TEMPO.CO, Jakarta - Harta karun Lombok menjadi salah satu dari 478 harta rampasan masa penjajahan Belanda yang akan dikembalikan ke Indonesia dan Sri Lanka dari Museum Etnologi Nasional, Leiden, Belanda. Harta karun Lombok adalah sebutan bagi harta jarahan pasukan Belanda di masa penjajahan saat menjatuhkan istana kerajaan di Lombok pada 1894.
Sebelumnya, orang asli setempat meminta bantuan Belanda yang kemudian menggunakan permintaan ini untuk meluaskan penjajahannya, seperti tertera dalam keterangan objek Lombok Treasure di Rijksmuseum, Belanda. Harta karun Lombok yang dijarah pasukan Belanda meliputi 230 kg emas, 7.000 kg perak, dan batu mulia yang tidak terhitung jumlahnya. Rijksmuseum menampilkan koin dan gelang, salah satu harta karun Lombok tersebut, sebagai saksi bisu kejahatan perang.
Menurut Rijksmuseum, sebagian besar harta karun Lombok sudah sempat dikembalikan ke Indonesia pada 1977. Sementara itu, ada 334 objek harta karun Lombok (Lombok treasure atau Lombokschat) yang dikembalikan pada 10 Juli 2023 setelah permintaan Indonesia, seperti dijelaskan dalam laman resmi Pemerintah Belanda. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat pun berharap harta karun Lombok yang dikembalikan Pemerintah Belanda dapat diserahkan ke pemerintah daerah untuk disimpan di Museum Negeri NTB.
"Kita berharap memang itu dikembalikan ke Pemerintah Indonesia. Nanti pemerintah pusat itu dapat meneruskan kembali ke pemerintah provinsi karena itu milik masyarakat," kata Kepala Museum NTB, Ahmad Nuralam.
Ia mengatakan kalau diserahkan ke daerah, nantinya harta karun tersebut akan dikelola langsung oleh Museum NTB sebab bagaimana pun mueseum itu telah memiliki cukup sumber daya untuk melakukan perawatan terhadap harta karun Lombok itu.
"Kita juga sudah mempunyai sarana dan prasarana yang memadai untuk menampilkan ke masyarakat," ujarnya.
Punya ruangan dan ahli
Museum NTB memiliki ruangan yang representatif untuk memajang dan mempunyai ahli yang punya spesifikasi untuk melakukan perawatan benda-benda bersejarah.
"Sebenarnya sesuatu yang luar biasa bagi masyarakat NTB karena kita bisa menemukan kepingan sejarah yang hilang karena artefak itu menceritakan kondisi masyarakat pada saat itu, Lombok pada saat itu," kata Nuralam. "Contohnya banyak artefak, keris, cincin, kotak, itu menunjukkan kondisi kebudayaan masyarakat saat itu. Kondisi kebudayaan tercermin dari perhiasan, itubercerita dia."
Nuralam mengaku belum mendapatkan informasi soal jumlah data dan benda-benda apa saja yang merupakan harta karun Lombok yang dulu dirampas Belanda. Namun, terlepas dari itu pihak museum sangat mengapresiasi sikap yang ditunjukkan Pemerintah Belanda yang punya itikad baik mengembalikan harta karun rampasan zaman penjajahan.
"Belum ada komunikasi, nanti setelah diserahkan baru kita tahu. Kita berharap negara lain yang memiliki rampasan perang lain dengan cara mendapatkan yang tidak layak, dikembalikan juga ke kita," harapnya.
Pilihan Editor: Riwayat Berdirinya Museum Lontar Sebagai Wisata Edukasi di Karangasem, Bali