Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Rawon Nguling, Rawon di Tapal Batas

image-gnews
Rumah makan Rawon Nguling. TEMPO/David Priyasidharta
Rumah makan Rawon Nguling. TEMPO/David Priyasidharta
Iklan

Rofik mengatakan kebiasaan yang masih tetap dipertahankan dari warung ini sejak dulu adalah jajanan tradisional. "Pisang goreng, tahu petis, sejak dulu sampai saat ini masih kami sediakan," katanya.

Restoran Rawon Nguling saat ini telah berusia 73 tahun dari sejak warung ini mulai dirintis pada 1942. Saat ini, jumlah karyawannya sebanyak 45 orang yang rata-rata sudah bekerja sejak puluhan tahun lalu. Warung buka pada pukul 05.00 WIB dan tutup pada 21.00 WIB. Kapasitas warung saat ini sekitar 250 tempat duduk. "Ruang ber-AC berkapaitas 40 kursi. Ruag biasa sekitar 200-an kursi," katanya.

Menurut Rofik, setiap hari memasak sekitar 150 kilogram daging sapi. "Setiap hari, sekitar 1.000 piring terjual," katanya. Rofik juga mengatakan proses memasak rawon sampai saat ini masih mempertahankan kebiasaan yang dulu. "Masih memakai bahan bakar kayu saat memasaknya," kata dia. selain itu, bahan baku seperti kluwek didatangkan dari daerah di kaki Gunung Semeru di Lumajang. "Dekat Piket Nol, Lumajang, kluweknya berasal," kata Rofik.

Pelanggan Rawon Nguling saat ini, kata Rofik memiliki ikatan emosional. "Banyak yang cerita kalau dulu pernah diajak ayahnya atau kakeknya makan di Rawon Nguling. Dan saat ini mereka mengajak anak-anaknya atau cucunya makan di Rawon Nguling," ujar dia. Ribut, salah satu pelanggan Rawon Nguling mengatakan sangat menikmati makanm di Rawon Nguling. "Tempatnya nyaman. Irisam daging rawonnya besar-besar. Empalnya empuk," kata Ribut, warga Lumajang kepada TEMPO.

Restauran Rawon Nguling bisa dijangkau dengan alat transportasi apa saja yang melewati jalur utama Pasuruan-Probolinggo. Dari Surabaya, bisa ditempuh dengan bis antar kota dalam propinsi dari Terminal Bungurasih, Sidoarjo. Perjalan bis memakan waktu sekitar tiga jam paling lambat. Sedangkan dari Terminal Bayuangga, Kota Probolinggo, tak lebih dari 30 menit. Kernet bis lebih karib mengenal Rawon Nguling ini sebagai Warung Lumayan. Bis akan persis berhenti depan warung ini.

DAVID PRIYASIDHARTA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Catatan Sejarah Paris van Java Menjadi Julukan Kota Bandung

26 September 2022

Suasana lengang di sekitar Jalan Asia Afrika di kawasan pusat Kota Bandung, Ahad, 3 April 2022. Hari pertama Ramadan, kawasan ini sepi aktivitas dibanding akhir pekan biasanya yang ramai wisatawan melihat aksi cosplay berkostum unik. TEMPO/Prima Mulia
Catatan Sejarah Paris van Java Menjadi Julukan Kota Bandung

Julukan Paris van Java untuk Kota Bandung mulai mencuat ketika acara Kongres Internasional Arsitektur Modern di Swiss pada Juni 1928.


Hari Ini 212 Tahun Lalu, Kota Bandung Diresmikan Daendels

25 September 2022

Warga menonton festival Tari Ketuk Tilu di depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Jumat, 19 Agustus 2022.  Tari Ketuk Tilu yang merupakan cikal bakal dari Tari Jaipong tersebut ditampilkan sebagai kemeriahan peringatan HUT ke-77 Provinsi Jawa Barat yang diikuti sedikitnya 1.000 warga Jawa Barat. ANTARA/Novrian Arbi
Hari Ini 212 Tahun Lalu, Kota Bandung Diresmikan Daendels

Herman Williem Daendels meminta Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang memindahkan ibu kota kabupaten melalui surat tanggal 25 Mei 1810.


