TEMPO.CO, Makassar-Embusan hawa dingin berselimut kabut dan hamparan kebun teh serupa karpet hijau menemani kami selama berada di kawasan kebun teh di Pattapang, Kecamatan Tinggi Moncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Kota kecil berjarak sekitar 80 kilometer dari Makassar ini lebih dikenal dengan nama Malino, yang merupakan kawasan ketinggian yang identik dengan hutan pinus dan udaranya yang dingin.
Menumpangi bus pariwisata dari Makassar menuju Malino, hanya dibutuhkan waktu sekitar 2,5 jam. Di sepanjang perjalanan, kita disuguhi pemandangan alam yang indah, mulai hamparan sawah, Bendungan Bili-Bili, aliran Sungai Jeneberang, hingga gunung-gunung hijau yang tampak sambung-menyambung.
Jalan menanjak dan berkelok-kelok ini ramai oleh kendaraan. Malino memang merupakan salah satu lokasi favorit untuk merayakan malam pergantian tahun. Dari Kota Malino, kita harus menempuh jarak 9 kilometer menuju Pattapang—kawasan kebun teh. Udara dingin sudah menyambut begitu memasuki kawasan Pattapang.
Pemandangan serba hijau kebun teh seluas 200 hektare menyambut tamu menuju Green Pekoe Café. Di tempat ini, kita bisa menikmati pemandangan hamparan kebun teh hijau pada ketinggian 1.800 meter dari permukaan laut. Ada suguhan “Yabukita Green Tea”, yakni racikan minuman dari teh Malino.
Masih di kawasan kebun teh, ada sebuah gazebo tempat beristirahat sejenak bagi para pengunjung. Tak jauh dari tempat ini, ada dua bangunan kandang yang berisi kuda dan domba. Marketing Communication PT Malino Higlands Resort, Vina Aulia, mengatakan bahwa di area kebun teh akan dibangun berbagai fasilitas yang dapat dinikmati keluarga, mulai area berkuda; bungee trampoline; kebun binatang mini dengan beberapa koleksi binatang, di antaranya burung kasuari dan kuskus; serta jalur bersepeda.
“Malino punya potensi untuk dikembangkan. Kami siap investasi hingga Rp 2 triliun,” kata Kusuma Hidayat, Direktur Operasi PT Malino Highlands. Tahap awal pembangunan sementara berjalan dengan 35 resor yang ditargetkan rampung pada Maret 2013. Jumlah ini akan ditambah hingga 100 kamar yang ditargetkan rampung pada pertengahan 2014 dengan total investasi Rp 300 miliar.
Tidak tanggung-tanggung, kata Kusuma, pihaknya siap mengembangkan kawasan seluas 900 hektare, di antaranya untuk 200 resor di kawasan kebun teh, 400 villa di tengah hutan, dilengkapi ruang serbaguna berkapasitas 2.000 orang, restoran Jepang, monorail, cable car, jalur tracking, tempat outbound, taman satwa, serta disiapkan teropong benda-benda angkasa.
Tak jauh dari kebun teh, pengunjung dapat menikmati dua air terjun yang letaknya tidak jauh dari Green Pekoe Café, tapi kita harus berjalan kaki dengan jarak tempuh 600 meter dan 800 meter. Sepanjang perjalanan menuju air terjun, kita kembali disuguhi pemandangan hijau nan menawan.
Untuk menikmati panorama serba hijau di Malino Highlands, pengunjung harus membayar Rp 50 ribu per orang sebagai tarif masuk kawasan kebun teh. Kebun teh Malino ini memang disulap menjadi kawasan tempat wisata untuk kalangan menengah ke atas. Lihat saja tarif kamar termurah yang ditawarkan Rp 1,75 juta per malam, kamar president suite Rp 7,5 juta per malam, dan vila eksklusif Rp 10 juta per malam. Seluruh fasilitas menggunakan arsitektur bergaya Jepang. Para pelayan juga akan berkostum ala Negeri Sakura.
IIN NURFAHRAENI DEWI PUTRI