TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi Covid-19 membuat orang menyadari pentingnya kegiatan pariwisata berkelanjutan. Wisata berkelanjutan artinya aktivitas pariwisata yang tidak mengeksploitasi alam, melindungi ekosistem, dan menghormati apa yang ada seutuhnya.
Hasil survei Tren Wisata Berkelanjutan dari layanan perjalanan daring, Agoda menunjukkan sudah mulai tumbuh kesadaran untuk tidak mengeksploitasi alam demi pariwisata. "Survei ini menangkap pesan sederhana yang bisa kita lakukan demi aktivitas wisata berkelanjutan. Ada tanggung jawab pada perilaku setiap wisatawan," kata John Brown, Chief Executive Officer Agoda dalam keterangan tertulis.
Brown menjelaskan, temuan survei yang diumumkan seiring dengan Hari Lingkungan Dunia 2021 yang diperingati setiap 5 Juni. Survei ini mengungkap tiga dampak eksploitasi pariwiata atau overtourism terhadap alam. Implikasi pertama adalah pencemaran pantai dan jalan air atau waterway. Kedua, deforestasi, dan ketiga pemborosan energi, di antaranya pemakaian listrik dan air yang berlebihan.
Survei Tren Wisata Berkelanjutan Agoda yang berlangsung pada 10 - 28 Mei 2021 secara daring ini diikuti oleh 18.327 responden dari 14 negara. Sebagian besar responden menyatakan pemerintah adalah pihak yang paling bertanggung jawab untuk membuat perubahan demi menjadikan pariwisata berkelanjutan.
Ilustrasi wisatawan memakai masker dan menjaga jarak. Dok. Kementerian Pariwisata
Responden dari Indonesia dan Inggris yang paling banyak menuntut pertanggungjawaban dari pemerintah, ini. Porsinya masing-masing 36 persen. Diikuti responden asal Cina dengan 33 persen, Australia (28 persen), dan Malaysia (27 persen).
Dalam survei itu juga terungkap bagaimana cara membangun pariwisata berkelanjutan atau ramah lingkungan. Setidaknya ada dua metode yang dapat ditempuh, yakni membuat lebih banyak kawasan terlindungi atau protected areas untuk membatasi jumlah wisatawan. Kedua, menghilangkan penggunaan perlengkapan mandi sekali pakai.
Untuk wistaawan, salah satu cara mencegah overtourism di suatu tempat adalah dengan mengunjungi destinasi wisata yang jarang dikunjungi. Setahun belakangan ini, Brown menyatakan, Agoda mendeteksi peralihan pola perjalanan dengan mengeksplorasi tempat-tempat yang tidak begitu dikenal.
"Perubahan pola ini tak hanya membantu pengusaha hotel independen dan penyedia akomodasi yang mengandalkan dolar dari wisatawan, namun juga bisa mengurangi beban lingkungan pada kawasan yang terlalu padat pengunjung," katanya. Perubahan pola perjalanan pariwisata ini juga dipicu kian banyaknya wisatawan domestik, ketimbang mancanegara.
Baca juga:
Wisatawan Dadakan Muncul di Masa Pandemi Covid-19, Siapa Mereka?