Kelenteng-kelenteng di Jalan Raya Pos Daendels

12 Februari 2018

Warga Tionghoa membersihkan patung Dewa-Dewi di Klenteng Hok Tek Bio, Salatiga, Jawa Tengah, 9 Februari 2018. Ritual pembersihan patung Dewa-Dewi yang berada di klenteng yang telah berusia 146 tahun itu untuk menyambut Tahun Baru Imlek 2569 yang jatuh pada 16 Februari mendatang. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
Kelenteng-kelenteng di Jalan Raya Pos Daendels

Pada Cap Go Meh, arak-arakan joli yang diikuti liong dari kelenteng-kelenteng itu ada yang melewati jalan Daendels.


Senja yang Sempurna di Jalur Daendels

28 Mei 2015

Peta Jalan Raya Pos yang tertera di atas Prasasti titik 0 (nol) Kilometer pembangunan Jalan Anyer-Panarukan di Pantai Bojong, Anyer, Kabupaten Serang, Jumat, 15 Mei 2015. Jalan dikerjakan dengan sistem kerja rodi pada Pemerintahan Gubernur Jenderal HIndia Belanda yang ke-36, Herman Willem Daendels. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Senja yang Sempurna di Jalur Daendels

Nyaris tak ada jejak kejayaan pelabuhan di ujung Jalan Raya Pos Daendels ini.


Kisah Seniman Pembuat Lukisan Bak Truk di Jalur Pantura

27 Mei 2015

Sebuah lukisan di karoseri bak truk kayu yang melintasi Jalan Siliwangi, Pantura, Jawa Tengah,  19 Mei 2015. TEMPO/Budi Purwanto
Kisah Seniman Pembuat Lukisan Bak Truk di Jalur Pantura

Tren lukisan di bak truk bergeser ke model stiker. Tetap khas dengan gambar nakal dan kalimat jail.


Kisah Mayat di Alas Roban

27 Mei 2015

Kawasan Alas Roban, Jawa Tengah. Tempo/Budi Purwanto
Kisah Mayat di Alas Roban

Jalan Daendels membelah Alas Roban yang terkenal angker dan rawan kejahatan. Jadi tempat pembuangan mayat.


Prostitusi Pantura di Jalan Raya Pos

27 Mei 2015

Warung remang-remang di sepanjang Kawasan Alas Roban, Batang, Jawa Tengah. TEMPO/Budi Purwanto
Prostitusi Pantura di Jalan Raya Pos

Prostitusi di jalur Pantura tumbuh sejak zaman Belanda. Titik lokalisasi mengikuti tempat istirahat para sopir truk.


Jembatan Ini Dulu Bertiang Pancang Manusia

27 Mei 2015

Jembatan Sembayat di kawasan Kec. Manyar, Gresik, Jawa Timur, 11 Mei 2015.  TEMPO/Aris Novia Hidayat
Jembatan Ini Dulu Bertiang Pancang Manusia

Jadi alat untuk menghukum penduduk karena jembatan tak kunjung selesai


Misteri Makam Diduga Korban Kerja Paksa Jalan Daendels

27 Mei 2015

Jalan di Kawasan Cadas Pangeran, Sumedang. Tempo/Tony Hartawan
Misteri Makam Diduga Korban Kerja Paksa Jalan Daendels

Korban kerja paksa pembangunan Jalan Raya Pos diperkirakan juga dikubur langsung di sekitar Cadas Pangeran.


Daendels Tak Begitu Dikenal di Kota Kelahirannya

27 Mei 2015

Herman Willem Daendels, Gubernur-Jenderal Hindia Belanda. Wikimedia.org
Daendels Tak Begitu Dikenal di Kota Kelahirannya

Di kota kelahirannya sendiri, Hattem, jejak jenderal bertangan besi ini hanya terdapat di Museum Voerman, museum sejarah Kota Hattem.