TEMPO.CO, Jakarta - Gunung Marapi meletus, menyebabkan tragedi dengan sedikitnya 12 pendaki meninggal dunia. Menurut Abdul Malik, Kepala Kantor SAR Kota Padang, pada 4 Desember, tim pencarian berhasil menyelamatkan tiga orang, tetapi mereka membutuhkan bantuan medis segera karena kesulitan evakuasi akibat abu vulkanik yang terus keluar dari Gunung Marapi.
"Kami agak kesulitan melakukan evakuasi karena Gunung Marapi terus melontarkan abu vulkanik," ujar Abdul Malik. "Kami belum menemukan lokasi 12 korban tersebut," tambahnya.
Sejauh ini, 14 orang yang ditemukan, dan upaya pencarian untuk 12 korban lainnya masih berlanjut. Total 49 pendaki telah diselamatkan, tetapi proses evakuasi terkendala oleh aktivitas Gunung Marapi yang masih aktif. Para korban yang selamat dirawat di rumah sakit terdekat di Kota Padang Panjang dan Bukittinggi.
Gunung Marapi, yang memiliki ketinggian 2891 meter di atas permukaan laut, terletak di wilayah Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Meskipun administratif berada di Kabupaten Agam, Gunung Marapi dekat dengan Kabupaten Tanah Datar dan Kota Padang Panjang. Sejak awal 2023, aktivitas vulkaniknya, terutama erupsi eksplosif, menjadi sorotan utama.
Gunung Marapi dipantau melalui Pos Pengamatan Gunungapi (PGA) di Jl. Prof. Hazairin, Bukittinggi. Pendakian utama dimulai dari Koto Baru, dengan rute melalui hutan bambu, Pintu Angin, dan cadas, memberikan tantangan menarik bagi para pendaki.
Dilansir dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Gunung Marapi mengalami erupsi eksplosif pada awal tahun 2023, berlangsung dari 7 Januari hingga 20 Februari.
Meskipun erupsi telah berakhir, tingkat aktivitas tetap di Level II (Waspada) sejak 3 Agustus 2011. Erupsi terakhir terjadi pada 3 Desember 2023, dengan aliran piroklasik ke arah utara dengan jarak luncur 3 km.
Pendakian Gunung Marapi menawarkan pengalaman yang luar biasa dengan pemandangan spektakuler dari Tugu Abel, Lapangan Bola, dan Puncak Merpati, yang melihat kota Padang Panjang, Bukittinggi, Gunung Singgalang, dan Gunung Tandikek.
Kawah-kawah seperti Cadas dan Puncak Merpati menjadi saksi keganasan alam. Selain itu, terdapat Taman Edelweis yang menampilkan keindahan bunga Edelweis, flora khas pegunungan yang dilindungi untuk melestarikan keanekaragaman alam.
Meskipun Gunung Marapi menawarkan keindahan alam, tetap diperlukan kewaspadaan. Rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi-Badan Geologi, terutama larangan mendekati Marapi dalam radius 3 km dari kawah/puncak saat tingkat aktivitas waspada, perlu diikuti.
M RAFI AZHARI | FACHRI HAMZAH | SUMBAGPROV | ESDM
Pilihan editor: Gunung Marapi, Karakteristik Letusan yang Mengguncang Sumatera Barat