Temuan di era 80-an
Sebelumnya, Hery mengungkapkan awal mula di lakukan ekskavasi situs Keputren.
Pada 1980-an, ada seorang warga yang sudah mengangkat tiga batu andesit yang dijadikan taman di area yang menjadi lokasi penelitian saat ini.
Selain pengambilan batu andesit, banyak warga yang menggali batu bata merah.Dia merekomendasikan agar batu andesit tersebut dikembalikan ke tempat semula.
Selanjutnya jika situs tersebut belum diambil alih dinas, maka perlu diberikan papan informasi bahwa di lokasi tersebut pernah dilakukan penelitian dengan hasil struktur dan data artefak supaya diketahui masyarkat.
Kerabat pemilik lahan Situs Keputren sekaligus Koordinator Pengelola KCB Kerto-Pleret Supriyanto mengatakan lokasi situs ini memang masih lahan pribadi milik bibinya yang kini bermukim di Malang. Lahan ini kini diurus ayahnya.
Sebelum dimiliki sang bibi, kebun ini, konon dahulunya merupakan hutan bambu dan pemakaman sinden. Warga pun banyak yang mengambil bata dan batu andesit di lokasi ini. Lambat laun hingga saat ini, lahan kosong ini digunakan sebagai kandang ternak warga setempat.
“Awal digali memang ada batu bata di atas batu andesit yang membujur sehingga kita presentasikan di Disbud DIY dan akhirnya dibuka," kata dia.
Ini pertama kali ekskavasi yang di lakukan di tanah yang statusnya belum dibebaskan. "Harapannya lahan ini bisa dibebaskan agar menjadi pengayaan dan kelengkapan cerita sejarah KCB Kerto - Pleret," kata dia.
PRIBADI WICAKSONO
Pilihan Editor: 7 Peninggalan Kerajaan Majapahit yang Masih Eksis Hingga Saat Ini