TEMPO.CO, Yogyakarta - Angin dan hujan kian rutin menyapa Yogyakarta pada pekan pertama tahun 2020. Akibat hujan hampir sepanjang hari itu, tak terkecuali, beberapa jalur destinasi pun ikut terdampak. Seperti longsor tebing yang sempat terjadi di jalur Cinomati, Wonolelo, Pleret, Bantul Sabtu (4/1) siang.
Padahal jalur yang menghubungkan Desa Wonolelo Pleret dan Dlingo Kabupaten Bantul itu selama ini menjadi rute favorit wisatawan dari Kota Yogyakarta jika hendak menuju objek wisata Mangunan seperti Hutan Pinus, Puncak Becici, dan wisata alam lainnya.
Baca Juga:
Soal hujan yang tak henti melanda Yogyakarta awal tahun ini, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Biwara Yuswantara, mengimbau wisatawan juga lebih mawas.
"Kami imbau wisatawan yang berkunjung ke objek wisata khususnya yang ada di dataran tinggi, di aliran sungai atau kali ekstra berhati-hati saat hujan intens seperti sekarang," ujar Biwara, Ahad, 5 Januari 2020.
Imbauan untuk tak mendekati objek di dataran tinggi tersebut, untuk mewaspadai longsor. Sedangkan objek di pinggiran sungai atau kali untuk mewaspadai banjir, "Bila hujan deras segera mencari tempat yang aman, terutama dari potensi longsor, pohon tumbang atau sambaran petir," ujar Birawa.
Birawa juga meminta bagi wisatawan yang sudah terlanjur berada di objek wisata saat hujan deras terjadi, juga patuh pada arahan petugas yang ada di objek wisata bersangkutan, "Silakan ikuti arahan petugas di lapangan," ujarnya.
Wisatawan menyusuri sungai dengan mengenakan pelampung sambil menikmati keindahan alam dan air terjun dalam wisata Gua Pindul di Desa Bejiharjo, Karangmojo Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta, 30 Juli 2016. Dalam wisata ini, wisatawan akan menyelusuri sungai selama kurang lebih 1 jam. Pada saat hujan, wisata sungai memiliki potensi banjir yang membahayakan pengunjung. TEMPO/Fardi Bestari
BPBD DIY telah mengacu pada data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG Yogyakarta. Bahwa mulai tanggal 1 hingga 7 Januari 2020, wilayah DIY dimungkinkan terjadi hujan dengan intensitas tinggi disertai angin kencang, yang bisa memicu terjadinya banjir, longsor, pohon tumbang, dan dampak buruk lainnya.
BPBD pun telah mendorong masyarakat bersama-sama mengurangi risiko yang terjadi, dengan memangkas pohon yang terlalu lebat, terlalu tinggi yang berpotensi mengancam keamanan warga atau rumah.
BPBD mendorong pula aksi membersihkan saluran air hujan dan tidak membuang sampah sembarangan ke saluran air, "Cek kembali bagian rumah seperti atap seng, papan bila potensi kabur terkena angin maka bisa diperkuat," ujarnya.
Selain itu, papan reklame di jalanan yang berpotensi membahayakan juga diminta dilaporkan ke pihak berwenang untuk ditertibkan.
Yogyakarta masih berkaca pada peristiwa dampak Siklon Cempaka 2017 dan cuaca ekstrem 2018, untuk menjadi referensi dalam meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan.
Kepala Stasiun Klimatologi Mlati BMKG Yogyakarta, Reni Kraningtyas, dalam keterangannya Minggu (5/1) menyebut ada potensi cuaca ekstrem di Yogyakarta, berupa hujan lebat disertai angin kencang yang diprediksi berlangsung hingga 8 Januari 2020.
Potensi hujan lebat disertai angin kencang di Yogyakarta dipicu aktivitas Monsun Asia yang meningkat. Peningkatan aktivitas Monsun Asia itu menjadikan adanya penambahan massa udara basah di wilayah Indonesia.
Wisata Puncak Bukit Sosok di Bantul, Yogyakarta, menawarkan keindahan alam dari atas bukit. TEMPO | Yovita Amalia
Sementara itu berdasarkan model prediksi, aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) fase basah diprediksikan mulai aktif di sekitar wilayah Indonesia selama periode sepekan ke depan, kondisi ini dapat meningkatkan potensi pembentukan awan hujan cukup signifikan di wilayah Indonesia.
PRIBADI WICAKSONO