Alat penerang berupa lampu senter atau senter yang diikat ke kepala (head lamp) wajib disiapkan atau dibawa. "Sebisa mungkin pengunjung tidak memegang langit-langit gua supaya tidak merusak," ujar Bachtiar. Gua itu masih berproses membuat stalaktit.
Panjang gua tersebut kurang lebih 50 meter. Setelah menikmati suasana gua, di akhir perjalanan pengunjung akan disuguhi hamparan batu-batu besar yang berjejal di atas sungai. Geolog dari Museum Geologi Oki Oktariadi mengatakan, batuan di atas sungai itu diduga berasal dari atap gua yang rontok. "Sepertinya dulu menyambung ke seberang sungai, bawahnya jadi lorong sungai," katanya.
Dari pinggir sungai terlihat, bagian atas Gua Sanghyang Poek itu merupakan tebing tinggi. Jenis batuannya sama dengan yang bertebaran di sungai, yakni batuan gamping pasir. "Kena air gampang terkikis, tentu dengan proses yang panjang waktunya," kata Oki.
Batuan di sungai itu permukaannya licin seperti batu kali pada umumnya. Beberapa ada yang bolong tertembus tetesan air dari atas tebing gua. Ada juga yang dilubangi hasil perputaran air hingga ukurannya sebesar drum. Bebatuan yang eksotis itu disempurnakan oleh kondisi air sungainya yang bersih.
Bachtiar menunjuk serangga air engkang-engkang yang bertebaran di atas permukaan air tepi sungai. Serangga bernama latin Gerridae itu seperti laba-laba berbadan kurus memanjang dengan kaki-kaki panjang tertekuk yang membal berpijak di atas air. Ia selalu dalam posisi melawan arus. "Itu indikator sungai yang bersih," ujarnya.
Sungai Citarum yang masih bersih itu sepanjang 7 kilometer. Alirannya mulai dari salah satu anak sungai yang ditutup pintu ke waduk hingga keluar di Sanghyang Tikoro atau tenggorokan dewa. Lokasi itu berupa batuan gamping yang tertembus air sungai. Menurut Bachtiar, Citarum yang bersih itu airnya berasal dari sejumlah mata air.
Di sungai ini, pengunjung bisa menyusuri sungai dan berfoto, istirahat sambil makan siang, bahkan mandi atau berenang. Lokasi sungai di sekitar Gua Sanghyang Poek itu relatif sepi. Saat siang hari, sekitar 5-10 orang warga setempat sempat berpapasan dan terlihat, seperti membawa pisang, mandi, dan mencuci pakaian di sungai.