Gatot mengakui satwa endemis Papua yang hanya ditemukan di pesisir selatan Papua dan sebagian Australia itu kini dijual dengan harga fantastis di sejumlah negara seperti Taiwan dan Tiongkok dan negara-negara Asia Timur lainnya.
Warga di negara-negara Asia Timur itu memanfaatkan daging kura-kura moncong babi untuk konsumsi, ramuan obat-obatan bahkan untuk keperluan ritual adat.
Lantaran harganya yang tinggi di pasaran internasional itu, aksi perburuan liar dan penyelundupan tukik satwa ini ke luar Papua akhir-akhir ini semakin meningkat drastis.
Hal itu terbukti dengan semakin banyaknya kasus penyelundupan yang terungkap di Bandara Mozes Kilangin Timika. Bahkan penggagalan aksi penyelundupan juga pernah dilakukan di Bandara Ngurah Rai Denpasar dan Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Jakarta.Petugas bandara Soekarno-Hatta, Tangerang memperlihatkan kura-kura moncong babi yang hendak disleundupkan ke luar negeri, Februari 2016 (Tempo/Marifka Hidayat)
Kepala Bidang Teknis Konservasi BBKSDA Papua Ahmad Yani mengatakan upaya perlindungan berbagai satwa endemis Papua termasuk kura-kura moncong babi masih terkendala keterbatasan sumber daya petugas.
Baca; Penyelundupan 1.220 Kura-Kura Moncong Babi ...
Guna meminimalisasi praktik perburuan liar dan penyelundupan satwa tersebut, kini pemerintah berupaya mencari solusi dengan membentuk kelompok masyarakat mitra polisi kehutanan (MMP).
Menurut Yani, mereka sudah mencoba melibatkan MMP di Cagar Alam Pegunungan Cycloop, Kabupaten Jayapura yang luasnya sekitar 30 puluh ribu hektare. Di sana terdapat sekitar tiga hingga lima kelompok MMP dengan anggota masing-masing 15 orang. "Mereka inilah yang menjaga berbagai ancaman terhadap satwa di kawasan itu," kata Yani.
Pola tersebut, katanya, akan dikembangkan di wilayah Kabupaten Asmat agar warga setempat ikut menjaga kekayaan alam. Ke depan, katanya, masyarakat lokal akan dilibatkan untuk mengumpul telur dan selanjutnya membantu menetaskan telur-telur kura-kura moncong babi.
ANTARA