TEMPO.CO, Jakarta - Cipete Raya, salah satu pusat kuliner baru di Jakarta, bisa ditempuh dari Jalan Pangeran Antasari atau Jalan Fatmawati. Di ruas jalan sepanjang kira-kira 1 kilometer ini, ada berjibun gerai makanan. Dari kelas kafe hingga fine dining, dari makanan Sunda hingga makanan Prancis, semuanya ada. Tinggal dipilih, sesuai dengan isi kantong dan selera.
Pada Ahad petang, 22 Februari lalu, Tempo memulai cicip-cicip dari Rumah Baba di Jalan Cipete Raya 7A. Restoran ini mencampurkan unsur modern sembari menonjolkan ciri Betawi, seperti kursi-kursi kayu atau kebaya encim untuk para pegawai. Iklan-iklan zaman dulu menjadi interior utama di tembok ruang utama hingga di kamar mandi. Dindingnya dibiarkan hanya plesteran. "Kami mendesain dengan unsur rumah Betawi 197-0an," kata Didiet Iswanto, salah satu pemilik restoran.
Pilihan kami adalah soto Betawi, nasi goreng ala Baba, dan Es Biang Kero. Sotonya terasa sedikit manis. Untuk nasi goreng, awas, ada ranjau petai bagi yang tidak suka. Sedangkan Es Biang Kerok—paduan stroberi dan jeruk nipis—terasa segar dan pas sebagai teman soto dan nasi goreng yang berat di lidah.
Dari Rumah Baba, kami menuju Jakarta Coffe House di Jalan Cipete Raya Nomor 2. Penuh anak muda, semuanya demi kopi. Karena makanan pendampingnya sedikit, mesin roasting dan grinding biji kopi menjadi pemandangan di sini. Kami mencoba Kopi Andalan Si Petung dan Mocha Berry.
Cicip-cicip berlanjut. Berjalan kali tak sampai sepuluh menit, kami mampir ke restoran bertema rumahan, yakni di Jalan Cipete Raya 4. Namanya Kedai Halaman. Lokasinya menyempil dari jalan utama. Namun, begitu masuk sekitar 5 meter, terhampar area parkir yang luas, plus taman dan tempat makan yang sejuk.
"Kami sudah hampir sepuluh tahun di sini,” kata kasir Kedai Halaman, Diah Samidjan. Restoran ini kerap dipakai untuk acara keluarga, baik pesta pernikahan maupun arisan. Tamu bisa memilih menu utama masakan Indonesia yang disajikan prasmanan atau sekadar kudapan ringan.
DIANING SARI