TEMPO.CO, Perth - Menempati satu ruang khusus seluas kira-kira satu lapangan voli di dalam Shipwreck Galleries, reruntuhan kapal Batavia menjadi saksi bisu terdamparnya kapal milik VOC, perusahaan dagang Belanda, di Australia. Kapal itu karam saat berlayar dari pelabuhan Texel, Belanda, menuju Batavia, yang merupakan kantor pusat perusahaan dagang itu di wilayah Timur. Berikut catatan perjalanan Tempo menelusuri jejak Batavia di Australia.
Kami mengunjungi Shipwreck Galleries di Fremantle, Perth, Australia, antara lain karena Rya Zaknich, pemandu kami, ingin menunjukkan sesuatu yang punya “kaitan” dengan Indonesia. "Biasanya orang tertarik dan merasa punya ikatan dengan tempat baru kalau menemukan hubungannya dengan sesuatu yang ia kenal," katanya. Ryan adalah pendiri Two Feet & A Heartbeat, jasa pemandu wisata yang memadukan rekreasi dengan sejarah lokal.
Saya dan seorang teman wartawan dari Jakarta menurut saja. Kami diundang oleh Tourism Western Australia, Kantor Pariwisata Australia Barat, untuk menyaksikan pementasan The Giants oleh teater jalanan asal Prancis, Royal de Luxe, di Perth, ibu kota Australia Barat. Hari itu, Jumat, 13 Februari 2015, sebulan yang lalu, Ryan merasa kami harus melihat ini: serpihan phinisi yang karam di perairan Australia Barat pada 1629 dalam perjalanan dari Belanda menuju Indonesia. Nama kapal itu “Batavia”.
Batavia membawa 300 penumpang, termasuk wanita dan anak-anak, dinakhodai oleh Francisco Pelsaert. Saat mereka meninggalkan Cape of Good Hope, melintasi Atlantik, dua anak buah kapal, Adrian Jacobsz dan Jeronimus Cornelisz, merencanakan pemberontakan untuk menguasai kapal. Entah apa yang kemudian terjadi, di pagi buta 4 Juni 1629, kapal kayu itu menghantam Morning Reef di Houtman Abrolhos dekat perairan Australia Barat. Karam!
Barangkali untuk mengekalkan serpihan sejarah pelayaran, atau entah untuk apa, serpihan kapal ini mulai diangkat dari dasar laut sejak 1972. Dan kini ia menghuni Shipwreck Galleries.
Di dekat reruntuhan Batavia, pihak museum memamerkan facade batu yang ditemukan bersama kapal. Konon "gapura" tersebut khusus dibuat untuk salah satu bangunan penting di Batavia kala itu. Lalu, ada juga bekas jangkar, tengkorak, dan tulang-belulang penumpang Batavia yang diambil dari Pulau Beacon dan Long Island di perairan Australia Barat.
Menurut catatan pihak galeri, sekitar 250 penumpang Batavia yang selamat dibawa ke kedua pulau itu. Namun di pulau, saat Kapten Pelsaert pergi mencari bantuan ke Batavia menumpang kapal lain, Cornelisz membunuhi lebih dari seratus bekas penumpang yang sakit, wanita dan anak-anak, untuk menghemat air dan persediaan makanan.
Tiba-tiba saja saya merasa ingin menyentuh reruntuhan tersebut: kapal ini pasti turut ambil bagian dalam periode awal kolonisasi Belanda di Indonesia, yang baru berakhir 350 tahun kemudian!
PHILIPUS PARERA
Bagaimana ke Shipwreck Galleries
Perth bisa dicapai dengan penerbangan dari Jakarta, Bali, atau kota lain. Penerbangan ke Perth dari Bali memakan waktu sekitar 3,5 jam. Anda bisa berkeliling Kota Perth dengan jalan kaki, termasuk mengunjungi Kings Park, salah satu taman kota terluas di dunia.
Di dalam wilayah pusat kota, semua bus di Perth gratis. Jika datang di musim kering, Oktober-April, cobalah makanan berbagai negara di pasar malam Twilight Hawker Market di Jalan Murray.
Dari Perth, Fremantle hanya sekitar 30 menit perjalanan berkereta dengan tarif Aus$ 4,40. Shipwreck Galleries di dekat pelabuhan ikan yang menyimpan reruntuhan kapal Batavia wajib dikunjungi. Gratis.
Anda juga bisa berjalan-jalan di kota mengagumi bangunan tua dari zaman Victoria, singgah ke daerah Cappuccino Strip yang ramai oleh pub dan restoran.