TEMPO.CO, Yogyakarta - Jika berencana liburan akhir pekan ke Yogyakarta, ada perhelatan fashion cukup menarik bertajuk Jogja Fashion Trend (JFT) yang digelar lima hari mulai 7 hingga 11 Agustus 2024 di Pakuwon Mall Yogyakarta. Pengunjung bisa secara gratis melihat bagaimana 139 desainer berbagai provinsi adu kreativitas di bidang fashion dalam event yang digagas Yayasan Fashion Jogja Istimewa, Asmat Pro Yogyakarta, serta Bank Indonesia Yogyakarta itu.
Mengusung tema Inspectre, gelaran ini melibatkan tak kurang 120 model dari berbagai kota. Turut mengundang pula sejumlah desainer tamu kenamaaan seperti Sinta Masson, Ina Priyono, Lenny Agustin, dan Agus Sunandar.
Sesi Khusus Gen Z
Creative Director JFT 2024 Phillip Iswardono menuturkan gelaran fashion ini ingin memberi ruang lebih untuk Gen Z
"Kami menyediakan sesi khusus soal generasi Z dengan harapan mereka memiliki wawasan baru soal dunia fashion global," ujar Phillip Jumat 9 Agustus 2024.
Phillip mengungkap, selesainya masa pandemi Covid-19 seolah menjadi penanda era baru yang didominasi eksistensi kalangan Gen Z atau mereka yang lahir pada 1997-2012 (usia 12 hingga 27 tahun). Generasi ini sangat fasih dan mengandalkan berbagai aktivitas hidupnya dengan perangkat digital.
Namun tanpa disadari, ujar Philip, pesatnya perkembangan informasi dan teknologi hari ini, ternyata juga menimbulkan kepenatan karena banyaknya pilihan, termasuk dalam tren busana.
"Dalam gelaran ini para desainer yang terlibat mencoba kembali pada gaya yang lebih tenang, kembali ke natural, membumi, sederhana tapi berisi untuk mengatasi kepenatan era digital ini," kata Phillip.
Misalnya saja, dalam perhelatan ini ada desain fashion yang mengangkat tema sarung. Karya yang dicipitakan memiliki unsur memiliki lilitan-lilitan dan longgar agar nyaman dan praktis saat dipakai.
Wastra Khas Indonesia
Penyelenggara yang juga Desainer Relation JFT 2024 Nyudi Dwijo Susilo mengungkapkan selain mengolah karya fashion yang terinspirasi Gen Z, para desainer juga mengolah wastra khas Indonesia.
"Para desainer ini didorong mengolah ragam wastra Indonesia agar nyaman digunakan namun tak ketinggalan jaman, misalnya dari desain serta permainan kombinasi bahannya," kata dia.
Selain itu, para pengunjung bisa melihat deretan karya yang diciptakan para pembatik muda dari lima kabupaten/kota Daerah Istimewa Yogyakarta lewat berbagai bentuk fashion. Tak hanya busana, namun juga sepatu hingga aksesoris.
Farah Button
Salah satu desainer kawakan asal Yogyakarta yang juga pendiri brand Farah Button, Sutardi turut mengusung koleksi terinspirasi GenZ dalam gelaran itu. Koleksi GenZ ciptaan Sutardi menggunakan bahan linen, knit, dan satin dengan motif kotak-kotak dan polos.
"Desain yang diangkat ini melambangkan karakter Gen Z yang kreatif, cepat, dan smart," ujar Sutardi.
Desainer yang mempekerjakan tak kurang 300 orang dari lima UMKM konveksi di Yogyakarta itu menuturkan lewat event itu ia juga mengenalkan karya baru. Berupa dress bermotif kotak-kotak, yang desainnya seolah-olah terdiri dari dua bagian berupa dress dan kemeja flanel yang diikat di bagian pinggang.
"Ajang JFT ini menjadi satu ruang juga untuk bertahan di tengah kondisi perekonomian yang kurang baik bagi pelaku usaha fashion saat ini," kata dia.
Sutardi mengungkap, industri fashion baik nasional dan global saat ini tengah menghadapi tantangan. Di mana banyak perusahaan tekstil yang melakukan PHK massal pekerjanya.
"Industri fashion sedang turun, lewat event seperti ini harapannya bisa bangkit dan para desainer semangat berinovasi," kata dia.
Pilihan Editor: Yogyakarta Ditarget Jadi Pusat Fashion Dunia pada 2028, Desainer Siapkan Strategi