Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Upacara Sekaten Keraton Surakarta Sempat Ricuh, Bagaimana Sejarah Prosesi Adat Ini?

image-gnews
Abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat mengarak gunungan menuju Masjid Agung pada perayaan Grebeg Sekaten 2019 di Solo, Jawa Tengah, Sabtu 9 November 2019. Pihak Keraton menghadirkan dua pasang gunungan laki-laki dan perempuan untuk diperebutkan warga dalam puncak perayaan Sekaten 2019 dan Maulid Nabi Muhammad SAW. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat mengarak gunungan menuju Masjid Agung pada perayaan Grebeg Sekaten 2019 di Solo, Jawa Tengah, Sabtu 9 November 2019. Pihak Keraton menghadirkan dua pasang gunungan laki-laki dan perempuan untuk diperebutkan warga dalam puncak perayaan Sekaten 2019 dan Maulid Nabi Muhammad SAW. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat mengadakan tradisi Ngungelaken Gangsa, yaitu menampilkan dan memainkan untuk pertama kalinya pusaka gamelan Sekaten bernama Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari pada Senin, 9 September 2024. Ritual ini diadakan di halaman Masjid Agung dan biasanya dilaksanakan menjelang peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Namun, upacara Keraton Surakarta tersebut sempat diwarnai ketegangan antara kelompok Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Surakarta, Gusti Kanjeng Ratu Wandansari (Gusti Moeng), dan kubu Raja Paku Buwono (PB) XIII yang diwakili oleh Kanjeng Pangeran Haryo Raditya Lintang Sasongko.

Konflik ini dipicu oleh protes dari pihak PB XIII yang merasa mereka telah menerima perintah untuk membunyikan gamelan Sekaten, namun pihak LDA justru lebih dulu melakukannya.

Menurut pantauan Tempo, ketegangan dimulai ketika pihak LDA mulai memainkan gamelan, namun Kanjeng Haryo dari PB XIII datang memprotes tindakan tersebut, dengan alasan dirinya memiliki surat perintah langsung dari PB XIII untuk memulai ritual tersebut. 

Protes ini memicu reaksi dari kubu LDA yang kemudian menarik Kanjeng Haryo keluar dari halaman parkir Masjid Agung. Pendukung kedua belah pihak terlibat adu mulut dan baku pukul, namun situasi berhasil dikendalikan setelah TNI dan Polri melerai, meskipun Kanjeng Haryo meninggalkan tempat dengan perasaan kecewa.

Apa itu upacara sekaten?

Dilansir dari surakarta.go.id, Sekaten adalah acara tahunan yang rutin diselenggarakan di Solo dan Yogyakarta sejak abad ke-15. Tradisi ini dilakukan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, dan karena berlangsung terus-menerus, tak heran setiap pelaksanaannya selalu menarik banyak warga di Solo dan Yogyakarta untuk turut berpartisipasi.

Selama Sekaten, biasanya digelar pasar malam selama satu bulan penuh, yang kemudian diakhiri dengan Grebeg Maulud Nabi, berupa kirab gunungan sebagai puncak acara. Lebih dari sekadar perayaan, Sekaten juga memiliki sejarah penting dalam penyebaran agama Islam di Jawa Tengah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tradisi ini dimanfaatkan oleh Wali Songo untuk menarik perhatian masyarakat kepada agama Islam. Sekaten dianggap sebagai perpaduan antara seni dan dakwah, karena melalui acara ini, masyarakat diperkenalkan dengan Islam. Pada masa itu, masyarakat sangat menyukai musik gamelan, sehingga pementasan seni gamelan selalu menjadi bagian dari acara Sekaten.

Prosesi ini masih dilestarikan hingga saat ini. Pada acara tersebut, ada tahap membunyikan gamelan yang diarak ke Masjid Agung dan dikembalikan sebagai tanda berakhirnya upacara. Biasanya, rangkaian acara ini berlangsung dari tanggal 5 hingga 12 Rabiulawal, dengan gamelan yang dimainkan terus-menerus secara bergantian. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan prosesi Numpak Wajik dan Grebeg Muludan.

Sejarah Sekaten Solo

Pada awalnya, Sekaten merupakan kelanjutan dari upacara tradisional yang dilakukan oleh raja-raja Jawa sejak masa Majapahit, sebagai bentuk ritual untuk menjaga keselamatan kerajaan. Namun, seiring waktu, tradisi Sekaten mengalami perubahan dan digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam, terutama di Jawa Tengah. Penyebaran Islam ini dilakukan melalui kesenian gamelan.

Gamelan dipilih sebagai media dakwah karena pada masa itu masyarakat Jawa sangat menyukai seni gamelan. Akhirnya, dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pada acara Sekaten, gamelan menggantikan rebana sebagai pengiring untuk melantunkan shalawat.

Sekaten masih dilestarikan hingga kini. Meskipun acara ini sempat berhenti selama dua tahun karena pandemi Covid-19, saat ini Sekaten kembali digelar karena kondisi pandemi yang sudah mereda. Bagi yang ingin mengunjungi Sekaten, acara tersebut dapat dinikmati di Kota Surakarta.

Pilihan Editor: Keraton Surakarta Gelar Tradisi Tabuh Gamelan Sekaten Sempat Diwarnai Insiden

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Rencana Jokowi Langsung Pulang ke Solo Usai Pelantikan Prabowo-Gibran, Betulkah Naik Kelas Ekonomi Pesawat Komersial?

