TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu destinasi geografis paling ikonik di Benua Afrika adalah tanjung yang terletak di ujung paling selatan benua tersebut.
Banyak yang mengira kalau nama tanjung di ujung Benua Afrika adalah Tanjung Harapan atau Cape of Good Hope. Tapi ternyata, jawaban yang tepat adalah Tanjung Agulhas.
Selain menjadi titik paling selatan benua, Tanjung Agulhas juga menyimpan kisah tentang pertemuan dua samudra besar dunia dan menjadi saksi bisu sejarah navigasi maritim. Penasaran seperti apa Tanjung Agulhas? Simak informasinya berikut ini.
Lokasi dan Keistimewaan Tanjung Agulhas
Tanjung Agulhas merupakan titik paling selatan di Benua Afrika. Terletak sekitar 176 kilometer dari tenggara Cape Town, Afrika Selatan, tanjung ini menjadi salah satu tempat bersejarah yang penting bagi para pelaut sejak zaman dahulu.
Tanjung ini juga dikenal sebagai lokasi bertemunya dua samudra besar dunia, yaitu Samudra Atlantik dan Samudra Hindia.
Meskipun kedua samudra tersebut bertemu beberapa kilometer ke laut, garis pemisahnya secara resmi berada di sepanjang meridian 20 Timur, yang melewati Tanjung Agulhas.
Asal Usul Nama "Agulhas"
Nama "Agulhas" berasal dari bahasa Portugis yang berarti "jarum". Ada tiga teori yang menjelaskan asal usul nama ini. Pertama, nama tersebut diberikan karena bebatuan tajam di sekitar tanjung yang menyerupai jarum.
Kedua, nama ini berkaitan dengan pengamatan para navigator Portugis awal, di mana jarum kompas mereka tidak mengalami deviasi magnetik saat berada di Tanjung Agulhas. Tapi menurut penjelasan lain, nama itu diberikan karena di sanalah jarum kompas menunjuk lurus ke utara.
Keindahan Alam Tanjung Agulhas
Perairan di sekitar Tanjung Agulhas terkenal dangkal, dengan kedalaman kurang dari 100 meter dan lebar hampir 250 kilometer. Meski demikian, wilayah ini merupakan salah satu daerah penangkapan ikan terbaik di Afrika.
Namun, kondisi perairannya bisa sangat berbahaya bagi para pelaut. Ombak besar dan angin kencang telah menyebabkan banyak kapal karam di sepanjang garis pantai Tanjung Agulhas selama berabad-abad.
Bebatuan tajam serta terumbu karang yang tersebar di sekitar tanjung menambah risiko bagi kapal-kapal yang melintas.
Mercusuar Tanjung Agulhas
Salah satu daya tarik utama dari tanjung ini adalah Mercusuar Tanjung Agulhas, yang dibangun pada tahun 1849 dan merupakan mercusuar ketiga di pesisir Afrika Selatan. Desain mercusuar ini terinspirasi dari Pharos di Alexandria, salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno.
Meskipun struktur asli mercusuar dinyatakan tidak aman pada tahun 1966 dan diganti dengan struktur kisi pada tahun 1968, masyarakat setempat berhasil memugar mercusuar ini. Mercusuar tersebut diresmikan kembali pada tahun 1988 dan menjadi salah satu Monumen Nasional Afrika Selatan sejak tahun 1973.
Cahaya dari mercusuar ini dapat terlihat hingga sejauh 60 kilometer ke laut, menjadikannya penanda penting bagi kapal-kapal yang melintasi perairan tersebut. Di dalam bangunan mercusuar juga terdapat museum yang menarik perhatian wisatawan.
Keanekaragaman Hayati di Tanjung Agulhas
Selain menawarkan pemandangan pertemuan dua samudra, Tanjung Agulhas juga kaya akan keanekaragaman hayati.
Taman Nasional Agulhas, yang terletak di sekitar tanjung, merupakan rumah bagi lebih dari 2.000 spesies tanaman, di mana sekitar 100 spesies di antaranya endemik dan tidak dapat ditemukan di tempat lain. Berbagai macam vegetasi semak belukar yang disebut fynbos juga tumbuh di sana.
Tidak hanya itu, reruntuhan arkeologi yang berusia ribuan tahun juga ditemukan di Tanjung Agulhas. Reruntuhan ini menjadi saksi bisu sejarah panjang suku Khoekhoe yang pernah mendiami wilayah tersebut berabad-abad yang lalu.
BRITANNICA
Pilihan Editor: 6 Negara Ini Dinilai Tidak Aman untuk Perempuan yang Traveling Sendirian