Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mencicipi Romantika Warung Kopi Manggar, Kota 1001 Kopi (1)  

image-gnews
Kopi O sebutan untuk Kopi hitam khas Manggar. TEMPO/Nita Dian
Kopi O sebutan untuk Kopi hitam khas Manggar. TEMPO/Nita Dian
Iklan

TEMPO.CO, Manggar

Kalo kite pegi ke Manggar
Jangan lupak singgah de pasar
Minum kupi sambil ngelakar
Mate ngantuk jadi segar

(Kalau kita pergi ke Manggar, jangan lupa singgah di pasar, minum kopi sambil berkelakar, mata mengantuk jadi segar)

Lagu Kupi Manggar dibawakan seorang pemuda Desa Manggar di tepi Pantai Serdang, akhir November silam. Lagu dinyanyikan dengan musik Melayu kental. Dinyanyikan sembari berpantun, lalu diiringi tarian. Bulan nyaris purnama dalam hitungan 1-2 hari lagi.

Kopi dan kawasan Manggar seolah satu. Sedikit-sedikit orang menyebutkan kopi dan warung kopi. Di kanan-kiri jalan bisa ditemukan warung dengan bangku dan meja panjang dari kayu terpasang. Jam bukanya macam-macam, ada yang dari subuh sampai sore, ada yang dari sore sampai tengah malam.

Deretan warung kopi itu dapat ditemui di jalan-jalan di kota yang berjarak sekitar 90 kilometer dari Tanjung Pandan tersebut. Tak mengherankan kota ini disebut "Kota 1.001 Warung Kopi". Setiap lima meter, akan ditemui warung kopi. Suasana begitu hidup, hangat, dan masing-masing sudah dengan pelanggannya yang tiada henti berkunjung.

Baca juga: Romantika Warung Kopi Manggar Laris dengan Kopi Robusta (2)

Saya mencoba mengunjungi salah satu warung kopi yang terletak di seberang tempat saya menginap. Warung Acin namanya, dikelola oleh seorang ibu keturunan Tionghoa. Dari posisi duduk, pengunjung bisa melihat aktivitas Acin dan pelayannya membuat dan membawakan kopi hilir-mudik ke meja-meja. Dapur kopi tak terpisah dari ruang duduk pengunjung. Hanya tersekat sebuah meja panjang. Kopi diseduh Acin dalam sebuah panci besar yang terus dipanaskan di atas kompor gas dengan api kecil.

Warung yang berdiri sejak 1998 ini buka dari pukul 15.00 sampai tengah malam. Makin malam, warung makin ramai. Hampir setiap hari penduduk Manggar mengunjungi warung langganan mereka, sebelum atau setelah bekerja. Tak mau kalah oleh gerai kopi di perkotaan, Acin menyediakan fasilitas Wi-Fi di kedainya itu. Tapi selempar pandang saya malam itu, sedikit orang menggenggam telepon selulernya. Rata-rata asyik mengobrol dengan kawannya di tiap meja.

Hampir semua warung kopi di Manggar punya pelanggan tetap. Sudah cocok dengan satu kedai, maka ke situlah mereka akan datang. Berkumpul dengan kawan, memesan gelas kopi sesuai dengan selera, ditemani pelbagai camilan seperti gorengan, roti bakar, lemper, atau bika, lalu masing-masing meja ramai dengan obrolan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baca juga: Romantika Warung Kopi Manggar, Toleransi Sebuah Warung (3)

Saking sudah jadi pelanggan, pesanan pengunjung ini biasanya sudah dihafal oleh para pelayan. Salah satu kawan kami yang bekerja sebagai staf di Dinas Pariwisata Belitung, Frans, datang dan hanya menyebut "kopi" kepada salah seorang pelayan. Tak lama kemudian pesanannya tiba, segelas besar kopi susu dihantarkan. Kaget, karena porsi yang disajikan berbeda dengan porsi pada umumnya. "Dia sudah tahu pesananku kopi susu yang jumbo," ujarnya, menyeringai.

Warung Acin tergolong muda, karena di Manggar sendiri sejak 1980-an sudah ada beberapa warung kopi yang berdiri. Bahkan ada yang bilang dari 1960-an. Contohnya warung kopi Anui, yang berjualan sejak 1982. Tapi warung ini buka dari pukul 04.00 atau 05.00 pagi.

Awalnya saya ragu, mana ada orang subuh-subuh pergi cuma buat minum kopi. Apalagi belakangan hampir setiap pagi di Belitung sudah mulai gerimis. Seusai subuh, saya iseng pergi ke warung Anui, letaknya tak jauh dari Warung Acin, tinggal menyeberang dari penginapan, lalu masuk ke sebuah jalan yang cukup lebar. Dari pinggir jalan, warung ini sudah terlihat.

