak mengalami kebakaran.


6 Tips Persiapan Mendaki Gunung Gede Pangrango

22 September 2023

Panorama Gunung Gede dan Pangrango. Wikipedia/By Fahri Rizki Hamdani
6 Tips Persiapan Mendaki Gunung Gede Pangrango

Inilah beberapa tips yang dapat membantu agar pendakian aman, menyenangkan, dan berkesan di Gunung Gede Pangrango.


Heboh Warga Spanyol Nekat Mendaki Gunung Merapi, BPPTKG Yogyakarta Beberkan Aktivitas Terkini

16 September 2023

Gunung Merapi di Yogyakarta. Dok. BPPTKG Yogyakarta.
Heboh Warga Spanyol Nekat Mendaki Gunung Merapi, BPPTKG Yogyakarta Beberkan Aktivitas Terkini

Masyarakat termasuk wisatawan diminta tidak melakukan kegiatan apa pun di Gunung Merapi karena statusnya masih aktif erupsi sampai September ini.


Viral Balita Diajak Naik Gunung Kerinci, Ini Cerita Perjalanan Sang Ayah

11 September 2023

Rudy Kukuh Styawan membawa anaknya, Baby Anna, mendaki Gunung Sindoro (Instagram/@rudyksty)
Viral Balita Diajak Naik Gunung Kerinci, Ini Cerita Perjalanan Sang Ayah

Gunung Kerinci bukan pendakian pertama balita ini, dia pernah dibawa sang ayah mendaki beberapa puncak tertinggi di Jawa dan Bali.