Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Cokelat Monggo, Cerita Orang Belgia Kangen Cokelat di Yogyakarta

image-gnews
Thierry Detournay: Pendiri dan pemilik Chocolate Monggo, Thierry Chocolate, Sabtu, 27 April 2019. Tempo/PITO AGUSTIN RUDIANA
Thierry Detournay: Pendiri dan pemilik Chocolate Monggo, Thierry Chocolate, Sabtu, 27 April 2019. Tempo/PITO AGUSTIN RUDIANA
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Ketika melakukan wisata sejarah ke Kotagede, Yogyakarta, pelancong bisa mampir ke showroom sekaligus pabrik Cokelat Monggo. Letak pabrik cokelat ini berdekatan dengan sejumlah situs Mataram. Tepatnya di sebelah timur laut situs Watu Gilang dan sebelah selatan Makam Raja-raja Mataram.

Baca: Cara Diet Kantong Plastik ala Perusahaan Cokelat Asal Yogyakarta

Pemilik pabrik Cokelat Monggo, Thierry Detournay menceritakan awal mula dia membuat pabrik cokelat. Pada 2001 warga negera Belgia itu datang ke Indonesia dan bekerja sebagai dosen Bahasa Prancis di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Thierry Detournay membawa bekal wajib berupa cokelat. Sebagaimana orang Belgia lainnya, dia terbiasa makan cokelat setiap hari. Hari demi hari, stok cokelat dari Belgia yang dia bawa mulai menipis dan habis. Thierry Detournay akhirnya mencari cokelat di Yogyakarta hingga kota-kota di sekitarnya.

"Saya mencari cokelat ke mana-mana. Kalaupun di supermarket ada cokelat, tapi kondisinya sudah setengah meleleh dan rusak," kata Thierry Detournay saat ditemui di showroom-nya di Kotagede, Yogyakarta, Sabtu, 27 April 2019. Sayangnya, dia tidak menemukan cokelat dengan cita rasa seperti cokelat Belgia yang biasa dikonsumsi.

Ekspatriat kelahiran 2 Maret 1966 di Saint Agathe, Belgia, itu akhirnya memutuskan menyalurkan hobi masaknya. Thierry Detournay mulai mencari resep cokelat Belgia dan membuatnya sendiri. Bahan cokelat didapat dari sebuah pabrik cokelat di kawasan Yogyakarta biasa mengekspor cokelat.

Showroom: Suasana showroom Cokelat Monggo di Kampung Ndalem, Kotagede, Yogyakarta, Sabtu, 27 April 2019.Tempo/PITO AGUSTIN RUDIANA

Setelah uji coba di dapur, jadilah cokelat truffles sebagai produk pertama Thierry Detournay yang dibagikan kepada teman-temannya. "Mereka bilang cokelat buatan saya enak. Itu membuat saya bersemangat untuk menjualnya," ucap dia. "Tapi bagaimana cara berjualan? Aku kan tidak belajar bisnis?"

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Aktivitas Thierry Detournay yang pernah mengurusi anak-anak jalanan memunculkan ide untuk berjualan cokelat di jalanan. Saat itu, dia sempat berjualan di Malioboro dan agenda Sunday Morning alias sunmor di kawasan UGM setiap akhir pekan.

Sejak pukul 05.00 samapi 07.00, Thierry Detournay menjaga lapak berupa Vespa berkelir pink yang diberi taplak. Semua produk cokelat buatannya dipajang di atasnya. Biar awet dan tak meleleh, dia juga membawa kotak es. "Saya lupa waktu itu harganya berapa. Yang penting semua orang coba dulu," kata Thierry Detournay mengenang.

Dari situ semangat belajar berbisnis menguat. Thierry Detournay ingin membuka toko, kemudian mendirikan pabrik cokelat ala Belgia. Terbayang impiannya menciptakan konsep cokelat berkualitas tinggi. Dan supaya laku dibuat konsep oleh-oleh Yogyakarta. Jadilah nama “monggo” sebagai merek.

