Suciwati mengaku sangat kesal melihat Museum HAM Munir belum difungsikan dan malah berubah jadi gudang.
Yayasan sudah mengajukan beberapa rencana kegiatan bertema HAM untuk menghidupkan dan memeriahkan museum kepada Disparta Kota Batu. Salah satu rencana yang diprioritaskan adalah membuat wahana edukasi HAM bagi anak-anak.
Petugas terlihat di dalam Museum HAM Munir yang belum beroperasional di Kota Batu, Jawa Timur, Senin, 5 Juni 2023. Koleksi museum paling berharga yang belum ditata antara lain dua patung perunggu pejuang HAM, Munir, serta patung perunggu Marsinah, aktivis buruh Jawa Timur yang tewas terbunuh pada 8 Mei 1993. TEMPO/Abdi Purmono
Yayasan rajin menanyakan kepada Disparta tentang rencana maupun upaya pengembangan museum sebagaimana sudah disepakati. Namun, Disparta hanya menjadikan kesulitan mencairkan anggaran dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai dalih. Tiada penjelasan mendetail dari Disparta sehingga Suciwati dan kawan-kawan tidak tahu-menahu masalah sebenarnya.
“Jelaskan saja pada publik jika masalahnya pencairan dana. Sudah sekian bulan berjalan tak ada kemajuan. Jangan sampai kami ini merasa di-pingpong. Kami tanya ke Kadisdar (kepala Dinas Pariwisata), dilempar ke bagian keuangan, terus diarahkan untuk tanya ke pihak Pemprov (Pemerintah Provinsi Jawa Timur). Kami tidak mau diperlakukan begitu karena tak sesuai kesepakatan,” kata Suciwati kepada Tempo, Senin, 5 Juni 2023.
Daniel menguatkan pernyataan Suciwati bahwa Pemerintah Kota Batu tidak perlu terlalu takut menyalahi aturan. Sebenarnya, menurut dia, tata cara kerja sama antara Pemerintah Kota Batu dengan Yayasan Museum HAM Omah Munir sudah selaras dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2020 tentang Tata Cara Kerja Sama Daerah dengan Daerah Lain dan Kerja Sama Daerah dengan Pihak Ketiga.
Daniel dan Suciwati mendesak Pemerintah Kota Batu untuk terbuka dan kembali aktif melanjutkan kesepakatan. Pemerintah Kota Batu diberi waktu satu bulan untuk menjawab somasi pertama.
Dalam satu bulan ke depan, Pemerintah Kota Batu harus segera mengevaluasi dan menindaklanjuti pelaksanaan kerja sama yang sudah disepakati.
Respons pemerintah
Penjabat Wali Kota Batu Aries Agung Pawei membenarkan anggaran menjadi penyebab Pemerintah Kota Batu belum bisa sepenuhnya menindaklanjuti rencana-rencana pengembangan museum. Pemerintah Kota Batu mengikuti pedoman prosedur pencairan dan pengelolaan anggaran berdasarkan proposal yang diajukan.
“Maaf ya Mas, tidak baik saya jawab langsung seperti itu karena kami tidak ingin saling menyalahkan. Kami ingin ikut aturan yang berlaku agar tidak salah dalam pengelolaan anggaraan. Nanti saja kami melengkapi administrasi kami biar tidak salah dalam penggunaan anggaran. Jadi biar berproses dulu,” kata Aries dalam bentuk pesan pendek tertulis yang diterima Tempo pada Selasa pagi, 6 Juni 2023.
Patung Perunggu Munir dan sebagian koleksi Museum HAM Munir Kota Batu belum tertata dan hanya tergeletak di lantai tiga, Kota Batu, Jawa Timur, Senin, 5 Juni 2023. Museum yang mulai dibangun pada 8 Desember 2019, berdiri di atas lahan Pemerintah Kota Batu seluas 2.200 meter persegi, namun hingga kini belum beroperasi. TEMPO/Abdi Purmono
Sedangkan Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu Arief As Siddiq tidak keberatan disomasi dan bukan berarti ia ingin melepas tanggung jawab. Arief mengaku pihaknya berkoordinasi dengan Yayasan MHM beberapa kali sehingga tak benar pula jika pihaknya sengaja menelantarkan Museum HAM Munir.
