TEMPO.CO, Yogyakarta - Raja Keraton yang juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X angkat bicara soal aksi para pedagang kaki lima (PKL) Teras Malioboro 2 yang berakhir ricuh akhir pekan lalu, 13 Juli 2024.
Para PKL saat itu menggelar aksi protes terkait penutupan pagar Teras Malioboro karena ingin berjualan di selasar jalulr pedestrian Malioboro. Aksi berjualan di area pedestrian itu merupakan wujud kekecewaan mereka yang merasa tak dilibatkan dalam rencana relokasi ke tempat baru yang akan dilakukan pada 2025.
Sultan menuturkan, rencana relokasi itu sebelumnya sudah dirembug dengan pedagang.
"Kami (Pemerintah DIY) kan sudah bicara, kalau (tenggat waktu berjualan) di Teras Malioboro 2 itu hanya dua tahun," kata Sultan di Yogyakarta pada Senin, 15 Juli 2024.
Sebanyak 1.041 pedagang menempati Teras Malioboro 2 pada Februari 2022. Mereka merupakan bagian pedagang yang sebelumnya berjualan di trotoar Malioboro. Sedangkan sisanya menempati Teras Malioboro 1.
Kontrak dengan pedagang
Hanya saja, Sultan menuturkan, komunikasi yang dilakukan Pemerintah DIY dengan pedagang dilakukan bukan melalui paguyuban pedagang, melainkan berdasarkan kontrak dengan tiap individu pedagang. Adapun para pedagang di Teras Malioboro 2 tergabung dalam Paguyuban Tri Dharma.
"Kami tidak mengenal koperasi pedagang Tri Dharma, kontraknya Pemda DIY itu individual, rembugannya (soal relokasi) secara individual, bukan lewat koperasi," kata Sultan
Sultan menuturkan, koperasi atau paguyuban pedagang Malioboro memang ada saat mereka masih berdagang di trotoar dulu. Namun begitu dilakukan relokasi tahap pertama ke Teras Malioboro, komunikasi atau kontrak Pemda DIY dengan pedagang itu sudah dilakukan atas nama individu pedagang, bukan paguyuban lagi.
"Koperasi itu kan saat PKL masih di sana (selasar), tapi begitu masuk (Teras Malioboro) tidak atas nama organisasi yang mengontrak di situ, walau mungkin mereka masih anggota koperasi," ungkap Sultan.
Hal sama juga diberlakukan pada pedagang di Teras Malioboro 1. "Kalau secara individual pedagang (Pemda DIY) sudah berembug soal rencana (relokasi) pindah ke belakang Ramayana (Ketandan) itu,"
"Wong (tempat relokasinya) juga sudah mau dikerjakan, naik tahun 2025," ujar Sultan.