Situs Gunung Padang merupakan punden berundak yang tidak simetris, berbeda dengan punden berundak simetris seperti Borobudur atau punden berundak simetris lainnya yang ditemukan di Jawa Barat. Lokasi situs Gunung Padang berada di titik 06°59,522' LS dan 107°03,363 BT. Situs ini terdiri atas lima teras (tingkatan).
Dasar situs terdapat di ketinggian 894 meter di atas permukaan laut (dpl). Berdasarkan data tersebut, tinggi punden berundak situs Gunung Padang adalah 95 meter dengan arah utama teras menuju utara barat laut. Seluruh teras situs Gunung Padang ini mengarah ke Gunung Gede (2.950 meter dpl) yang terletak sejauh sekitar 25 kilometer dari situs ini.
Bahan bangunan pembuat situs adalah batu-batu besar andesit, andesit basaltik, dan basal berbentuk tiang-tiang dengan panjang dominan sekitar satu meter, berdiameter dominan 20 sentimeter. Tiang-tiang batuan ini mempunyai sisi-sisi membentuk segi banyak dengan bentuk dominan membentuk tiang batu empat sisi (tetragon) atau lima sisi (pentagon).
Setiap teras mempunyai pola-pola bangunan batu yang berbeda-beda yang ditujukan untuk berbagai fungsi. Teras pertama merupakan teras terluas dengan jumlah batuan paling banyak. Teras kedua berkurang jumlah batunya. Teras ketiga sampai kelima merupakan teras-teras yang jumlah batuannya tidak banyak.
Situs Gunung Padang pertama kali dilaporkan keberadaannya oleh peneliti kepurbakalaan zaman Belanda, N.J. Krom. Laporan pertama tentang Gunung Padang muncul dalam laporan tahunan Dinas Purbakala Hindia Belanda tahun 1914 (Rapporten van den Oudheidkundigen Dienst in Nederlandsch-Indie).
N.J. Krom tidak melakukan penelitian mendalam, hanya menyebutkan bahwa situs ini diperkirakannya sebagai sebuah kuburan purbakala. Situs ini kemudian dilaporkan kembali keberadaannya pada 1979 oleh penduduk setempat kepada penilik kebudayaan dari pemerintah daerah. Sejak itu, situs ini telah diteliti cukup mendalam secara arkeologi meskipun masih menyisakan berbagai kontroversi. Para ahli arkeologi sepakat bahwa situs ini bukan merupakan sebuah kuburan seperti dinyatakan oleh Krom (1914), tetapi merupakan sebuah tempat pemujaan.
Tentang umurnya, ada yang berpendapat bahwa situs ini dibangun pada masa Prabu Siliwangi dari Kerajaan Sunda sekitar abad ke-15 karena ditemukan guratan senjata kujang dan ukiran tapak harimau pada dua bilah batu. Tetapi para ahli arkeologi berpendapat bahwa situs ini umurnya adalah 1.500 SM berdasarkan bentuk monumental megalit dan catatan perjalanan seorang bangsawan dari Kerajaan Sunda, Bujangga Manik, semasa dengan Prabu Siliwangi, yang menulis bahwa situs ini sudah ada sebelum Kerajaan Sunda. Dan tidak mungkin Bujangga Manik tidak tahu bahwa situs ini dibangun oleh Kerajaan Sunda karena ia pun seorang bangsawan dari Kerajaan Sunda.
Selanjutnya...