“Soal tuduhan kami melakukan pembiaran dan lepas tanggung jawab, itu tidak benar. Semua persiapan sudah kami lakukan dan lagi-lagi kami memang menunggu anggaran turun. Kalau sudah ada anggarannya, pasti langsung kami koordinasikan dengan yayasan,” kata Arief.
Arief juga membantah telah memasukkan barang-barang yang tidak relevan dengan tujuan awal pendirian museum. Tentang gamelan yang disebut Suciwati dan Daniel, misalnya, Arief menyatakan gamelan yang ditaruh di lantai satu dekat kantor museum nanti difungsikan sebagai alat untuk mengenalkan Museum HAM Munir lewat musik.
Seperti apa kondisi museum sekarang?
Kondisi sekarang
Tempo mengunjungi Museum HAM Munir pada Senin siang, 5 Juni 2023. Tempo bertemu tiga staf Bidang Promosi Dinas Pariwisata Kota Batu, yang bernama Novita, Bagas dan Astuti.
Tempo memotret sisi luar bangunan museum dari semua sisi. Fasad (muka bangunan) museum tampak kumuh dengan sebagian cat terkelupas. Bangunan utama berkaca malah tampak gosong mirip bangunan yang habis terbakar.
Sebagian undakan dan lantai selasar depan museum retak-retak. Banyak puntung rokok, cangkir plastik bekas minuman dan sangat minim tanaman penghijau perkarangan.
Kondisi memprihatikan juga terlihat di bagian dalam gedung museum. Hanya lantai satu yang cukup terawat. Sedangkan lantai dua dan tiga seperti tidak terurus. Lantai berdebu, ada langit-langit yang kelihatan berjamur dan lembap.
Kondisi interior lantai dua Museum HAM Munir di Kota Batu, Jawa Timur, Senin, 5 Juni 2023. Saat wartawan Tempo datang, terlihat banyak kursi dan perabotan lain tidak ditata, lantai bangunan berdebu, banyak kotak barang dibiarkan menumpuk, di museum yang biaya pembangunannya menghabiskan anggaran Rp 8,2 miliar. TEMPO/Abdi Purmono
Banyak barang di lantai dua tidak ditata. Meja dan kursi tidak ditata teratur. Debu memenuhi lantai, meja dan kursi-kursi.
Kondisi paling memprihatinkan ada di lantai tiga. Sebagian barang barang koleksi Museum HAM Munir baru dipindahkan dari rumah pasangan Munir Said Thalib (8 Desember 1965-7 September 2004) dan Suciwati di tepi Jalan Bukit Berbunga, Desa Sidomulyo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Rumah itu dulu berfungsi dengan museum lama Omah Munir.
Menurut Novita, barang-barang itu dipindahkan Yayasan MHM kurang dari dua pekan lalu. Belum semua barang dipindahkan dari Jalan Bukit Berbunga ke Jalan Sultan Hasan Halim (kantor museum baru). “Saya enggak tahu kapan mau dipindah. Kami juga enggak tahu apa sebabnya museum belum dibuka,” kata Novita.
Koleksi museum paling berharga yang masih teronggok begitu saja, antara lain dua patung perunggu setengah badan almarhum pejuang HAM, Munir Said Thalib alias Munir, serta patung perunggu Marsinah, aktivis buruh Jawa Timur yang tewas terbunuh pada 8 Mei 1993.
Selain itu, ada panel berisi informasi penghilangan sejumlah warga dari beberapa kecamatan di Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh, sepanjang Agustus-Desember 2001 atau di masa konflik bersenjata masih terjadi di Aceh, yang ditumpuk bersama panel-panel lain. Begitu pula dengan nasib sejumlah lukisan.
Pilihan Editor: Pilihan Wisata Museum di Yogyakarta, Jangan Lewatkan 4 Museum Bersejarah Ini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.