Dengan penataan semi pedestrian yang terus digarap dan diperluas titiknya itu, organisasi Forum Pemantau Independen (Forpi) Kota Yogyakarta meminta pemerintah tak abai dengan kondisi sarana fasilitas bagi penyandang disabilitas atau berkebutuhan khusus, yang disediakan di kawasan itu.
Sebab, masih terus bermunculan kerusakan sarana bagi disabilitas sehingga membuat jalur itu jadi tak ramah bagi pejalan lagi, "Misalnya sekarang, guiding block di area kawasan pedestrian Kotabaru kembali hilang. Jadi warga tuna netra kesulitan," ujar Koordinator Forpi Kota Yogyakarta, Baharudin Kamba, Senin 17 Februari 2020.
Hilangnya
guiding block di kawasan pedestrian Kotabaru Yogyakarta bukan kali pertama. Karena pada pertengahan bulan Februari 2019 lalu, ada ratusan
guiding block yang hilang. Padahal
guiding block merupakan petunjuk jalan yang vital bagi penyandang tuna netra. Apalagi Kotabaru bukan kawasan lalu lintas lengang, melainkan pusat kota.
Hari menuturkan seorang penjaga parkir yang berada di kawasan pedestrian Jalan Suroto Kotabaru mengaku sering menemukan guiding block yang terlepas. Semua guiding block yang di temukan langsung dititipkan ke rumah Dinas Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X meninjau fasiltas untuk difabel netra dan pengguna kursi roda di Boulevard Kotabaru Yogyakarta pada Jumat malam, 21 Desember 2018. TEMPO | Pito Agustin Rudiana (Yogyakarta)
Dari pemantauan Forpi akhir pekan lalu, sepanjang depan Gedung Bentara Budaya Yogyakarta hingga depan kantor Partai Golongan Karya (Golkar) DIY saat ada sebanyak 101 guiding block yang hilang.
"Yang paling banyak adalah di utara Kantor Bulog (Badan Urusan Logistik) ada sebanyak 25 guiding block yang hilang," katanya.
Menurutnya, guiding block di jalan ini memang rentan terlepas, karena sering dilintasi kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat yang keluar masuk perkantoran.
Forpi Kota Yogyakarta belum dapat memastikan penyebab 101 guiding block di kawasan pedestrian jalan Suroto hilang. Namun diduga hilang atau lepasnya guiding block karena kurang padatnya baut, yang dipasang sehingga rawan lepas.
"Kami harap ada pengawasan rutin sarana bagi difabel ini. Jika tidak segera diperbaiki, maka akan menyulitkan para penyandang tuna netra," ujarnya.
Selain itu, ujar Hari juga perlu ada penambahan CCTV di kawasan pedestrian jalan Suroto Kotabaru, Yogyakarta. Dengan adanya penambahan CCTV, maka diharapkan ada respon cepat dari pihak terkait bila guiding block hilang atau lepas.
Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti sebelumnya mengungkapkan penataan pendestrian Jalan Suroto Kotabaru yang juga disebut boulevard Kotabaru itu, sudah dilengkapi dengan guiding block yang menyambung di seluruh sirip jalan.
"Tidak ada guiding block yang terputus, kebutuhan kaum difabel sangat kami perhatikan,” kata Haryadi. Menurutnya, penataan Kotabaru untuk menguatkan citra kawasan cagar budaya itu.
Masyarakat dan wisatawan yang menghabiskan libur panjang dapat menikmati suasana kawasan yang berfungsi sebagai garden city itu selain di Malioboro. Selain Kotabaru, ada empat kawasan cagar budaya di Yogyakarta yakni, Malioboro, Kotagede, Keraton dan Pakualaman.
“Kelima kawasan cagar budaya tersebut akan terus kami tata agar lebih indah, baik dan nyaman,” ujarnya.
Guiding block di pedestrian Kota Baru, Jalan Suroto. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Revitalisasi pedestrian Kotabaru yang rampung sejak akhir 2018 itu dilakukan dengan menata trotoar di sepanjang jalan tersebut.
Dari semula hanya memiliki lebar 1,1 meter ditambah menjadi 2,1 meter.
Trotoar menggunakan bahan teraso berwarna keabu-abuan, dilengkapi ornamen yang mendukung citra kawasan Kotabaru sebagai kawasan indies.
Sementara itu untuk menguatkan suasana kawasan indies ditambahkan sejumlah street furniture, seperti bangku dan tiang listrik di sepanjang jalan tersebut. Kawasan ini juga diberi lampu penerangan khusus. Desain lampu dan kursi akan disesuaikan laiknya kawasan masa lalu.
PRIBADI WICAKSONO