TEMPO.CO, Jakarta - Desa Hallstat yang terletak di pegunungan Austria dikunjungi banyak wisatawan. Desa itu dianggap menjadi inspirasi film animasi, Frozen. Namun penduduk setempat mengeluhkan hal tersebut.
Hallstatt termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO. Desa itu memiliki rumah-rumah tua yang indah yang berjajar di tepi danau pegunungan dengan latar belakang puncak bersalju. Ada sekitar 800 penduduk di sana. Namun wisatawan yang mengunjungi desa itu bisa mencapai 10 ribu orang.
Protes dari penduduk setempat
Sebab itu, penduduk setempat baru-baru ini memprotes overtourism. Masalah ini juga dialami banyak kota bersejarah di Eropa. Seperti Dubronik di Kroasia, Venesia di Italia, Brugge di Belgia, Rhodes di Yunani, dan lainnya.
Menurut laporan BBC, penduduk Hallstat, melakukan protes dengan memblokir jalan terowongan utama yang menuju ke kota tersebut, pada bulan Agustus 2023. Mereka memegang tanda-tanda dengan pesan seperti "Visitors limitation, reclaim habitat" dan "Radical limits for mass tourism." Ada juga yang membawa tanda dengan tulisan "World culture at its end" dan "Tourism Yes. Mass tourism No."
Destinasi pariwisata populer
Hallstatt telah menjadi destinasi wisata yang cukup populer dalam beberapa tahun terakhir. Sejak ditampilkan dalam film Korea Selatan tahun 2006, membuat banyak orang Asia yang penasaran. Bahkan di Cina, ada replika Hallstatt, yang diresmikan tahun 2012 dengan biaya sekitar US940 juta atau sekitar Rp 14,9 triliun.
Desa ini menjadi kian populer setelah dikaitkan dengan film Frozen yang tayang pada tahun 2013. Banyak wisatawan yang menduga Halstatt inspirasi kerajaan fiksi Arendelle, dan sekilas memang terlihat mirip. Tapi, direktur seni film tersebut mengatakan inspirasinya bukan di Austria, melainkan Norwegia dan Kanada
Hal itu tidak menyurutkan rasa penasaran wisatawan mengunjungi Hallstatt. Manajer kantor dewan pariwisata Hallstatt, Michael Knoll, mengatakan bahwa banyak wisatawan tampaknya berkunjung hanya untuk berfoto selfie. “Banyak pengunjung hanya mempunyai waktu singkat dan hanya datang untuk mengambil beberapa gambar. Tapi jumlah wisatawan terlalu banyak," katanya kepada The New York Times.
Langkah untuk mengatasi overtourism
Penduduk setempat telah melakukan beberapa langkah untuk mengatasi overtoursim. Termasuk membatasi jumlah bus wisata yang diperbolehkan masuk per hari.
Mereka sempat memasang pagar kayu besar di tempat pengamatan tertentu untuk mencegah wisatawan berkumpul di sana untuk mengambil foto selfie. Namun karena diprotes di media sosial tembok tersebut pun dibongkar.
Friedrich Idam, penduduk Hallstatt yang berusia 62 tahun mengatakan, masih banyak yang perlu dilakukan untuk mengendalikan kuantitas dan kualitas wisatawan. “Hallstatt tidak lagi hidup dari pariwisata; ia terhimpit oleh kepadatan yang berlebihan,” katanya.
INSIDER
Pilihan editor: Gunung Fuji Jepang Mengalami Overtourism, Lalu Lintas Pendaki Macet