Dalam bahasa Jawa, kata “monggo” berarti silakan. Umumnya masyarakat Jawa mengucapkan kata 'monggo' sembari mengacungkan jempol tangan kanan ke atas dengan punggung agak membungkuk yang merupakan gestur sopan santun. "Jadi saya pilih nama Cokelat Monggo karena itu Jawa banget. Apalagi aku tinggal di kampung. Monggo jadi kunci cokelat ini," kata Thierry Detournay.

Artikel lainnya:
Selain Makan Cokelat, Ini Cara Mikha Tambayong Meredakan Stres

Pada 2005, berdirilah showroom sekaligus pabrik kecil dengan nama Chocolate Monggo di Purbayan, Kotagede, Yogyakarta. Marketing Communication Chocolate Monggo, Aji Prasida mengatakan saat ini ada tujuh showroom Cokelat Monggo. Selain di Kotagede, ada juga di Tirtodipuran Yogyakarta, Bangunjiwo Bantul, Hartono Mal Sleman, Terminal A dan B Bandara Adisutjipto Yogyakarta, serta di Darmawangsa Square Jakarta. Di Bangunjiwo juga didirikan Museum Cokelat dan pabrik baru.

Dalam sebulan, Cokelat Monggo bisa menghasilkan 300 potong cokelat dengan harga mulai Rp 21 ribu sampai Rp 280 ribu. Thierry Detournay masih fokus memasarkan Cokelat Monggo ke sejumlah kota besar seperti Yogyakarta, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Denpasar. Dia belum menyasar untuk ekspor. "Saya ingin bikin cokelat yang berkualitas untuk orang Indonesia. Kalau mau dijual ke luar negeri, itu beda tujuannya," katanya.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kenalkan Selokan Legendaris Van Der Wijck, Sleman Terbitkan Prangko Khusus

21 menit lalu

Festival Selokan Van Der Wijck Sleman. Dok.istimewa
Kenalkan Selokan Legendaris Van Der Wijck, Sleman Terbitkan Prangko Khusus

Selokan Van Der Wijck berperan penting menjamin irigasi di Sleman, Yigyakarta. Dibuat pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono VIII berkuasa.


Masalah Sampah di Yogyakarta Tak Kunjung Tuntas, Sultan Beri Pesan Ini ke Kepala Daerah

9 jam lalu

Warga melintas di dekat tempat pembuangan sampah sementara di Yogyakarta, Senin, 17 Juli 2023. Penutupan sementara Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan untuk penataan berimbas pada tutupnya sejumlah tempat pembuangan sampah sementara di Kota Yogyakarta. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Masalah Sampah di Yogyakarta Tak Kunjung Tuntas, Sultan Beri Pesan Ini ke Kepala Daerah

Yogyakarta sebagai destinasi wisata turut tercoreng oleh masalah sampah yang belum terselesaikan setelah TPA Piyungan tutup.


Sultan HB X Beri Pesan Abdi Dalem Yogyakarta Amalkan Ajaran Leluhur Mataram, Apa Saja ?

10 jam lalu

Raja Keraton yang juga Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menggelar Syawalan bersama abdi dalem Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman di Yogyakarta Selasa (7/5). Dok. Istimewa
Sultan HB X Beri Pesan Abdi Dalem Yogyakarta Amalkan Ajaran Leluhur Mataram, Apa Saja ?

Sultan Hamengku Buwono X memberi pesan khusus kepada abdi dalem Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman di acara Syawaan.


Terkini: Viral Cokelat Rp 1 Juta Kena Pajak Rp 9 Juta Ini Tanggapan Bea Cukai, Kata Jokowi soal Pabrik Sepatu Bata yang Tutup

13 jam lalu

Ilustrasi cokelat (pixabay.com)
Terkini: Viral Cokelat Rp 1 Juta Kena Pajak Rp 9 Juta Ini Tanggapan Bea Cukai, Kata Jokowi soal Pabrik Sepatu Bata yang Tutup

Bea Cukai menanggapi unggahan video Tiktok yang mengaku mengirim cokelat dari luar negeri senilai Rp 1 juta dan dikenakan bea masuk Rp 9 juta.


