Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Romantika Warung Kopi Manggar Tak Ada Frappe atau Latte (2)

image-gnews
Jalan-jalan ke Manggar, Belitung tak lengkap tanpa mencicipi kopi. Manggar sering disebut Kota 1001 Kopi karena banyaknya warung kopi di sana (Dok. YouTube)
Jalan-jalan ke Manggar, Belitung tak lengkap tanpa mencicipi kopi. Manggar sering disebut Kota 1001 Kopi karena banyaknya warung kopi di sana (Dok. YouTube)
Iklan

TEMPO.COManggar - Tawa-tawa membahana di warung Anui, salah satu warung kopi yang terkenal di Manggar, Belitung, pagi itu. Kadang, saking serunya obrolan, meja pun bisa berulang kali digebrak. "Ini sudah biasa, jangan kaget, itu bukan mau ribut," ujar Suhairi. "Di warung kopi, apa saja bisa dibahas. Kadang obrolannya bisa lebih ramai, lebih panas, daripada berita televisi." 

Datang sendiri tanpa kawan pagi itu tak membuat Suhairi kesepian. Ia biasa menikmati keramaian yang hadir dari meja lain. Setelah kopi tandas dan merasa cukup beristirahat, Suhairi kembali menggenjot ontel tuanya pulang menuju Kampung Gunung, sekitar 3 kilometer dari kawasan warung kopi. "Sudah waktunya menyiram tanaman di rumah," ucapnya sebelum pamit.

Kedai Anui saat ini sudah diwariskan kepada generasi kedua. Tidak banyak perubahan pada kondisi bangunan warung. Demikian pula halnya dengan menu kopi yang disajikan. Ani, menantu almarhum Anuy, kini ikut mengelola warung kopi mertuanya itu semenjak menikah dengan putra Anuy. 

Baca juga: Romantika Warung Kopi Manggar, Sejarah Panjang  Sebuah Warung Kopi (3)

Meski sudah ada di tangan generasi kedua, warung Anui masih memakai cara lama. Di sini, kopi masih dipanaskan di atas tungku arang, bukan kompor seperti di warung-warung lain. "Aromanya beda kalau pakai arang, dan itu yang pelanggan cari," kata Ani.

Kesamaan warung-warung kopi di Manggar ini adalah kesederhanaan kopi yang disuguhkan. Tak ada kopi-kopi dengan aneka produk olahan semacam cappuccino, espresso, frappe, atau latte. Tak juga menggunakan beragam jenis pengolahan dengan ragam alat modern. Kopi diseduh bersama air panas dalam sebuah panci yang terus-menerus dipanaskan di atas api, ada yang menggunakan arang, ada yang memakai kompor. Kopi lantas diangkat menggunakan saringan kain halus untuk memisahkan ampasnya. Cara penyajiannya mirip dengan penyajian kopi di Aceh, dan ini sudah menjadi tradisi turun-temurun. Pilihannya pun hanya disajikan dengan atau tanpa susu. Sesederhana itu.

Banyaknya warung kopi di Manggar tak berbanding lurus dengan keberadaan perkebunan kopi di kawasan pesisir tersebut. Jelas, kondisi geografis memang kurang mendukung. Kopi-kopi yang disajikan di warung-warung didatangkan dari Lampung. Menurut Wendy, 32 tahun, pemilik toko Sumber Kopi, penyuplai kopi di Manggar, rata-rata kopi yang digunakan berjenis robusta. 

Baca juga: Mencicipi Romantika Warung Kopi Manggar, Kota 1001 Kopi (1)

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Wendy mendapatkan kopi dari Lampung, lalu di-roasting di Jakarta. Barulah penggilingan hingga pengemasan dilakukan di Manggar. Biji kopi, menurut dia, utuh. Tak memakai bahan campuran seperti jagung dan lainnya. Wendy adalah generasi kedua yang melanjutkan bisnis penggilingan kopi di Manggar. Hampir semua warung kopi menggunakan kopi dari Sumber Kopi. "Cocok-cocokan, ada yang ke sini, ada yang ke tempat lain," ujarnya.

Dari sekian banyak warung kopi di Manggar, kira-kira 500 meter dari warung Acin, ada warung kopi Millennium yang dikelola pasangan suami-istri. Warung ini didirikan pada 1998. "Waktu rusuh 1998 di Jakarta, kami pindah ke sini dan mulai mendirikan warung kopi," tutur Eva Markus, 42 tahun.

