Terus berjalan ke dasar lembah, ada sungai kecil yang mengalir tenang. Pengunjung bisa melintasinya lewat tiga jembatan gantung berlantai bambu. Di seberangnya, ada arena bermain seperti ayunan dan outbound untuk anak-anak. Tak jauh dari situ, kebun stroberi menunggu pengunjung yang ingin memetik buahnya. Di ujung timur, ada saung besar dan kolam renang. Namun airnya keruh dan belum difungsikan untuk dipakai berenang.
Berdiri sejak 2005, tempat itu selalu penuh tiap akhir pekan dan hari libur. "Rombongan besar atau keluarga biasanya selalu booking tempat dulu," kata Asep. Lahan parkirnya muat untuk 70-80 mobil serta bus, di pelataran depan hingga ke garasi di bawah lantai utama. Di sana juga ada lima bungalo untuk sejoli dan keluarga maksimal enam orang dengan tarif Rp 500-900 ribu per malam saat akhir pekan dan libur serta hemat Rp 100 ribu di hari biasa.
Jenis kuliner di tempat ini bercita rasa makanan Sunda. Tempo sempat menjajal paket nasi liwet dengan ayam kampung goreng, tahu, tempe bertepung, sambal dan lalap, serta seekor ikan asin peda.
Nasi liwet yang pulen dan agak gurih dengan sedikit memakai santan terpisah dalam bakul kecil. Ayam goreng yang garing itu terasa gurih walau tanpa vetsin. Ikan pedanya juga istimewa, karena tidak terlalu asin dan cukup kering digorengnya.
Selain nasi liwet bumbu rempah dan gurami yang jadi andalan dan menjadi favorit pengunjung, puluhan olahan menu lainnya berderet panjang. Khusus untuk makanan, semuanya tanpa memakai vetsin. (Baca juga: Lebaran, Penginapan Murah di Malang Laris Manis)