TEMPO.CO, Jakarta - Setiap tahun, jutaan orang Tionghoa di seluruh dunia merayakan Festival Pertengahan Musim Gugur atau Mooncake Festival, yang jatuh pada hari ke-15 bulan lunar kedelapan. Tahun ini Festival Pertengahan Musim Gugur dirayakan pada 17 September. Salah satu tradisi yang paling dinantikan dalam perayaan ini adalah menikmati kue bulan atau mooncake, camilan manis yang melambangkan kebersamaan, keberuntungan, dan harapan akan kemakmuran.
Kue bulan, atau yue bing, memiliki sejarah panjang yang diperkirakan telah ada selama lebih dari 3.000 tahun. Dalam konteks modern, kue bulan menjadi simbol persatuan keluarga yang berkumpul untuk menikmati makanan bersama sambil mengagumi bulan purnama saat Festival Pertengahan Musim Gugur. Awalnya, Mooncake Festival merupakan bentuk syukur masyarakat agraris atas panen musim gugur yang melimpah.
Makna kue bulan
Berbentuk bulat, kue bulan melambangkan kehidupan yang penuh syukur dan harmonis. Lapisan luarnya yang tipis biasanya terbuat dari tepung, gula, dan minyak, sementara bagian dalamnya bisa diisi dengan berbagai macam isian. Isian yang paling tradisional adalah pasta kacang merah manis atau biji teratai, namun, variasi modern bisa mencakup pasta durian, ham, hingga es krim.
Setiap daerah di Asia memiliki versi kue bulan yang unik. Di Korea Selatan, kue bulan disebut songpyeon, sementara di Vietnam disebut banh trung thu. Terlepas dari perbedaan nama dan bentuk, makna di balik tradisi memakan kue bulan tetap sama: mengucap syukur, memohon kesejahteraan, dan mempererat hubungan keluarga.
Tak hanya manis di lidah, mooncake juga menyimpan nilai sejarah yang mendalam. Salah satu legenda menyebutkan bahwa kue ini digunakan untuk menyelundupkan pesan rahasia selama pemberontakan terhadap bangsa Mongol pada abad ke-14, yang akhirnya membawa jatuhnya Dinasti Yuan.
Kue bulan modern
Hingga kini, kue bulan terus berkembang mengikuti zaman. Restoran mewah dan hotel di seluruh dunia bahkan berlomba menciptakan versi kue bulan modern dengan berbagai inovasi rasa dan tampilan. Meski begitu, inti dari tradisi ini tetaplah menghormati sejarah, keluarga, dan harapan akan kehidupan yang lebih baik.
Di tengah segala kemewahan dan inovasi modern, kue bulan tetap menjadi lambang penting dalam budaya Tionghoa, menjadikannya lebih dari sekadar makanan penutup biasa.
PUTRI ANI | BRITNANNICA | SMITHSONIANMAG
Pilihan Editor: 7 Jajanan Halal di Pecinan yang Bisa Dicoba Wisatawan Muslim