Viral Cokelat Rp1 Juta Kena Pajak Rp9 Juta, Bea Cukai: Ada Tas Chanel-nya

23 jam lalu

Unggahan video Bea Cukai di X tentang cokelat Rp1 juta dikenakan bea masuk Rp9 juta, April 2024.
Viral Cokelat Rp1 Juta Kena Pajak Rp9 Juta, Bea Cukai: Ada Tas Chanel-nya

Sebuah unggahan video Tiktok tentang cokelat dari luar negeri senilai Rp1 juta dikenakan bea masuk Rp9 juta viral, ini penjelasan Bea Cukai


Bukan Lewat YIA, 3 Ribuan Calon Jemaah Haji Yogyakarta Tahun Ini tetap Terbang Lewat Bandara Solo

1 hari lalu

Sejumlah jamaah calon haji antre menaiki pesawat di Bandara Adi Soemarmo, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu 24 Mei 2023 dini hari. Sebanyak 360 calon haji kloter pertama embarkasi Solo asal Kabupaten Grobogan diberangkatkan menuju Arab Saudi. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
Bukan Lewat YIA, 3 Ribuan Calon Jemaah Haji Yogyakarta Tahun Ini tetap Terbang Lewat Bandara Solo

Yogyakarta International Airport saat ini masih belum memiliki asrama haji untuk embarkasi.


Yogyakarta Siapkan Regulasi Baru Pedoman Pendanaan Pendidikan, Pungutan Bakal Dilegalkan?

1 hari lalu

Warga dari Forum Masyarakat Peduli Pendidikan melakukan aksi memasak dengan bahan pangan murah akibat mahalnya harga biaya pendidikan dan kenaikan BBM di depan DPRD Provinsi Jawa Barat di Bandung, 22 September 2022. Mereka memprotes mahalnya biaya pendidikan di SMA/SMK negeri yang sampai saat ini belum bebas dari dana sumbangan pendidikan yang besarannya ditentukan oleh komite sekolah. TEMPO/Prima mulia
Yogyakarta Siapkan Regulasi Baru Pedoman Pendanaan Pendidikan, Pungutan Bakal Dilegalkan?

Salah satu beleid paling disorot terutama tentang pungutan sekolah di Yogyakarta, yang akan diubah istilahnya menjadi dana partisipasi.


Respon PHRI DIY Pasca Bandara YIA Jadi Satu-Satunya Bandara Internasional DIY-Jateng

1 hari lalu

Yogyakarta International Airport atau bandara YIA di Kulon Progo. Dok. Istimewa
Respon PHRI DIY Pasca Bandara YIA Jadi Satu-Satunya Bandara Internasional DIY-Jateng

PHRI DIY merespon soal penetapan Bandara YIA sebagai bandara internasional satu-satunya di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.


Dosen UPN Veteran Yogyakarta Akui Dugaan Kekerasan Seksual, Ini Sanksi Kampus

1 hari lalu

Ilustrasi kekerasan seksual. Freepik.com
Dosen UPN Veteran Yogyakarta Akui Dugaan Kekerasan Seksual, Ini Sanksi Kampus

Beredar surat permohonan maaf seorang dosen UPN Veteran Yogyakarta (UPNVYK) terkait dugaan kekerasan seksual kepada seorang mahasiswi kampus tersebut.


Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga

2 hari lalu

Perayaan adat Merti Desa Mbah Bregas di Sleman pada 1-3 Mei 2024. Dok. istimewa
Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga

Pelaksanaan upacara adat Merti Desa Mbah Bregas di Sleman hanya dilangsungkan satu tahun sekali, tepatnya Jumat kliwon pada Mei.