TEMPO.CO, Denpasar: Nama Wayan Sujana, tak bisa dipisahkan dari Bali Bike Baik. Dia adalah penggagas sekaligus pemilik perusahaan jasa wisata bersepeda yang bermarkas di Ubud, Gianyar, Bali tersebut.
Didirikan pada 2005, Bali Bike Baik kini hampir tak pernah sepi peminat. Setiap hari, rata-rata 20-30 turis menggunakan jasa perusahaannya untuk berkeliling di wilayah Bangli dan Gianyar dengan sepeda. Pada akhir pekan, jumlah turis berlipat menjadi 50 orang per hari. "Kalau musim liburan bulan Juni-Juli kita bisa mengantar tamu sampai 100 orang sehari", ujar Wayan. Untuk tarifnya, Bali Bike mematok angka sebesar Rp 450 ribu per orang untuk penjemputan dari Ubud dan Rp 500 ribu per orang dari Kuta dan sekitarnya. Nah, bayangkan berapa omset per bulan yang bisa ditangguk oleh Wayan.
Kesuksesan yang direguk Wayan saat ini sejatinya tak datang dari langit. Dia merintis dan membesarkan usahanya dari nol. Sebelum membuka jasa wisata sepeda sendiri, Wayan pernah bekerja sebagai karyawan di perusahaan out door travel. Penyandang Diploma III dari sekolah pariwisata PPLP Dhyana Pura, Denpasar ini, tak puas hanya tercatat sebagai orang gajian.
Berbekal empat sepeda, dia memberanikan diri membuka bisnis serupa. Kini sepedanya sudah mencapai 150 buah. Bermodal tekad, dia yakin penduduk lokal pun bisa menangguk sukses. "Saya ingin membuktikan bahwa orang Bali juga pintar berwirausaha," katanya saat ditemui Tempo, pada akhir bulan lalu.
Wayan merancang sendiri jalur yang akan dilalui para tamunya. Tak hanya pemandangan yang indah, trek juga harus ramah bagi para pesepeda. "Yang paling penting adalah treknya tidak berbahaya, jadi tak bisa sembarangan," kata pria berusia 42 tahun ini. Untuk soal keselamatan memang tidak main-main, mobil evakuasi selalu sedia mengawal para pegowes. Wayan juga menggandeng perusahaan asuransi untuk melindungi para peserta tur.
Ada beberapa trek yang ditawarkan Wayan. Pemandangan terasering sawah dan perkampungan di Bangli adalah trek paling popular karena sangat fun untuk keluarga. Lalu trek menikmati pegunungan di sekitar Gunung Batur, dan trek di Mengwi, Badung, untuk yang lebih advance. Selain jalur yang menantang, wisatawan juga diajak berbaur dengan masyarakat, misalnya ikut memanen padi dan memperkenalkan rumah-rumah adat khas Bali. (Baca : Sensasi Gowes Menyusuri Pedesaan di Bali)
Tidak melulu soal perjalanan bersepeda, Wayan pun melengkapi aktraksi wisatanya dengan sajian kuliner. Walhasil, seusai bersepeda wisatawan akan dimanjakan lidahnya dengan penganan khas Pulau Dewata, mulai dari kopi Bali, pisang goreng, dan aneka makanan berat seperti ayam betutu, bebek bali, dan sayur plecing.
Bisnis Wayan kian besar namun dia tetap sosok yang rendah hati. Konsumennya sebagian besar adalah turis asing dari Australia dan negara-negara di Eropa. Untuk itu dia merekrut pemuda setempat dengan dibekali kemampuan Bahasa Inggris dan pengetahuan sebagai guide profesional. Belasan karyawan sekarang dipekerjakan untuk menunjang operasional bisnisnya. Tak lupa, sebagian keuntungannya dia salurkan juga untuk pendidikan anak-anak di desanya. "Kami datangkan guru Bahasa Inggris buat anak-anak di sekolah dasar", ujar Wayan.
Siang itu, saat kami usai menjajal tur sepeda yang diadakan Bali Bike Baik, dia menyapa tamu-tamu yang makan di pendopo sekaligus rumahnya yang luas di Ubud. "Hello, are you happy?' kata Wayan, bertanya kepada sejumlah turis asing yang sedang melepas lelah. Bagi Wayan, kebahagiaan para wisatawan ini, adalah miliknya juga. Tak heran, beberapa kali perusahaan wisata milik Wayan mengantungi certificate of excelence dari Trip Advisor.
GILANG RAHADIAN
Berita Terpopuler
Surakarta Kembangkan Wisata Susur Bengawan Solo
Jepang Bebaskan Visa untuk Wisatawan Indonesia
Kie Raha, Festival Internasional Maluku Utara