Trimo yang akrab disapa Pak Jenggot, pengemudi getek wisata, mengatakan bahwa pada zaman dulu, getek digunakan sebagai transportasi utama di desa ini untuk mengangkut orang menyeberang dari desa ini ke desa sebelah yang berada di kecamatan lain. Getek ini juga digunakan untuk mengangkut hasil pertanian dan membawanya ke pasar di kecamatan sebelah.
"Dulu penduduk menyeberang pakai getek, sebelum ada Jembatan Kulon Progo," kata dia.
Journey of The Stone
Perjalanan dengan getek ini diisi dengan cerita tentang batu-batuan Candi Borobudur. Afifa mengatakan bahwa Candi Borobudur dibuat dari batu-batuan andesit yang sebagian diambil dari Sungai Progo.
Di laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI juga disebutkan bahwa batu-bati Candi Borobudur berasal dari sungai di sekitar Borobudur dengan volume seluruhnya sekitar 55.000 meter kubik, setara dengan sekitar 2.000.000 batu.
"Dulu batu-batu itu diangkut dengan getek, lalu dikerek ke atas. Makanya di sini ada Desa Kerekan. Dari situ kemudian dipahat sebelum disusun di candi," ujar Afifa.
Sepanjang perjalanan getek ini terlihat beberapa penduduk lokal memancing dan menyebar jala dari atas getek. Ada juga yang menjemur buah asam di tepi sungai. Anak-anak melompat dari pinggri kali dan berenang sambil membawa keranjang. Di salah satu cerukan, terlihat beberapa ibu mandi dan mencuci pakaian.
Journey of the Stone, perjalanan menyusuri Sungai Progo di Kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, pada Rabu, 28 Agustus 2024. Wisata ini menjadi bagian dari Borobudur Trail of Civilization atau BToC. (Dok. BToC)
Menikmati Matahari Terbenam
Perjalanan berakhir di tumpukan batu-batuan andesit di tengah sungai. Batu-batuan ini berukuran besar-besar sehingga tak bisa terbawa arus sungai. Getek menepi ke batu-batuan itu untuk menunrunkan pengunjung. Pak Jenggot tak ikut turun, dia memilih tetap di getek dan mencoba peruntungannya menangkap ikan dengan jala.
Matahari semakin turun. Sinarnya yang keemasan menjadikan momen ini pas untuk sesi pemotretan dengan latar bebatuan, sungai, dan pohon-pohon hijau di pinggir kali.
Momen ini tak lama karena matahari semakin rendah. Pengunjung pun diajak kembali menaiki getek untuk kembali ke tepi sungai. Perjalanan pulang lebih cepat karena getek mengikuti arus sungai.
Journey of the Stone menyusuri Sungai Progo di Kecamatan Borobudur ini berakhir menjelang magrib. Namun, sebelum pulang, pengunjung masih sempat menikmati es kelapa muda ditemani jagung rebus dan tempe mendoan di tepi sungai.
Pilihan Editor: Menyusuri Jejak Peradaban Borobudur di Desa Wisata, dari Sawah, Sungai, sampai Meja Makan