Dugaan saya meleset, pada pukul 05.15 sudah ada sekumpulan bapak yang mengopi. Di antara sekumpulan itu, ada seorang paruh baya bernama Suhairi, 70 tahun. Dia duduk menyendiri bersandar pada tiang warung. Di hadapannya segelas kopi masih mengepul. Di samping gelas kopi, ada sebungkus rokok. "Kopi ya temen merokok," ujar Suhairi. "Saya masih kuat tidak merokok sehari, daripada tidak ngopi, bisa pusing seharian," ujar bapak enam orang anak tersebut.

Jadwal bekerja Suhairi baru mulai pukul enam sore hingga menjelang pagi. Sebelum pulang ke rumah untuk beristirahat, ia kerap mampir memesan segelas kopi di Anui. Sedangkan sepeda ontel birunya ia sandarkan di tepi jalan tak jauh di seberang warung. Kopi, menurut dia, bisa membantu menyegarkan diri. Apalagi setelah semalaman ia berjaga. Tubuhnya yang kurus menyandar santai di salah satu tiang warung, sesekali mulutnya mengepulkan asap rokok merek Marathon. 

Berambung ke bagian 2: Romantika Warung Kopi Manggar Tak Ada Frappe atau Latte (2)

AISHA SHAIDRA


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kopi Dingin atau Panas, Mana Lebih Baik Manfaatnya?

15 Juli 2018

Secangkir kopi bersama filosofinya di Kafe and Bakery Soulbytes, Seminyak, Bali. (Foto: Instagram @soulbytesbali)
Kopi Dingin atau Panas, Mana Lebih Baik Manfaatnya?

Anda lebih suka minum kopi dalam keadaan panas atau dingin? Simak perbedaan manfaatnya.


Saatnya Merayakan Kopi

24 Maret 2018

ilustrasi kopi (pixabay.com)
Saatnya Merayakan Kopi

KOPI Nusantara telah menjadi tuan rumah di negeri sendiri.


Minum Kopi Bikin Panjang Umur: Mitos atau Fakta? Simak Riset Ini

12 Desember 2017

Ilustrasi pria  minum kopi. fadquip.com
Minum Kopi Bikin Panjang Umur: Mitos atau Fakta? Simak Riset Ini

Minum kopi merupakan ritual wajib bagi beberapa orang.


Hari Kopi Dunia, Sudah Tahu Kopi dari Lepehan Kera?

30 September 2017

Ilustrasi kopi. shutterstock.com
Hari Kopi Dunia, Sudah Tahu Kopi dari Lepehan Kera?

Tidak hanya kopi luwak yang biji kopinya sempat dicerna luwak. Toratima pun salah satu kopi yang sempat dicerna mamalia seperti kera.


Hari Kopi Sedunia, Ini Perbedaan Kopi Robusta dan Arabika

29 September 2017

Menu Arabika Bali di Kopirock. John Arif
Hari Kopi Sedunia, Ini Perbedaan Kopi Robusta dan Arabika

Ini adalah perbedaan kopi robusta dan arabika


Hari Kopi Sedunia, Tip Meroasting Biji Kopi Sesuai Selera

29 September 2017

Biji kopi yang usai dipanes, dicuci di
Hari Kopi Sedunia, Tip Meroasting Biji Kopi Sesuai Selera

Hari Kopi Sedunia sangat sayang dilewatkan tanpa belajar seluk-beluk perkopian, termasuk meroasting.


Hari Kopi Sedunia, Tip Meroasting Biji Kopi Sesuai Selera

29 September 2017

Biji kopi yang usai dipanes, dicuci di
Hari Kopi Sedunia, Tip Meroasting Biji Kopi Sesuai Selera

Hari Kopi Sedunia sangat sayang dilewatkan tanpa belajar seluk-beluk perkopian, termasuk meroasting.


Hari Kopi Sedunia, Apa Saja Cita Rasa Kopi?

29 September 2017

Kopi Indonesia dari berbagai daerah di First Crack Coffee Sunter. TEMPO | Astari Pinasthika Sarosa
Hari Kopi Sedunia, Apa Saja Cita Rasa Kopi?

Kebanyakan orang menilai kopi hanya dengan ?enak, pahit, mantap?. Padahal masih banyak cita rasa yang ditawarkan berbagai jenis kopi di Indonesia.


4 Langkah agar Kopi Tubruk Mencapai Taraf Nikmat Maksimal

10 September 2017

Ilustrasi kopi. TEMPO/Nita Dian
4 Langkah agar Kopi Tubruk Mencapai Taraf Nikmat Maksimal

Tip Trainer dari Barista Indonesia Coffee Academy dan Sekretaris Bidang Pelatihan dan Bisnis Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia.


Setelah 20 Menit dari Seduhan, Rasa Kopi Tubruk akan Berubah

10 September 2017

TEMPO/Sudaryono
Setelah 20 Menit dari Seduhan, Rasa Kopi Tubruk akan Berubah

Kopi yang sudah dingin, ekstrasi kafeinnya akan semakin banyak keluar.