TEMPO.CO, Jakarta - Natal kurang sehari lagi, semua umat Kristiani pasti sudah mempersiapkan sajian khas di hari istimewa ini. Jamuan di malam Natal hingga acara bersama keesokan harinya dibuat khusus untuk memperingati kelahiran Yesus Kristus ini. Di Indonesia, selama ini memang tidak dikenal santapan khas Natal. Tapi di beberapa keluarga, khususnya yang masih keturunan Cina atau Indo-Belanda, ada sajian unik: Ayam Kodok.
Kenapa Ayam Kodok hanya muncul di saat Natal? Menurut ahli kuliner William Wongso, karena pembuatannya yang rumit. "Itu bukan masakan sehari-hari, jadi biasanya dibuat karena ada suatu acara," ujar dia yang dihubungi melalui surat elektronik, Sabtu, 24 Desember 2011.
Pertimbangan kesulitan pembuatan itulah yang membuat sajian ini istimewa. Apalagi Indonesia tidak mengenal ayam kalkun, seperti tradisi Natal di negara-negara barat. Lalu, apa sebenarnya yang disebut dengan Ayam Kodok?
William menuturkan itu adalah masakan dari ayam tua. Daging dan tulangnya dikeluarkan, hingga hanya bersisa kulit. Daging ayam dihancurkan dan dicampur dengan rempah-rempah kemudian dimasukkan kembali.
Kulit utuh dengan bentuk karkas ayam inilah yang menyebabkannya disebut ayam kodok. Karkas tanpa kepala dengan posisi meringkuk. Ayam Kodok disajikan dalam bentuk panggangan, setelah sebelumnya dikukus terlebih dahulu.
Sebenarnya, kata William, Ayam Kodok adalah modifikasi dari masakan barat yang bernama chicken ballotine. "Sejarahnya pasti yang bawa ide oleh orang Belanda atau orang barat," ujar pria kelahiran Malang ini. Hanya, ketika sampai di Indonesia, bumbunya dimodifikasi dengan kekayaan rempah.
Sajian khas Natal di Indonesia diakui William memang banyak dipengaruhi tradisi barat. Selain Ayam Kodok, selama ini juga dikenal Erten Soup, Sup Merah, dan Hoesarenslag.
DIANING SARI