Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kampung Adat yang Ramah Wisatawan

image-gnews
Rumah adat Mbaru di Wae Rebo, Nusa Tenggara Timur. TEMPO
Rumah adat Mbaru di Wae Rebo, Nusa Tenggara Timur. TEMPO
Iklan
Kampung Adat Bena, Nusa Tenggara Timur

Rumah-rumah batu beratap ilalang berusia lebih dari 1.200 tahun tetap bertahan hingga sekarang. Berbagai ornamen kampung tetap bertahan dari bebatuan, seperti fondasi rumah, makam leluhur, tempat upacara adat, dan panggung pertemuan adat.

Batu besar menjulang menyerupai payung di tengah kampung, disebut ngadhu, berfungsi sebagai tempat ibadah dan dipercaya sebagai media penghubung warga Bena dengan leluhur mereka di puncak Gunung Inerie. Sedangkan bhaga, rumah panggung beratap ilalang, berfungsi sebagai tempat upacara adat.

Warga Kampung Bena menganut sistem matriarki. Setelah menikah, laki-laki akan mengikuti keluarga perempuan pergi ke luar kampung. Festival Bena, yang diadakan setiap Natal, akan kembali menyatukan ikatan kekerabatan mereka. Bena terletak di Desa Tiworiwu, Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Tempat ini bisa ditempuh sekitar 30 menit dengan mobil dari Kota Bajawa, ibu kota Ngada.

Kampung adat Bena, Flores. Tempo/Francisca Christy Rosana

Suku Korowai, Papua

Suku Korowai baru ditemukan 30 tahun silam. Selama berabad-abad, keberadaan mereka tersembunyi di belantara Distrik Kaibar, Kabupaten Mappi, Papua. Tepatnya di selatan kaki Pegunungan Jayawijaya. Sebelumnya, mereka bahkan tak tahu ada manusia selain suku mereka sendiri.

Itu sebabnya kebudayaan mereka berbeda dengan suku Papua lainnya. Salah satunya, tak menggunakan koteka. Kaum pria menggunakan akar pohon untuk menutup alat kelaminnya. Sekitar 3.000 orang suku Korowai hingga sekarang masih hidup dengan tradisinya. Tiap keluarga membangun rumah di atas pohon liar setinggi 15-50 meter untuk menghindari roh jahat dan binatang buas. Dari ketinggian rumah mereka, terhampar permadani hijau pepohonan Papua yang menakjubkan.

Dulu kabar tentang kanibalisme suku Korowai sempat beredar. Saat ini hal itu tak ada lagi. Kanibalisme saat itu hanya dilakukan sebagai hukuman. Sekarang mereka akan senang hati menerima tamu menginap di rumah dan hidup seperti mereka. Menikmati kesunyian. Di sana, waktu terasa berhenti.

Wae Rebo, Nusa Tenggara Timur

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hanya ada satu akses menunju Wae Rebo, kampung yang masih memelihara rumah adat berbentuk kerucut: berjalan kaki membelah kawasan hutan lindung Gunung Todo Repok seluas 10.500 hektare.

Jalan setapak yang lebarnya hanya 30 sentimeter ini dapat ditempuh hanya 1,5-2 jam oleh penduduk setempat. Jangan kaget kalau melihat mereka mampu berjalan telanjang kaki dan minus ngos-ngosan.

Semua rasa lelah akan hilang begitu melihat tujuh rumah adat berbentuk tumpeng warna hitam yang disebut mbaru niang. Wisatawan dipersilakan tinggal di mbaru niang, makan hidangan lokal, hingga bersih-bersih di sungai. Fasilitasnya memang tak seperti hotel. Tapi kehangatan dan kesederhanaan masyarakat di sana cukup membuat kerasan.

Wisatawan juga bisa mempelajari kebudayaan setempat dan arsitektur mbaru niang yang tanpa paku dan atap. Harga semua fasilitas tersebut hanya Rp 150 ribu per malam.

Kalau datang dari luar Flores, turis biasanya tiba melalui Labuan Bajo, lanjut melalui darat selama lima jam ke Denge, Kecamatan Satarmese, Manggarai. Setelah menginap semalam di rumah penduduk, perjalanan berlanjut ke Kampung Kombo. Barulah nanti menemukan jalan setapak menuju Wae Rebo.

Tujuh rumah adat berbentuk tumpeng warna hitam yang disebut mbaru niang. TEMPO

Long Berini, Kalimantan Utara

Di Long Berini, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, seni-budaya Dayak masih dijaga. Meski busana masyarakat di sana sudah seperti orang kebanyakan, namun mereka masih tinggal di rumah panggung dan apa yang mereka makan, sedikit-banyak, bergantung pada keramahan alam.

