TEMPO.CO, Megalang - Bagi para penikmat kopi luwak, rumah kopi yang berada di Magelang ini layak dicoba. Bukan hanya menikmati secangkir kopi, pengunjung juga bisa melihat proses pengolahan kopi luwak yang sudah sedemikian melegenda.
Di halaman Pawon Luwak Coffe ini pengunjung bisa menyaksikan langsung biji-biji kopi yang sedang dijemur. Ada kopi yang masih menyatu dengan kotoran luwak dan membentuk gumpalan, ada biji kopi yang telah dibersihkan serta biji kopi yang telah dikupas kulitnya.
Baca Juga:
Baca juga: Dua Kedai Kopi di Jakarta yang Selfie-able
Pengunjung juga bisa menyaksikan langsung proses pengolahannya di halaman belakang rumah kopi yang berada tepat di samping Candi Pawon itu. Termasuk, melihat pohon kopi yang ditanam di halaman belakang.
Bahkan, enam ekor luwak dalam kandang juga bisa menjadi sebuah pemandangan sembari menghirup kopi dalam cangkir. Namun luwak yang ada di tempat itu bukan pemakan kopi, melainkan buah-buahan biasa seperti pisang. "Hanya untuk displai saja," kata pemilik Pawon Luwak Coffe, Aji Prananda.
Sedangkan bahan baku kopi yang disajikan diambil dari luwak liar di perkebunan. "Luwak liar memilih biji kopi terbaik untuk dimakan," katanya. Sehingga, biji yang keluar bersama kotorannya dipastikan berkualitas.
Displai itu membuat banyak wisatawan tertarik untuk datang, menikmati kopi luwak serta menyaksikan proses pengolahannya. Rata-rata tamu yang berkunjung adalah wisatawan mancanegara. "Sasaran kami memang turis bule," kata Aji.
Meski target pasarnya adalah turis bule, namun soal harga juga sangat terjangkau untuk turis lokal. Secangkir kopi luwak original hanya dibanderol Rp 25 ribu tiap cangkirnya, baik untuk jenis kopi robusta maupun arabica.
Pawon Luwak Coffe memang tidak menawarkan menu lain, selain kopi luwak original. "Kami hanya menyajikan kopi hitam original tanpa varian lain," katanya. Sembari mencecap kopi, pengunjung bisa menikmati keripik gadung yang disediakan secara gratis di tiap meja.
Bagi pengunjung yang ingin menikmati kesejukan malam Magelang, rumah kopi itu juga menyediakan sebuah homestay yang tidak kalah murahnya. "Hanya ada dua kamar," kata Aji. Semuanya berupa rumah panggung yang terbuat dari kayu.
Salah satu pemandu wisata, Fransisca mengatakan sudah berulangkali membawa turis asing ke tempat itu. "Rata-rata mereka penikmat kopi dan pernah mendengar tentang kopi luwak," katanya. Selain mencicipi langsung, kebanyakan turis merasa senang bisa melihat proses pengolahannya secara langsung.
AHMAD RAFIQ (Magelang)