TEMPO.CO , Padang: Promosi CNNGo. Com yang menempatkan rendang urutan ke-11 dalam daftar “50 Makanan Terlezat Dunia” pada posting 21 Juli 2011 dan urutan pertama “50 Makanan Terlezat Dunia” pilihan 35.000 pembaca melalui Facebook pada posting 7 September 2011 membuat usaha rendang kering di Payakumbuh semakin berkibar.
“Sekarang di mana-mana orang mencari rendang. Apalagi pada musim liburan seperti sekarang, banyak yang pulang kampung ke Payakumbuh dan mencari rendang kemari,” kata Haris Budiman pemilik usaha rendang “Dapoer Rendang Riri” di Jalan Tan Malaka Kilometer 4, di Kota Payakumbuh, Sumatera Barat.
Di jalan Tan Malaka ini ada beberapa usaha rendang kering Payakumbuh yang berada di sisi jalan. Mulai dari usaha rendang yang cukup besar dan punya gerai penjualan, hingga usaha kecil di rumahan. Bila ingin berburu rendang kering, datanglah ke Jalan Tan Malaka di Payakumbuh.
Selebihnya usaha rendang kering ini terpencar di berbagai tempat di Payakumbuh.
Jalan Tan Malaka sendiri juga jalan yang menghubungkan Payakumbuh dengan Kabupaten Limapuluh Kota. Jalan ini juga akan melewati rumah tokoh revolusioner Indonesia Tan Malaka, di Pandang Gadang, Limapuluh Kota sekitar 15 km dari tempat usaha rendang. Rumah Tan Malaka sekarang sudah menjadi museum Tan Malaka dan bisa dikunjungi umum.
Payakumbuh kini terkenal sebagai penghasil aneka jenis rendang kering yang dijual dalam kemasan. Rendang kering ini sebenarnya juga dari resep warisan turun temurun, dan baru enam tahun terakhir dijual dan dikembangkan. Sebelumnya hanya untuk makanan keluarga.
Berbagai aneka rendang kering kini dijual di antaranya rendang telur, rendang daging suir, rendang paru, dan rendang ubi kayu. Beda dengan rendang daging basah yang dikenal selama ini sebagai rendang Padang, rendang kering ini rasanya lebih renyah, dan lebih kering dan tidak basah seperti rendang.
Rendang daging suir, misalnya, tinggal serabut dagingnya saja bersama bumbunya yang benar-benar kering. Rasanya mirip abon, tetapi lebih pedas dan suiran dagingnya lebih tebal. Sedangkan rendang paru, mirip serundeng paru, hanya aromanya rendang dan lebih pedas. Sedangkan rendang telur, ini yang paling unik: renyah seperti digoreng, padahal tidak digoreng.
“Banyak yang menyangka rendang telur ini, telurnya digoreng dulu saking renyahnya. Padahal cara membuatnya sama seperti rendang lainnya,´kata Haris Budiman.
Rendang telur ini dibuat dengan cara telur dicampur tepung dan bumbu didadar tipis, lalu dipotong-potong per segi dan dimasukkan ke dalam santan bersama bumbu rendang hingga santan mongering, hasilnya, rendang telur yang renyah seperti kerupuk.
Dalam sehari Dapor Rendan Riry membuat 300 butir telur untuk rendang telur, 15 kilogram daging untuk rendang suir dan 15 kilogram pariu untuk rendang paru.
“Kami memang mengkhususkan membuat rendang kering, karena lebih tahan lama hingga enam bulan, selain itu kami juga baru membuat kreasi rendang kering baru seperti rendang ikan tuna dan rendang suir ayam,” kata Haris Budiman.
Harga rendang-rendang kering ini tergantung jenis rendang. Rendang suir daging, rendang suir ayam, rendang tuna dan rendang paru dalam kemasan Rp 35 ribu untuk 200 gram. Yang paling murah rendang telur dan rendang ubi kayu campur teri, per bungkus dengan berat 200 gram harganya Rp 8 ribu.
Kalau masih ingin membeli rendang daging, bukan rendang kering, para pengusaha rendang ini juga menjualnya, tetapi pesan dulu. Harganya Rp160 ribu per kilogram,Tidak hanya rendang daging, mereka juga bias membuat rendang tradisional lainnya seperti rendang belut dan rendang ikan.
FEBRIANTI