TEMPO.CO, Jakarta - The Prohibition kini hadir di Jakarta. Bar yang baru dibuka sebulan ini terletak di Arcadia, Senayan, Jakarta Selatan.
The Prohibition diadopsi dari masa ketika Amerika Serikat melarang penjualan, produksi, dan impor minuman beralkohol—dari 1920 sampai 1933—yang dikenal dengan sebutan yang sama. Larangan yang termaktub dalam Amendemen Konstitusi ke-18 itu merupakan desakan dari aktivis Protestan.
Pada masa itulah muncul Al Capone, bos mafia legendaris yang satu di antara sederet aktivitas ilegalnya adalah mengedarkan alkohol. "Kami mengadopsi bar rahasia ala Al Capone," ujar Mars, karyawan pemasaran The Prohibition.
Konsep mereka memang kuat. Kesan kucing-kucingan terasa kental di sana. Daftar minuman keras mereka sajikan dalam buku yang menyerupai piringan hitam, sementara menu pilihan anggur mereka samarkan dalam kartu pos.
Jika Anda mampir di area muka The Prohibition yang berbentuk restoran, yang disebut Chop House—bagian ini terbuka dan tidak butuh pintu rahasia—para pelayan bisa menyembunyikan deretan minuman beralkohol di lemari pajangan mereka dalam hitungan menit.
Tunggu saja saat ada pelayan—lengkap dengan topi pet mirip loper koran dan suspender—berpekik, "Police!". Sistem hidrolik di lemari pajangan mereka langsung bekerja, berputar, dan menutupi minuman keras yang tersedia dengan dinding polos bertulisan “Prohibition”. “Semuanya serba disembunyikan,” kata Mars.
Mereka juga mengikuti cara pencinta alkohol zaman Al Capone menyembunyikan minuman kesayangan mereka. Gin, misalnya, dituangkan dalam bathtub, sedangkan rum dalam tong kayu. Prohibition menyajikan miniaturnya lewat Bathtub Gin dan Rhum Runner, yang bisa dinikmati berempat dengan harga Rp 340 ribu.
Prohibition, tentu saja, juga punya menu untuk perorangan. Mereka menyajikan cocktail ala 1920-an, seperti Whiskey Sour—wiski dengan sirup maple serta buah rapsberi—ataupun Old Fashioned, wiski dengan irisan kulit jeruk dan campuran alkohol yang ditaruh dalam es batu.
Untuk mengisi perut, mereka menyediakan pilihan main course dengan menu steak sebagai andalan. Ada juga pilihan makanan ringan, dari Stuffed Mussels, yakni kerang hijau bakar dengan lelehan keju parmesan; hingga Lobster Roll, roti dengan salad lobster. “Tapi untuk makan berat hanya bisa di restoran, tidak bisa di bawa ke Speak Easy,” tutur Mars.
Untuk menjadi bagian dari "keluarga Al Capone", harus ada setoran Rp 50 juta per tahun. Selain akses ke Speak Easy yang tersembunyi, biaya itu termasuk loker dan sederet minuman yang tentu saja beralkohol. Sampai akhir pekan lalu, kata Mars, ada tiga member yang terdaftar di bar eksklusif itu. Tanpa menjadi member, akses untuk Anda sebatas restoran.
SUBKHAN