Adalah Dan Udau, tetua kampung itu, yang berjasa menjaga adat di kampung tepi Sungai Hulu Bahau ini. Dia mahir memainkan sampe'—gitar berdawai tiga khas Dayak. Setiap hari, rumah Dan Udau penuh dengan anak muda yang ingin berlatih menari dan menyanyikan lagu-lagu warisan orang tua mereka. Di Long Berini, seni dan budaya Dayak mengalir bersama di urat nadi.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Iuran Wisata untuk Siapa

2 hari lalu

Iuran Wisata untuk Siapa

Rencana pemerintah memungut iuran wisata lewat tiket pesawat ditolak sejumlah kalangan. Apa masalahnya?


Pemandangan ke Gunung Fuji Ditutup Pembatas Tinggi, Jengkel Turis Nakal

2 hari lalu

Gunung Fuji Jepang (Pixabay)
Pemandangan ke Gunung Fuji Ditutup Pembatas Tinggi, Jengkel Turis Nakal

Jepang memasang tembok pembatas yang menghalangi turis berfoto dengan latar belakang Gunung Fuji.


Gempa Garut, Wisatawan Panik Pantai Selatan Jabar Sempat Sepi

3 hari lalu

Wisatawan memadati pantai Pangandaran di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Selasa 16 April 2024. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Pangandaran mencatat jumlah kunjungan ke destinasi wisata di Pangandaran selama hari libur lebaran mencapai 159.125 orang. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Gempa Garut, Wisatawan Panik Pantai Selatan Jabar Sempat Sepi

Dinas Pariwisata Kabupaten Pangandaran mengatakan pantai Pangandaran pasca terjadinya gempa Garut dalam situasi aman.


Alasan Jepang Bangun Penghalang di Tempat Foto Gunung Fuji

3 hari lalu

Gunung Fuji Jepang (Pixabay)
Alasan Jepang Bangun Penghalang di Tempat Foto Gunung Fuji

Foto Gunung Fuji yang berdiri megah di delakang toko Lawson itu menarik bagi wisatawan asing


Hong Kong Meluncurkan Tiket Bus Khusus untuk Wisatawan

4 hari lalu

Kowloon Motor Bus Hong Kong. Unsplash.com/Wanghao Shang
Hong Kong Meluncurkan Tiket Bus Khusus untuk Wisatawan

Mulai Sabtu, 27 Juli 2024, salah satu operator bus di Hong Kong menerapkan tiket satu hari tanpa batas untuk wisatawan


Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat: Tidak Semua Penumpang Wisatawan

6 hari lalu

Anggota Komisi V DPR RI Sigit Sosiantomo. Foto : Dok/Andri
Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat: Tidak Semua Penumpang Wisatawan

Anggota Komisi V DPR RI Sigit Sosiantomo menolak rencana iuran pariwisata di tiket pesawat.


Sandiaga Uno Optimistis BNI Java Jazz Tingkatkan Kunjungan Wisatawan

7 hari lalu

Anastasya Poetri tampil di BNI Java Jazz Festival 2023, Minggu, 4 Juni 2023. Dok. Anastasya Poetri
Sandiaga Uno Optimistis BNI Java Jazz Tingkatkan Kunjungan Wisatawan

Sandiaga Uno yakin BNI Java Jazz akan meningkatkan kunjungan wisatawan.


5 Keunikan Kawah Ijen yang Membuat Turis Asing Penasaran

7 hari lalu

Pengunjung melihat kawah dari kaldera Gunung Ijen di Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu, 4 Juni 2023. TWA Ijen yang telah ditetapkan sebagai anggota UNESCO Global Geopark (UGG) itu ramai dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara saat liburan. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
5 Keunikan Kawah Ijen yang Membuat Turis Asing Penasaran

Tak hanya punya api biru, kawah Ijen punya berbagai keunikan yang membuat turis asing penasaran untuk datang.


Traveling ke Macau, Jangan Lewatkan 9 Destinasi Wisata Gratis

8 hari lalu

Macau Tower atau Menara Macau. Unsplash.com/Chris Wu
Traveling ke Macau, Jangan Lewatkan 9 Destinasi Wisata Gratis

Menikmati liburan di Macau tidak harus selalu mengeluarkan biaya mahal


Cegah Overtourism, Amsterdam Kurangi Jumlah Kapal Pesiar

8 hari lalu

Amsterdam, Belanda. Unsplash.com/Mathilda Khoo
Cegah Overtourism, Amsterdam Kurangi Jumlah Kapal Pesiar

Jumlah kapal pesiar sungai di Amsterdam meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 2011.