Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Rujak Uleg Surabaya yang Tak Sekedar Festival

Reporter

image-gnews
Peserta membuat rujak uleg dalam porsi besar saat Festival Rujak Uleg di Balai Kota Surabaya, Jawa Timur, Minggu, 19 Mei 2024. Festival makanan khas Surabaya yang diikuti berbagai komunitas, perhotelan dan lain-lain itu untuk menyambut Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-731. ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Peserta membuat rujak uleg dalam porsi besar saat Festival Rujak Uleg di Balai Kota Surabaya, Jawa Timur, Minggu, 19 Mei 2024. Festival makanan khas Surabaya yang diikuti berbagai komunitas, perhotelan dan lain-lain itu untuk menyambut Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-731. ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Iklan

TEMPO.CO, Surabaya - Pemerintah Kota Surabaya menggelar Festival Rujak Uleg 2024 di Balai Kota, Ahad pagi, 19 Mei 2024. Kegiatan tahunan yang biasanya diselenggarakan di Jalan Kembang Jepun atau kawasan Pecinan  tersebut dipindahkan ke Taman Surya Balai Kota karena terhalang proyek pemasangan box culvert.

Mengusung tema The History of Rujak Cingur kegiatan itu dihadiri para pejabat lintas instansi, kalangan kampus, delegasi dari berbagai negara serta masyarakat umum. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pada festival tahun ini disisipkan teatrikal bertema Pasar Suroboyo.

Disusul kemudian fashion show busana ‘Akulturasi Budaya Surabaya’ oleh pegawai organisasi perangkat daerah Pemkot Surabaya. Mereka berlenggak-lenggok di catwalk karpet merah layaknya peragawan dan peragawati.

Wali Kota Eri Cahyadi hadir mengenakan pakaian santai, yakni baju lurik, celana hitam dan memakai udheng. Ia berujar alasan dipilihnya tema The History of Rujak Cingur karena kuliner khas Kota Pahlawan itu simbol dari rasa kebersamaan, toleransi, persatuan, kesatuan, dan gotong royong.

Semangat persatuan itu, kata dia, tercermin sejak era penjajahan Belanda. “Surabaya diduduki Belanda. Ketika itu Belanda meminta warga pindah agar kota ini dapat dikuasai. Tetapi bagaimana warga Surabaya menjadi satu kesatuan mengusir Belanda, dan itu dituangkan di dalam rujak uleg,” tutur Eri. 

Ia mengibaratkan rujak uleg sebagai Kota Surabaya, yang di dalamnya terdapat berbagai suku, agama, serta lapisan masyarakat menjadi satu bagian. Filosofi rujak uleg itu, kata dia, menjadi kekuatan Kota Surabaya,

“Seperti rujak uleg, tanpa ada cingur, maka tidak akan terasa, tanpa ada petis juga akan hambar. Maka dari itu, Surabaya tanpa ada agama Kristen maka terasa hambar, tanpa ada agama Islam juga tidak akan terasa, tanpa ada agama Buddha juga tidak akan terasa. Begitu pula tanpa ada suku, Tionghoa, Jawa, Madura, semuanya tidak akan terasa,” kata Eri Cahyadi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pemkot Surabaya sendiri menyajikan 731 porsi rujak uleg atau disesuaikan dengan angka Peringatan Hari Jadi Kota Surabaya ke-731. Selain itu, ada 800 porsi rujak uleg yang disajikan dan dibagikan oleh 432 peserta festival kepada ribuan pengunjung.

Dari pengamatan Tempo, meski festival baru dimulai pukul 09.00, namun sejak pagi suasana Taman Surya telah ramai oleh masyarakat. Parkir kendaraan roda dua dan roda empat ditempatkan di sekitar lokasi acara sehingga agak menghambat lalu lintas pengguna jalan.

Namun karena hari libur, kemacetan itu mudah diurai oleh aparat Dinas Perhubungan dan Satuan Polisi Pamong Praja yang telah dipersiapkan memperlancar arus lalu lintas.

Salah seorang peserta festival, Fitri, mengatakan mempersiapkan diri sejak pukul 03.00 dini hari. Sebab ia mesti mengusung berbagai peralatan dan masakan bahan rujak uleg yang sudah matang ke balai kota. Ia juga berdandan unik sesuai arahan panitia. Meski demikian ia mengaku senang dapat berpartisipasi. “Seru sih,” kata dia.

