TEMPO.CO, Lebak -Memasuki bilangan 1 abad, perayaan Seba Baduy tahun ini akan dihadiri ribuan orang, oleh karena itu disebut "Seba Gede". Ini berbeda dengan "Seba Leutik" yang hanya dihadiri ratusan orang.
Menteri Pariwisata Arief Yahya akan menghadiri perayaan Seba Baduy di Kabupaten Lebak untuk mendorong wisata budaya di Provinsi Banten, yang menurut rencana akan dihelat pada 20 April.
Baca juga: Masyarakat Baduy Melakukan Penghijauan Kawasan Hutan Ulayat
Seba Baduy merupakan upacara tradisi sakral warga Baduy yang tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak yang telah dilaksanakan secara turun temurun sejak zaman Kesultanan Banten.
Kepala Subbagian Pemberitaan Humas Sekretariat Pemerintahan Kabupaten Lebak, Aep Dian Hendriawan mengatakan pelaksanaan Seba Baduy digelar di Gedung Pendopo Pemerintah Kabupaten Lebak. Acara akan dihadiri 2.000 warga Baduy Dalam yang berpakaian putih-putih dengan ikat kepala putih.
Selain itu akan hadir juga warga Baduy Luar yang berpakaian putih-putih dengan ikat kepala atau lomar hitam. Mantan bupati dan para tokoh masyarakat Lebak tak ketinggalan akan datang pula.Tiga dari 12 Jaro Tangtu (Ketua Adat) suku Baduy Dalam masing-masing Jaro Salim (kiri), Jaro Mursid (tengah) dan Jaro Nedi menyerahkan cendera mata dari warganya saat upacara Seba di pendopo gubernur Banten, di Serang, 29 April 2017. Mereka juga meminta perlindungan keamanan tanah ulayat suku Baduy dari para perambah yang kerap menyerobot lahan mereka. ANTARA/Asep Fathulrahman
Kegiatan akan diawali oleh masyarakat Baduy yang berjalan kaki sejauh dua kilometer. Mereka membawa aneka hasil pertanian ladang huma. Produksi hasil bumi itu di antaranya padi, gula aren, pisang, sayur-sayuran, dan palawija.
Selama ini, kehidupan masyarakat Baduy mengandalkan dari hasil bercocok tanam pertanian ladang darat dan tidak menggarap lahan persawahan dengan menggunakan cangkul maupun alat teknologi. Masyarakat Badui bercocok tanam dengan cara organik dan tidak menggunakan pupuk kimia maupun pestisida.
"Dari hasil pertanian ladang itu sebagian di antaranya diserahkan kepada kepala daerah," ujar Aep. Dia menjelaskan perayaan Seba Baduy merupakan bentuk silaturahmi masyarakat Badui dengan kepala daerah, yakni bupati dan gubernur sebagai "Bapak Gede" atau kepala pemerintah daerah.
Kegiatan Seba Baduy dilakukan setelah warga Baduy menjalani ritual kawalu selama tiga bulan. Selama kawalu kawasan Baduy tertutup bagi wisatawan.
Dalam Seba Baduy masyarakat adat menitipkan pesan kepada pemerintah untuk menjaga kelestarian alam, hutan, dan lingkungan. Sebab, masyarakat Baduy tinggal di kawasan hutan Gunung Kendeng. Kelsetarian kawasan ini perlu dijaga agar tidak menimbulkan bencana alam.
Tokoh masyarakat Baduy yang juga Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Saija mengatakan peringatan upacara adat ini dilaksanakan turun-temurun sebagai bukti kesetiaan terhadap kepala pemerintah.
Peringatan Seba sekaligus menyampaikan berbagai pesan keluhuran atau kearifan lokal tradisi Baduy. "Juga menyampaikan pesan kepada Bupati Lebak dan Gubernur Banten sebagai kepala pemerintah daerah," kata dia.
Usai memperingati tradisi Seba di Pendopo Pemkab Lebak, warga akan bertemu dengan Gubernur Banten Wahidin Halim. "Kami juga merasa kewajiban untuk merayakan Seba bersama Gubernur Banten," kata Saija.
Saat Seba Baduy, juga akan ditampilkan ritual budaya masyarakat Baduy. Ada juga dihadirkan berbagai kerajinan, di antaranya kain tenun, tas koja, batik, dan aneka souvenir. Kuliner khas Lebak juga ikut ambil bagian. Misalnya: sale pisang, makanan camilan dan tradisional, abon ikan, gula semut, kerupuk emping, dan kerajinan anyaman bambu.
"Kami menilai perayaan Seba Baduy tahun ini dapat mendongkrak kunjungan wisata domestik dan wisatawan asing," kata Aep.
ANTARA
Baca juga: Warga Rayakan Kawalu, Wisata Baduy Ditutup Sementara