TEMPO.CO, Jakarta - Sepiring tumis bunga pepaya tampaknya sangat sederhana. Namun bagi masyarakat pesisir Indonesia, makanan ini wajib ada untuk mendampingi masakan apa pun.
Tumis bunga pepaya akan umum ditemui bila Anda melancong ke daerah pesisir Flores, Sulawesi, Maluku, hingga Papua. Di warung-warung makan, penduduk lokal akan menyajikan tumis ini bersanding dengan ikan atau hasil laut lainnya.
Meski serupa, di tiap-tiap daerah tersebut, penyebutan untuk tumis bunga pepaya berbeda-beda. Di Maluku, khususnya di Pulau Kei Kecil, sayuran ini disebut sir-sir.
Sir-sir bisa dijumpai di salah satu restoran di pinggir pantai tengah Kota Langgur, yakni Restoran Forganza. Petronika Meyske Toliaso, pemilik restoran, mengkombinasi tumis bunga pepaya dengan daun enbal. Daun enbal adalah daun singkong asli Maluku.
Tumis sir-sir di sini tentu istimewa. Sebab, rasanya jauh dari perkiraan. Tumis sir-sir sama sekali tak terasa pahit. Bunga pepaya ini diolah sedemikian rupa sehingga rasa pahitnya yang melekat bisa lenyap.
Rasanya pun tak sesederhana penampilannya. Ada bumbu yang royal yang membuat rasa tumis menjadi kaya. Sepiring sir-sir cuma dibanderol Rp 15 ribu.
Bila mencari menu serupa di Jakarta, Anda bisa datang ke restoran Sulawesi@Menteng yang berlokasi di Jalan Sumenep, Jakarta Pusat. Restoran tersebut menjual tumis pepaya khas Makassar. Bedanya, tumis pepaya di sini tak dicampuri dengan daun apa pun. Namun diberi tambahan teri Medan kering.
Rasanya pun tak jauh beda dengan rumis sir-sir di Maluku. Pahitnya sudah enyah, namun rasa khas bunga pepaya tak hilang. Tumis ini dimasak segar dengan irisan tomat dan campuran bawang merah. Mirip seperti bumbu sambal dabu-dabu.
Namun tumis bunga pepaya di Sulawesi@Menteng dibanderol dengan harga lebih tinggi daripada di tanah aslinya. Harganya berkisar Rp 53 ribu per porsi.