Keberadaan Tugu Golong-gilig atau Tugu Jogja
Adapun letak Tugu Golong-Gilig (Tugu Jogja), Keraton, dan Panggung Krapyak yang berada dalam satu garis lurus merupakan Sumbu Filosofi dari Kraton Yogyakarta. Tugu Golong-Gilig atau disebut juga Tugu Pal Putih dan Panggung Krapyak merupakan simbol Lingga dan Yoni yang melambangkan kesuburan.
Tugu Golong-Gilig pada bagian atasnya awalnya berbentuk bulatan (golong) dan pada bagian bawahnya berbentuk silindris (gilig) serta berwarna putih sehingga disebut juga Pal Putih.Tugu Golong Gilig melambangkan keberadaan sultan dalam melaksanakan proses kehidupannya. Hal tersebut ditunjukkan dengan menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa secara tulus yang disertai satu tekad menuju kesejahteraan rakyat (golong-gilig) dan didasari hati yang suci (warna putih).
Itulah sebabnya Tugu Golong-Gilig ini juga sebagai titik pandang utama (point of view) sultan pada saat melaksanakan meditasi di Bangsal Manguntur Tangkil di Sitihinggil Utara.
Konsep Sangkan Paraning Dumadi
Hubungan filosofi antara Tugu, Keraton dan Panggung Krapyak dan sebaliknya yang bersifat Hinduistis ini oleh Sri Sultan Hamengku Buwana I diubah menjadi konsep filosofi Islam Jawa yakni Sangkan Paraning Dumadi. Filosofi dari Panggung Krapyak ke utara menggambarkan perjalanan manusia sejak dilahirkan dari rahim ibu, beranjak dewasa, menikah sampai melahirkan anak (sangkaning dumadi). Alun-alun Selatan menggambarkan manusia yang telah dewasa dan sudah wani (berani) meminang gadis karena sudah akhil balig.
Sebaliknya dari Tugu Golong-Gilig ke arah selatan merupakan perjalanan manusia menghadap Tuhan alias Sang Kholiq (paraning dumadi). Golong-gilig melambangkan bersatunya cipta, rasa dan karsa yang dilandasi kesucian hati (warna putih) melalui Margatama (jalan menuju keutamaan) ke arah selatan melalui Malioboro (memakai obor/pedoman ilmu yang diajarkan para wali), terus ke selatan melalui Margamulya, kemudian melalui Pangurakan (mengusir nafsu yang negatif).
Keberadaan Kompleks Kepatihan dan Pasar Beringharja melambangkan godaan duniawi dan godaan syahwat manusia yang harus dihindari. Sepanjang jalan Margatama, Malioboro dan Margamulya ditanam pohon asêm (Tamarindus indica) yang bermakna sêngsêm/ menarik dan pohon gayam (Inocarpus edulis) yang bermakna ayom atau teduh.
Pilihan Editor: Kawasan Sumbu Filosofi Diusulkan Warisan Budaya Dunia, Emisi Karbon Malioboro Ditekan