Pilihan Editor: 5 Kuliner Unik Khas Kabupaten Lumajang: Ada Rujak Bambu Hingga Nasi Kelor


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


4 Kota Terbaik di Indonesia untuk Kuliah Versi QS Best Student Cities 2025

8 jam lalu

Kota Terbaik di Indonesia untuk Kuliah. Foto: Canva
4 Kota Terbaik di Indonesia untuk Kuliah Versi QS Best Student Cities 2025

Berikut beberapa kota di Indonesia yang masuk ke dalam daftar QS Best Student Cities 2025 sebagai kota terbaik untuk kuliah.


Mahasiswi UC Surabaya Lompat dari Gedung Kampus, Ada Pesan WA untuk Mantan Kekasih

1 hari lalu

Ilustrasi tewas atau jenazah atau jasad. shutterstock.com
Mahasiswi UC Surabaya Lompat dari Gedung Kampus, Ada Pesan WA untuk Mantan Kekasih

Kampus UC Surabaya menyatakan mahasiwi yang tersebut tidak punya masalah akademik.


Wajah Baru Pusat Kuliner Legendaris Akau Potong Lembu Tanjungpinang

2 hari lalu

Penampakan suasana warna warni kawasan pusat kuliner legendaris Akau Potong Lembu, Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Foto Humas Pemprov Kepri
Wajah Baru Pusat Kuliner Legendaris Akau Potong Lembu Tanjungpinang

Bagaimana wajah baru pusat kuliner legendaris Akau Potong Lembu di Tanjungpinang usai direvitalisasi?


Vina Panduwinata Pukau Penonton Jazz Traffic Festival

3 hari lalu

Vina Panduwinata saat tampil dalam Jazz Traffic Festival 2024 di Grand City Convex Surabaya, Ahad malam, 15 September 2024. (Foto: Istimewa)
Vina Panduwinata Pukau Penonton Jazz Traffic Festival

Artis kawakan Vina Panduwinata memukau penonton Jazz Traffic Festival di Grand City Convex Surabaya.


Tips Mengajak Anak Bersantap di Restoran Mewah saat Bepergian

3 hari lalu

Ilustrasi makan bareng keluarga. Unsplash.com/Pablo Merchn Montes
Tips Mengajak Anak Bersantap di Restoran Mewah saat Bepergian

Berikut ini beberapa tips untuk yang ingin mengajak anak-anak bersantap di restoran mewah saat bepergian


Rekomendasi Kuliner Khas Medan, dari Soto hingga Mi Gomak

4 hari lalu

Soto dengan potongan daging sapi dan kuah bersantan di RM Sinar Pagi, Medan. Tempo/Dhemas Reviyanto
Rekomendasi Kuliner Khas Medan, dari Soto hingga Mi Gomak

Kuliner Medan dipengaruhi oleh banyak budaya, mulai dari Cina, India, Melayu, Batak, Minang, dan Jawa.


Ingin Nikmati Kuliner Nusantara yang Khas? Coba 5 Restoran Ini

4 hari lalu

Salah satu sudut di Resto Sumber Asli. (TEMPO/Yayuk)
Ingin Nikmati Kuliner Nusantara yang Khas? Coba 5 Restoran Ini

Berikut rekomendasi lima restoran khas kuliner Nusantara yang lezat di Jakarta dan layak untuk dicoba bersama keluarga, teman, atau kolega.


Di Kota Italia Ini, Turis bakal Kesulitan Menemukan Piza

4 hari lalu

ilustrasi pizza (pixabay.com)
Di Kota Italia Ini, Turis bakal Kesulitan Menemukan Piza

Menikmati piza Italia asli di restoran tepi kanal Venesia yang menawan mungkin hanya menjadi angan-angan.


Solidaritas Korban Topan Yagi, Vietnam Batalkan Sejumlah Festival Pariwisata

5 hari lalu

Dua kerbau saling beradu dalam Festival Adu Kerbau di lapangan Do Son, Vietnam, 21 September 2015. Festival tersebut digelar untuk selalu berdoa agar diberi keselamatan, kemakmuran, dan panen yang melimpah. (Robertus Pudyanto/Getty Images)
Solidaritas Korban Topan Yagi, Vietnam Batalkan Sejumlah Festival Pariwisata

Jutaan orang di wilayah utara Vietnam telah berjuang selama berhari-hari menghadapi topan Yagi.


5 Rekomendasi Kuliner di Riyadh, dari Kuliner Tradisional hingga Mewah

6 hari lalu

Hidangan khas Saudi di Najd Village. (dok. Saudi Tourism Authority)
5 Rekomendasi Kuliner di Riyadh, dari Kuliner Tradisional hingga Mewah

Riyadh menawarkan wisata kuliner yang menarik untuk wisatawan global dan bersaing dengan kota-kota gastronomi di dunia