Eva dan suami memulai bisnis warung kopi dari awal. Semakin berkembang usahanya, beberapa menu pun ditambah. Agak lain dari warung kopi pada umumnya, di Millennium, bisa kita menemukan menu lain, seperti cappuccino. Jenis makanan pelengkapnya pun lebih banyak, tak hanya mi rebus atau gorengan. Menurut dia, inovasi perlu dilakukan. Apalagi segalanya selalu berkembang dari waktu ke waktu. Sajian menu yang cukup berbeda menjadi daya tarik bagi kaum muda, yang memang terlihat lebih mendominasi jadi pengunjung Millennium. Eva pun menggiling sendiri biji kopi di rumahnya.

Bersambung ke bagian 3:  Romantika Warung Kopi Manggar, Toleransi Sebuah Warung Kopi (3)

AISHA SHAIDRA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kopi Dingin atau Panas, Mana Lebih Baik Manfaatnya?

15 Juli 2018

Secangkir kopi bersama filosofinya di Kafe and Bakery Soulbytes, Seminyak, Bali. (Foto: Instagram @soulbytesbali)
Kopi Dingin atau Panas, Mana Lebih Baik Manfaatnya?

Anda lebih suka minum kopi dalam keadaan panas atau dingin? Simak perbedaan manfaatnya.


Saatnya Merayakan Kopi

24 Maret 2018

ilustrasi kopi (pixabay.com)
Saatnya Merayakan Kopi

KOPI Nusantara telah menjadi tuan rumah di negeri sendiri.


Minum Kopi Bikin Panjang Umur: Mitos atau Fakta? Simak Riset Ini

12 Desember 2017

Ilustrasi pria  minum kopi. fadquip.com
Minum Kopi Bikin Panjang Umur: Mitos atau Fakta? Simak Riset Ini

Minum kopi merupakan ritual wajib bagi beberapa orang.


Hari Kopi Dunia, Sudah Tahu Kopi dari Lepehan Kera?

30 September 2017

Ilustrasi kopi. shutterstock.com
Hari Kopi Dunia, Sudah Tahu Kopi dari Lepehan Kera?

Tidak hanya kopi luwak yang biji kopinya sempat dicerna luwak. Toratima pun salah satu kopi yang sempat dicerna mamalia seperti kera.


Hari Kopi Sedunia, Ini Perbedaan Kopi Robusta dan Arabika

29 September 2017

Menu Arabika Bali di Kopirock. John Arif
Hari Kopi Sedunia, Ini Perbedaan Kopi Robusta dan Arabika

Ini adalah perbedaan kopi robusta dan arabika


Hari Kopi Sedunia, Tip Meroasting Biji Kopi Sesuai Selera

29 September 2017

Biji kopi yang usai dipanes, dicuci di
Hari Kopi Sedunia, Tip Meroasting Biji Kopi Sesuai Selera

Hari Kopi Sedunia sangat sayang dilewatkan tanpa belajar seluk-beluk perkopian, termasuk meroasting.


Hari Kopi Sedunia, Tip Meroasting Biji Kopi Sesuai Selera

29 September 2017

Biji kopi yang usai dipanes, dicuci di
Hari Kopi Sedunia, Tip Meroasting Biji Kopi Sesuai Selera

Hari Kopi Sedunia sangat sayang dilewatkan tanpa belajar seluk-beluk perkopian, termasuk meroasting.


Hari Kopi Sedunia, Apa Saja Cita Rasa Kopi?

29 September 2017

Kopi Indonesia dari berbagai daerah di First Crack Coffee Sunter. TEMPO | Astari Pinasthika Sarosa
Hari Kopi Sedunia, Apa Saja Cita Rasa Kopi?

Kebanyakan orang menilai kopi hanya dengan ?enak, pahit, mantap?. Padahal masih banyak cita rasa yang ditawarkan berbagai jenis kopi di Indonesia.


4 Langkah agar Kopi Tubruk Mencapai Taraf Nikmat Maksimal

10 September 2017

Ilustrasi kopi. TEMPO/Nita Dian
4 Langkah agar Kopi Tubruk Mencapai Taraf Nikmat Maksimal

Tip Trainer dari Barista Indonesia Coffee Academy dan Sekretaris Bidang Pelatihan dan Bisnis Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia.


Setelah 20 Menit dari Seduhan, Rasa Kopi Tubruk akan Berubah

10 September 2017

TEMPO/Sudaryono
Setelah 20 Menit dari Seduhan, Rasa Kopi Tubruk akan Berubah

Kopi yang sudah dingin, ekstrasi kafeinnya akan semakin banyak keluar.