TEMPO.CO, Lebak - Perayaan Kawalu bulan ketiga di kawasan permukiman masyarakat Badui di Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, ramai dirayakan warga bersama anggota keluarganya.
"Semua warga Badui berkumpul bersama anggota keluarga dan meninggalkan garapan pertanian ladang," kata Santa, 45 tahun, warga Badui yang tinggal di Kampung Cipiit, Desa Kanekes, Kabupaten Lebak.
Baca juga: Tradisi Kawalu dan Kearifan Berladang Suku Badui
Perayaan ritual Kawalu yang memasuki bulan ketiga ini penuh khidmat. Masyarakat Badui berharap diberi kesejahteraan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Saat ini, musim panen padi huma relatif bagus dibanding tahun-tahun sebelumnya. Kemungkinan produksi padi huma meningkat karena tidak terserang hama ataupun penyakit tanaman.
Bagi masyarakat Badui, merayakan Kawalu merupakan kewajiban sehingga areal pertanian ladang huma ditinggalkan untuk berkumpul bersama anggota keluarga.
"Kami senang bisa bertemu dengan saudara, kerabat, dan tetangga untuk merayakan Kawalu," kata Santa sebagai Badui Penamping (Badui Luar).
Santa mengatakan, setiap perayaan Kawalu, masyarakat Badui harus meninggalkan areal pertanian ladang yang tersebar di sekitar kawasan hutan di Kecamatan Leuwidamar, Sobang, Muncang, Cirinten, Bojongmanik, Cileles, dan Gunungkencana.
Mereka bercocok tanam di areal perbukitan dan setiap musim panen harus membuka ladang di lahan baru.
Sedangkan tanaman palawija ataupun tanaman keras di lahan ladang lama dibiarkan karena tahun depan akan dijadikan lahan bercocok tanam.
Untuk perayaan Kawalu, kata dia, warga Badui berjalan kaki 10-40 kilometer dengan memikul hasil pertanian ladang, seperti padi huma, pisang, dan tanaman palawija lain.
Meski orang Badui Luar diperbolehkan naik kendaraan, mereka wajib berjalan kaki dengan membawa hasil bumi itu saat hendak merayakan Kawalu.
"Kami sendiri berjalan kaki dari ladang sampai rumah sepanjang 30 kilometer. Kami dilarang naik kendaraan jika akan merayakan Kawalu itu," katanya.
Warga Badui lain, Ayah Pulung, 65 tahun, mengatakan dirinya hari ini berkumpul bersama anak, istri, dan cucu untuk merayakan Kawalu bulan ketiga. "Kami berdoa semoga ke depan hasil pertanian huma padi dan tanaman lainnya bisa menghasilkan pendapatan ekonomi," ucapnya.
Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Jaro Saija, mengatakan, untuk sementara, kawasan Badui Luar dan Badui Dalam selama Kawalu tertutup dari wisatawan. Masyarakat Badui saat ini sedang berkonsentrasi melakukan ritual Kawalu dengan anggota keluarga.
Jaro menjelaskan, selama melaksanakan ritual, masyarakat Badui akan mengenakan pakaian tradisional. Masyarakat Badui Luar mengenakan pakaian hitam-hitam serta lomar (ikat kepala) berwarna biru dan hitam. Sedangkan masyarakat Badui Dalam mengenakan pakaian putih-putih dan lomar berwarna putih.
"Kami juga berdoa semoga tahun politik 2018 dan 2019 berjalan lancar, aman, damai, dan kondusif," tuturnya.
Baca juga: Durian Badui Dijajakan di Jalan Cileles-Gunungkencana
ANTARA