8 jam lalu

Presiden Jokowi saat sesi pemotretan untuk kulit muka Tempo edisi minggu ini di Klender, Jakarta Timur, Minggu, 12 Oktober lalu. Tempo/Ijar Karim
Rencana Jokowi Langsung Pulang ke Solo Usai Pelantikan Prabowo-Gibran, Betulkah Naik Kelas Ekonomi Pesawat Komersial?

Jokowi berkali-kali sebut ia akan kembali ke Solo setelah masa jabatannya berakhir pada 20 Oktober 2024. Rencana naik pesawat komersial, betulkah?


Jurus Yogyakarta Tata Kampung Agar Lebih Menarik Lewat Kompetisi Kampung Hijau

9 jam lalu

Kampung Wisata Purbayan Kotagede Yogyakarta. Dok. Istimewa
Jurus Yogyakarta Tata Kampung Agar Lebih Menarik Lewat Kompetisi Kampung Hijau

Sejumlah kampung di Yogyakarta menawarkan keunikan baik dari segi bangunan maupun peninggalan sejarah yang masih terjaga


Hari Tanpa Bayangan di Yogyakarta Berlangsung Akhir Pekan Ini, Catat Waktunya

11 jam lalu

Ilustrasi bayangan. hallandwilcox.com
Hari Tanpa Bayangan di Yogyakarta Berlangsung Akhir Pekan Ini, Catat Waktunya

Hari tanpa bayangan merupakan istilah merujuk fenomena kulminasi utama atau saat posisi matahari tepat berada di titik paling tinggi.


PHRI: Tingkat Hunian Hotel di Solo Hampir Capai 100 Persen Dampak Peparnas 2024

12 jam lalu

Chef Hotel Lorin Solo mempersiapkan konsumsi untuk para atlet Peparnas XVII 2024 yang menginap di hotel itu mulai Selasa, 1 Oktober 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
PHRI: Tingkat Hunian Hotel di Solo Hampir Capai 100 Persen Dampak Peparnas 2024

PHRI mengatakan selama dua minggu pertama di bulan Oktober, okupansi hotel-hotel di Solo mencapai 100 persen.


Kasus Event Palsu Berpotensi Coreng Wisata Yogyakarta, Asosiasi Minta Masyarakat Perhatikan Ini

1 hari lalu

Event olahraga mencatut HUT Kota Yogyakarta yang diduga digelar oknum PNS batal digelar di Alun Alun Kidul Minggu (6/10). Dok.istimewa
Kasus Event Palsu Berpotensi Coreng Wisata Yogyakarta, Asosiasi Minta Masyarakat Perhatikan Ini

Asosiasi penyelenggara event yang tergabung dalam Ivendo Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyoroti batalnya event senam, jalan sehat, dan sepeda gembira yang mencatut HUT ke-268 Kota Yogyakarta di Alun Alun Kidul atau Alkid, Minggu 6 Oktober 2024.


Kenangan Pertemuan Megawati-Prabowo Santap Nasi Goreng, Kenali Ragam Varian Menunya dari Berbagai Daerah

1 hari lalu

Nasi Goreng Kambing. Shutterstock
Kenangan Pertemuan Megawati-Prabowo Santap Nasi Goreng, Kenali Ragam Varian Menunya dari Berbagai Daerah

Pada pertemuan Megawati-Prabowo 14 Juli 2019 dengan suguhan nasi goreng. Ketahui juga 5 varian nasi goreng dari berbagai daerah.


Usai Wayang Jogja Night Carnival 2024, Belasan Kasus Pencopetan Dilaporkan ke Polisi

1 hari lalu

Gelaran Wayang Jogja Night Carnival di kawasan Tugu Yogyakarta Senin petang 7 Oktober 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Usai Wayang Jogja Night Carnival 2024, Belasan Kasus Pencopetan Dilaporkan ke Polisi

Pencopetan dilakukan dengan merobek tas milik korban saat mereka asyik dan fokus menonton Wayang Jogja Night Carnival


4 Agenda Seru Yogyakarta Selama Oktober Setelah Wayang Jogja Night Carnival

1 hari lalu

Suasana pasar Beringharjo Yogyakarta yang tutup di masa PPKM Darurat. Tempo/Pribadi Wicaksono
4 Agenda Seru Yogyakarta Selama Oktober Setelah Wayang Jogja Night Carnival

Dari Festival Kebudayaan Yogyakarta hingga Beringharjo Great Sale akan meramaikan Yogyakarta selama Oktober 2024.


Jokowi Pulang ke Solo Seusai Prabowo-Gibran Dilantik: Mau Tidur

1 hari lalu

Presiden Joko Widodo lepas landas dari Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa, 1 Oktober 2024, untuk kunjungan kerja ke Nusa Tenggara Timur. Sekretariat Presiden
Jokowi Pulang ke Solo Seusai Prabowo-Gibran Dilantik: Mau Tidur

Jokowi mengatakan langsung pulang ke Solo, Jawa Tengah, usai pelantikan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka, 20 Oktober 2024.


Cerita Jokowi Pening ketika Mengemas Barang sebelum Pindah dari Istana ke Solo

1 hari lalu

Presiden Joko Widodo berbincang dengan Mensesneg Pratikno sebelum dimulainya rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa 27 Agustus 2024. Rapat Terbatas terkait Penanganan Mpox dan Persiapan Penyelenggaraan Indonesia-Africa Forum (IAF) di Bali. TEMPO/Subekti.
Cerita Jokowi Pening ketika Mengemas Barang sebelum Pindah dari Istana ke Solo

Jokowi mulai mengemas barang-barang pribadinya di Istana Kepresidenan Jakarta untuk dipindahkan ke kediaman pribadi di Solo